Pada pembahasan sebelumnya (Boikot Pemikiran Yahudi bag. 1)
, kita telah menemukan titik kesimpulan bahwa memboikot karakter,
perilaku, atau pemikiran Yahudi selayaknya lebih ditekankan, daripada
sekedar boikot produk mereka.
Di bagian ini kita akan mengenal karakter Yahudi yang Allah sebutkan dalam Alquran:
Pertama, mereka menghina Allah
Diantara bentuk penghinaan yang mereka lakukan adalah menyebut Allah fakir, yang membutuhkan bantuan hamba-Nya,
لَقَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ
الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ سَنَكْتُبُ
مَا قَالُوا وَقَتْلَهُمُ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَنَقُولُ
ذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ
“Sesungguhnya Allah telah mendengar
perkatan orang-orang yang mengatakan: “Sesunguhnya Allah miskin dan kami
kaya”. Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka
membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan
(kepada mereka): “Rasakanlah olehmu azab yang mem bakar.” (QS. Ali imran: 181).
Barangkali kita pernah mendengar,
diantara kaum muslimin ada yang mencela dan menghina Allah. Mereka
menyebut zallim, Allah tidak adil, dst. Karena dia merasa sempit dengan
musibah yang dia alami.
Kedua, sangat membenci orang mukmin
Kebencian itu tergambar dari sikap mereka yang selalu mengganggu secara fisik maupun pemikiran kepada orang yang beriman.
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا
“Sungguh engkau akan jumpai orang
yang paling keras permusuhanya kepada orang yang beriman, adalah orang
Yahudi dan orang-orang musyrik.” (QS. Al-Maidah: 82).
Sikap semacam ini ditiru oleh mereka yang
sangat gandrung dengan kesyirikan. Kebencian mereka terhadap ahlu
tauhid, orang yang komitmen dengan tauhid sangat keras. Semua itu
dilakukan untuk membela kesyirikan mereka.
Ketiga, menipu, khianat, dan mengingkari janji
فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً
“Karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu.” (QS. Al-Maidah: 13).
Sejarah menjadi saksi perbuatan mereka. Mereka suka membatalkan janji dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berusaha membunuh beliau beberapa kali.
Sikap semacam ini telah diwarisi oleh
orang Syiah. Dengan aqidah taqiyahnya, mereka tidak segan-segan untuk
mengelabuhi selain Syiah agar bisa simpati kepada Syiah. Sejarah
runtuhnya Baghdad di tangan Tartar, menyisakan kenangan pahit. Khalifah
Abbasiyah melakukan kesalahan fatal, karena menunjuk Nashiruddin
ath-Thusi menjadi perdana menterinya. Dia mengelabuhi khalifah, sehingga
Baghdad sangat lemah dari pasukan bersenjata dan Tartar bisa leluasa
membantai masyarakat Baghdad.
Keempat, membunuh para nabi
Orang Yahudi telah membunuh Nabi Zakariya, Nabi Yahya, dan nabi-nabi lainnya.
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ
الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ
مِنَ النَّاسِ وَبَاؤُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ
الْمَسْكَنَةُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ
وَيَقْتُلُونَ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا
وَكَانُوا يَعْتَدُونَ
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja
mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah
dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat
kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu
karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa
alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan
melampaui batas.”
Kelima, suka bermaksiat kepada Allah dan melanggar hak orang lain
لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا
مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ
ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ
“Orang-orang kafir dari Bani Israil
telah dilaknat melalui lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian
itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.” (QS. Al-maidah: 78).
Keenam, membiarkan kemungkaran dan tidak saling mengingatkan
Lanjutan ayat di atas,
كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
“Karena mereka juga tidak saling mencegah kemungkaran yang mereka lakukan. sungguh buruk apa yang mereka kerjakan.” (Al-Maidah: 79).
Membiarkan kemungkaran yang berceceran di
tempat kita, telah menjadi budaya di masyarakat kita. Dengan dalil
kebebasan berekspresi. Bahkan, mengingatkan orang lain agar meninggalkan
kemungkaran, dinilai sebagai pelanggaran terhadap hak asasi orang lain
atau mencampuri urusan orang lain. Sebagian orang ketika diingatkan pada
saat melakukan maksiat, dia balik bantah: ‘Apa urusanmu melarang saya
maksiat.’ Karakter semacam ini yang berusaha ditanamkan oleh JIL
(Jaringan Islam Liberal) melalui pemikiran permisifisme. Segalanya
boleh, segalanya benar, selama tidak mengganggu orang lain.
Ketujuh, memakan harta orang lain dengan cara haram
وَتَرَى كَثِيرًا مِنْهُمْ يُسَارِعُونَ فِي الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَأَكْلِهِمُ السُّحْتَ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Kamu akan melihat kebanyakan dari
mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan dan
memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah
kerjakan itu.” (QS. Al-Maidah: 62).
Realita membuktikan, mereka menjadi orang
yang sangat antusias untuk mengusai bank-bank riba. Mengusai harta
umat, ditambah 5% bunga. Hal yang saja juga terjadi pada pegawai
pemerintah. Suap dan gratifikasi, telah menjadi tradisi yang tidak
terpisahkan. Ingat, itu karakter Yahudi.
Kedelapan, menyembunyikan kebenaran
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ
مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلا
تَكْتُمُونَهُ فَنَبَذُوهُ وَرَاءَ ظُهُورِهِمْ وَاشْتَرَوْا بِهِ ثَمَنًا
قَلِيلاً فَبِئْسَ مَا يَشْتَرُونَ
“(Ingatlah), ketika Allah mengambil
janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): “Hendaklah kamu
menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu
menyembunyikannya,” lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang
punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah
buruknya tukaran yang mereka terima.” (QS. Ali Imran: 187)
Barangkali inilah sebab tersebar mengapa
Yahudi menjadi umat dimurkai. Para rahib mereka sejatinya mengetahui
kebenaran melalui taurat, namun mereka menyembunyikannya. Mereka sadar
betul, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah nabi dan rasul terakhir, seperti yang diisyaratkan dalam Taurat.
Latar belakang para rahib menyembunyikan
ilmu adalah untuk mempertahankan status quo mereka di tengah masyarakat
Yahudi. Karena jika mereka berani menyampaikan kebenaran, masyarakat
tidak akan lagi menghargai dirinya dan tidak akan memberikan upeti
mereka untuk sang rahib.
Di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ada seorang pendeta Yahudi namanya Abdullah bin Salam. Masyarakat
Yahudi menyebutnya orang terbaik, dari keturunan terbaik, dst. Sampai
suatu ketika dia masuk Islam. Spontan mereka berbalik prinsip dan
mencaci habis Abdullah bin Salam radhiyallahu ‘anhu. (HR. Bukhari 3938).
Betapa banyak juru dakwah di sekitar kita
yang memahami kebenaran, namun mereka enggan menyampaikannya. Betapa
banyak para kiyai yang memahami tauhid, syirik, sunah, bid’ah, namun
mereka diam dan membiarkan masyarakatnya berlumuran di kubangan
kesyirikan dan bid’ah. Mereka tidak mau untuk menampakkan kebenaran,
karena takut dengan masyarakatnya.
Para ulama mengingatkan:
احذروا فتنة العالم الفاجر ،
والعابد الجاهل ، فإن فتنتهما فتنة لكل مفتون فهذا يشبه المغضوب عليهم ،
الذين يعلمون الحق ولا يتبعونه وهذا يشبه الضالين الذين يعملون بغير علم
Hati-hatilah terhadap fitnah (bahaya)
ulama jahat, atau ahli ibadah yang bodoh. Karena bahaya disebabkan
mereka adalah bahaya bagi semua umat yang mengikutinya. Ulama jahat
mirip dengan orang yang dimurkai (Yahudi), dimana mereka mengenal
kebenaran, namun tidak mau mengikutinya. Dan ahli ibadah yang bodoh
mirip dengan Ad-Dhallin (orang yang sesat), yang rajin beramal tanpa
ilmu (Iqtidha Shirat Al-Mustaqim, Hal. 119).
Hal yang sama juga pernah diingatkan oleh Sufyan Ibn Uyainah,
إن من فسد من علمائنا ففيه شبه من اليهود
Sesungguhnya ulama kaum muslimin yang sesat, karena ada kemiripan dengan orang Yahudi (Iqtidha Shirat Al-Mustaqim, hlm. 5).
Kesembilan, hasad
Hasad
dalam urusan dunia maupun akhirat. Mereka menginginkan agar kenikmatan
yang Allah berikan kepada orang lain dicabut. Allah berfirman,
وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ
الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا
حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ
الْحَقُّ
“Sebahagian besar Ahli Kitab
menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran
setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka
sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 109).
Mereka iri dengan kaum muslimin, mengapa
nabi terakhir tidak diutus di kalangan Yahudi, tapi di kalangan bangsa
Arab. Karena kedengkian ini, mereka memusi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.
Kesepuluh, sangat pengecut
لا يُقَاتِلُونَكُمْ جَمِيعًا إِلَّا فِي قُرًى مُحَصَّنَةٍ أَوْ مِنْ وَرَاءِ جُدُرٍ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيدٌ
“Mereka tidak akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok.” (QS. Al-Hasyr: 14).
Mereka hanya berani berperang ketika ada
senjata canggih. Tanpa itu, mereka tidak berani melakukan apapun. Sebab
utamanya adalah karena mereka sangat mencitai dunia. Selayaknya kita
tidak mewarisi sifat semacam ini. Takut jihad, takut miskin karena
agama, takut mempetaruhakan jiwa untuk menegakkan kebenaran dengan cara
yang benar, dst. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut sifat semacam ini sebagai bentuk kemunafikan. Beliau bersabda:
مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ، وَلَمْ يُحَدِّثْ نَفْسَهُ بِالْغَزْوِ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاق
“Siapa yang mati dan belum pernah
berperang, dia juga belum terpikir dalam dirinya untuk berperang maka
dia mati dengan membawa salah satu cabang kemunafikan.” (HR. Muslim
1910, Abu Daud 2502 dan lainnya).
Kesebelas, sangat antusias dengan dunia
Semangat mereka sangat menggebu-gebu ketika mencari dunia, sampai membuat mereka sangat takut mati dan takut miskin.
وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ
النَّاسِ عَلَى حَيَاةٍ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا يَوَدُّ أَحَدُهُمْ
لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ
أَنْ يُعَمَّرَ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ
“Sungguh kamu akan mendapati mereka,
manusia yang paling rakus kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih
rakus lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar
diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak
akan menjauhkannya daripada siksa.” (QS. Al-Baqarah: 96)
Kedua belas, bakhil
Saking bakhilnya, sampai mereka tidak mau
keluar harta zakat atau untuk kepentingan agama. Ketika mereka
diwajibkan untuk zakat, mereka menuduh Allah bakhil, karena meminta dari
hamba-Nya.
وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ
اللَّهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا بَلْ
يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ
“Orang-orang Yahudi berkata: “Tangan
Allah terbelenggu”, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan
merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu.
(Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan
sebagaimana Dia kehendaki.” (QS. Al-Maidah: 64).
Sebagian kaum muslimin yang bakhil karena sayang terhadap hartanya, menolak untuk haji, enggan sedekah, bayar zakat, dst.
Semoga Allah melindungi kita dari semua karakter buruk Yahudi dan orang kafir.
Allahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar