Penulis: Rizki Maulana
Berikut ini, saya (Rizki Maulana) akan memaparkan tanggapan saya terhadap salah satu web aswaja yang bernama https://mutiarazuhud.wordpress.com/tag/kullu-bidatin-dholalah/ yang dikelola oleh Zon Jonggol, seorang tokoh NU pembenci dakwah Salafiyyah dan dikenal begitu lihai memahami dalil-dalil dengan ilmu bahasa Arab secara tidak pada tempatnya alias salah beristimbath dalam meletakkan dalil.
Simak penjelasannya dibawah ini
ZON JONGGOL berkata:
مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
Benarkah hadits ini bermakna “ Barangsiapa yang berbuat hal baru yang tidak ada perintahnya, maka ia tertolak “
Simak pembahasannya di sini pakai ilmu (bukan pakai nafsu)…
Ditinjau dari sisi ilmu lughah :
– I’rab nahwunya :
من : adalahah isim syart wa jazm mabniyyun ‘alas sukun fi mahalli raf’in mubtada’ wa khabaruhu aljumlatus syartiyyah ba’dahu.
احدث : Fi’il madhi mabniyyun ‘alal fathah fii mahalli jazmin fi’lu syarth wal fa’il mustatir jawazan taqdiruhu huwa.
في : Harfu jar
امرنا : majrurun bi fii wa lamatu jarrihi alkasrah, wa naa dhomirun muttashil mabnyyyun ‘alas sukun fii mahlli jarring mudhoofun ilaihi
هذا : isim isyarah mabniyyun alas sukun fi mahalli jarrin sifatun liamrin
ما : isim mabniy fii mahhli nashbin maf’ul bih
ليس : Fi’il madhi naqish yarfa’ul isma wa yanshbul khabar, wa ismuha dhamir mustatir jawazan taqdiruhu huwa
منه : min harfu jarrin wa hu dhamir muttashil mabniyyun alad dhammi wahuwa littab’iidh
فهو : al-faa jawab syart. Huwa dhamir muttashil mabniyyun alal fathah fi mahalli raf’in mubtada
رد : khabar mubtada marfuu’un wa alamatu raf’ihi dhammatun dzhaahiratun fi aakhirihi. Wa umlatul mubtada wa khabaruhu fi mahalli jazmin jawabus syarth.
Dari uraian sisi nahwunya maka bermakna :” Barangsiapa yang melakukan perkara baru dalam urusan kami yaitu urusan syare’at kami yang bukan termasuk darinya, tidak sesuai dengan al-Quran dan hadits, maka perkara baru itu ditolak “
Saya (Rizki Maulana) menjawab:
MAS ZON JONGGOL yang pinter, lucu sekali, emangnya Rasulullah menjelaskan hadits tersebut seperti anda menjelaskan??
Zaman Rasulullah tidak ada ilmu nahwu mas,tidak ada ini mubtada, ini khabar.
Ilmu bahasa arab ada di jaman Ali bin Abi Thalib.
Jadi sangat lucu, anda mengatakan menjelaskan makna hadits dengan ilmu, bukan dengan nafsu,.. kok ada, hadits dijelaskan dengan ilmu nahwu, emang Rasulullah ketika menjelaskan dalil tersebut seperti apa yg mas tulis ya?
Jangan ngarang dong maas,.. itu namanya menjelaskan dengan nafsu, bukan dengan ilmu
Adapun ilmu yang saya maksudkan adalah ilmu kaidah tafsir dan atsar-atsar para ulama.
ZON JONGGOL berkata:
Makna tsb sesuai dengan statement imam Syafi’i yang sudah masyhur :
ما أُحدِثَ وخالف كتاباً أو سنة أو إجماعاً أو أثراً فهو البدعة الضالة، وما أُحْدِثَ من الخير ولم يخالف شيئاَ من ذلك فهو البدعة المحمودة
“ Perkara baru yang menyalahi al-Quran, sunnah, ijma’ atau atsan maka itu adalah bid’ah dhalalah / sesat. Dan perkara baru yang baik yang tidak menyalahi dari itu semua adalah bid’ah mahmudah / baik “
– Istidlal ayatnya (Pengambilan dalil dari Qurannya) :
وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ إِلَّا ابْتِغَاءَ رِضْوَانِ اللَّهِ
“Dan Kami (Allah) jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya (Nabi ‘Isa) rasa santun dan kasih sayang, dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka, tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah” (Q.S. al-Hadid: 27)
– Istidlal haditsnya (pengambilan dalil dari haditsnya) :
مَنْ سَنَّ فِيْ الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَىْءٌ، وَمَنْ سَنَّ فِيْ الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ
“Barang siapa merintis (memulai) dalam agama Islam sunnah (perbuatan) yang baik maka baginya pahala dari perbuatannya tersebut, dan pahala dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya, tanpa berkurang sedikitpun dari pahala mereka. Dan barang siapa merintis dalam Islam sunnah yang buruk maka baginya dosa dari perbuatannya tersebut, dan dosa dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya tanpa berkurang dari dosa-dosa mereka sedikitpun”. (HR. Muslim)
– Balaghoh :
Dalam hadits tsb memiliki manthuq dan mafhumnya :
Manthuqnya “ Siapa saja yang melakukan hal baru yang tidak bersumber dari syareat, maka dia tertolak “, misalnya shalat dengan bhsa Indonesia, mengingkari taqdir, mengakfir-kafirkan orang, bertafakkur dengan memandang wajah wanita cantik dll.
Mafhumnya : “ Siapa saja yang melakukan hal baru yang bersumber dari syariat, maka itu diterima “ Contohnya sangat banhyak skali sprti pembukuan Al-Quran. Pentitikan al-Quran, maulid, tahlilan, khaul, shalat tarawih berjama’ah dll.
Saya menjawab:
Contohnya jangan pakai nafsu dong mas.
Kalau maulid, ritual tahlilan, khaul, itu bertentangan dengan syariat mas, makanya wajib tidak kita terima.
ZON JONGGOL berkata;
Berangkat dari pemahaman ini, sahabat Umar berkata saat mengkumpulkan orang-orang ungtuk melakukan sholat terawikh berjama’ah :
نعمت البدعة هذه “ Inilah sebaik-baik bid’ah “
Saya menjawab:
Mas, kalau shalat tarawih itu pernah dilakukan oleh Rasulullah apa tidak?
Apakah Rasulullah melakukan shalat tarawih secara berjamaah atau tidak?
Apakah yang dilakukan oleh umar itu menyalahi apa yang dilakukan oleh rasulullah??
Sama sekali tidak mas, berbeda dengan maulid,ritual tahlilan,atau khaul.
Rasulullah saja tidak pernah melakukan maulid, baik maulid dirinya, atau maulid anak dan cucunya.
Rasulullah sering mengalami kematian para sahabat, tidak pernah kita dapati riwayat rasulullah melakukan ritual tahlilan 7hari,dst,
Jangan ngilmu (ngeles kalo orang Jawa bilang) dong mas kalau memahami hadits.
ZON JONGGOL berkata
Dan juga berkata sahabat Abu Hurairah Ra :
فَكَانَ خُبَيْبٌ أَوَّلَ مَنْ سَنَّ الصَّلاَةَ عِنْدَ الْقَتْلِ (رواه البخاريّ)
“Khubaib adalah orang yang pertama kali merintis shalat ketika akan dibunuh”.
(HR. al-Bukhari dalam kitab al-Maghazi, Ibn Abi Syaibah dalam kitab al-Mushannaf)ز
Jika semua perkara baru itu buruk, maka sahabat2 tsb tidak akan berkata demikian.
Saya menjawab:
Emang yang dilakukan para sahabat itu perbuatan yang tidak ada contohnya?
Para sahabat adalah generasi yang telah direkomendasi oleh Allah, dipilih oleh Allah untuk menemani Rasulullah.
Semua yang dilakukan oleh para sahabat, dan tidak ada pengingkaran dari sahabat lainnya, maka itu menjadi sunnah , bukan merupakan bidah, contohnya banyak.
Anda tahu adzan dan iqamat? apakah itu Rasulullah yang mengajarkan?
Bukan, tapi dari mimpi sahabat, yang kemudian disampaikan kepada Rasulullah, dan Rasulullah menyetujuinya (taqrir),. maka jadilah adzan dan iqamat,..
ZON JONGGOL berkata:
Nah sekarang kita cermati makna hadits di atas dari pihak lain…… :
مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
Hadits ini mereka artikan :
Pertama : “ Barangsiapa yang berbuat hal baru dalam agama, maka ia tertolak “
Jika mreka mngartikan demikian, maka mereka sengaja membuang kalimat MAA LAITSA MINHU-nya (Yang bersumber darinya). Maka haditsnya menjadi : مَنْ
أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا ُ فَهُوَ رَدٌّ
Kedua : “ Barangsiapa yang berbuat hal baru yang tidak ada perintahnya, maka ia tertolak “
Jika merka mngartikan seperti itu, berarti merka dengan sengaja telah merubah makna hadits MAA LAITSA MINHU-nya MENJADI MAA LAITSA MA-MUURAN BIHI (Yang tidak ada perintahnya). Maka haditsnya menjadi :
مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا مَا ليَْسَ مَأمُوْراً بهِ فَهُوَ رَدٌّ
Saya menjawab:
Hadits kok di otak atik dengan ilmu nahwu,..?
Mas, ilmu nahwu itu dipelajari tuk mempelajari hadits, bukan ilmu nahwu tuk mengakal-akali hadits.
ZON JONGGOL berkata:
Sungguh ini sebuah distorsi dalam makna hadits dan sebuah pengelabuan pada umat muslim.
Saya menjawab:
Kasihan sekali anda telah terdistorsi oleh pemahaman anda yang keliru,
ZON JONGGOL berkata:
Jika mereka menentang dan berdalih : “ Bukankah Rasul Saw telah memuthlakkan bahwa semua bid’ah adalah sesat, ini dalilnya :
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ (رواه أبو داود
Maka kita jawab : Hadits tsb adalah ‘Aam Makhsus (lafadznya umum namun dibatasi) dgn bukti banyak dalil yang menjelaskannya sprti hadits 2 sahabat di atas. Maksud hadits tsb adalah setiap perkara baru yang brtentangan dgn al-quran dan hadits.
Saya menjawab:
Tolong sebutkan dong contoh perkara baru yang anda maksud bukan dengan hadits yg ‘Aam,, contohnya apa?
ZON JONGGOL berkata:
Perhatikan hadits riwayat imam Bukhori berikut :
أشار سيدنا عمر ابن الخطاب رضي الله عنه على سيدنا أبو بكر الصديق رضي الله عنه بجمع القرآن في صحف حين كثر القتل بين الصحابة في وقعة اليمامة فتوقف أبو بكر وقال:” كيف نفعل شيئا لم يفعله رسول الله صلى الله عليه وسلم؟”
فقال له عمر:” هو والله خير.” فلم يزل عمر يراجعه حتى شرح الله صدره له وبعث إلى زيد ابن ثابت رضي الله عنه فكلفه بتتبع القرآن وجمعه قال زيد:” فوالله لو كلفوني نقل جبل من الجبال ما كان أثقل علي مما كلفني به من جمع القرآن.” قال زيد:” كيف تفعلون شيئا لم يفعله رسول الله صلى الله عليه وسلم.” قال:” هو والله خير” فلم يزل أبو بكر يراجعني حتى شرح الله صدري للذي شرح له صدر أبي بكر وعمر رضي الله عنهما .
“ Umar bin Khothtob member isayarat kpd Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf ktika melihat banyak sahabat penghafal quran telah gugur dalam perang yamamah. Tapi Abu Bakar diam dan berkata “ Bagaimana aku melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasul Saw ?” MaKA Umar menjawab “ Demi Allah itu suatu hal yang baik “. Beliau selalu mengulangi hal itu hingga Allah melapangkan dadanya. Kmudian Abu bakar memrintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan Al-Quran, maka Zaid berkata “ Demi Allah aku telah terbebani untuk memindah gunjung ke satu gunung lainnya, bagaimana aku melakukan suatu hal yang Rasul Saw tdiak melakukannya ?” maka Abu bakar mnjawab “ Demi Allah itu suatu hal yang baik “. Abu bakar trus mngulangi hal itu hingga Allah melapangkan dadaku sbgaimana Allah telah melapangkan dada Umar dan Abu Bakar “.
Coba perhatikan ucapan Umar dan Abu Bakar “ Demi Allah ini suatu hal yang baik “, ini menunjukkan bahwasanya Nabi Saw tidak melakukan semua hal yang baik, sehingga merka mngatakan Rasul Saw tidak pernah melakukannya, namun bukan berarti itu buruk.
Saya menjawab:
Semua perbuatan para sahabat, yang itu tidak ada pengingkaran oleh sahabat lainnya, maka ini adalah ijma para sahabat.
Dan ijma para sahabat, ini adalah sunnah, bukan perkara baru, karena rasulullah sendiri yang memerintahkan, pegang sunnahku, dan sunnah khulafa’ur rasyidin setelahku,..
Ya ngga bertentangan lah mas,. apa yang dilakukan abu bakar adalah termasuk sunnah, bukan bidah
ZON JONGGOL berkata:
Jika mereka mengatakan sahabat Abdullah bin Umar telah berkata :
كل بدعة ضلالة وإن رآها الناس حسنة
“ Setiap bid’ah itu sesat walaupun orang-orang menganggapnya baik “
Maka kita jawab :
Itu memang benar, maksudnya adalah segala bid’ah tercela itu sesat walaupun orang-orang menganggapnya baik. Contohnhya bertaqarrub pd Allah dengan mndengarkan lagu dangdutan..
Saya menjawab:
Mas ZON JONGGOL yang pinter, ngasih contohnya salah jauh.
Nyanyian sudah jelas haram, bukan bidah lagi, hadits tentang nyanyian sudah jelas, ayat alquran juga ada, [silahkan baca disini]
Jadi jika bertaqarrub dengan dangdutan ya jelas bukan bidah, tapi perbuatan maksiat, haram,
Akan tetapi bidah lebih berbahaya daripada maksiat, dan setan lebih demen kepada pelaku bidah, daripada pelaku maksiat,
ZON JONGGOL berkata:
Jika sahabat Abdullah bin Umar memuthlakkan bahwa semua bid’ah itu sesat tanpa trkecuali walaupun orang2 mengangaapnya baik, lalu kenapa juga beliau pernah berkata :
بدعة ونعمت البدعة “ Itu bid’ah dan sebaik-baik bid’ah “
Saat beliau ditanya tentang shalat dhuha. Lebih lengkapnya :
عن الأعرج قال : سألت ابن عمر عن صلاة الضحى فقال:” بدعة ونعمت البدعة
“ Dari A’raj berkata “ Aku bertanya kepada Ibnu Umar tentang sholat dhuha, maka beliau menjawab “ Itu bid’ah dan sebaik-baik bid’ah “.
Apakah pantas seorang sahabat sprti Abdullah bin Umar tidak konsisten dalam ucapannya alias pllin-plan ?? sungguh sangat jauh dr hal itu
Saya menjawab:
Ada dimana mas perkataan ibnu umar tersebut, tlg dong kasih rujukannya.
ZON JONGGOL berkata:
KESIMPULAN :
– Cara membedakan bid’ah dhalalah dan bid’ah hasanah adalah :
والتمييز بين الحسنة والسيئة بموافقة أصول الشرع وعدمها
“ Dengan sesuai atau tidaknya dengan pokok-pokok syari’at “.
Saya menjawab:
SAYA MINTA CONTOH MAS, contoh perbuatan bidah dhalalah itu seperti apa? contoh konkritnya,sebutkan contoh perbuatannya, pengin tahu nih mas,
--------------------------------------------------------------------------------------
ZON JONGGOL berkata:
– Orang yang mengartikan hadits :
مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
Dengan : “ Barangsiapa yang melakukan hal baru maka itu tertolak “ atau “ Barangsiapa yang melakukan hal baru tanpa ada perintahnya maka ia tertolak “.
Orang yang mengartikan seperti itu, berarti ia telah berbuat bid’ah dhalalah / sesat, akrena tidak ada dasarnya sama sekali baik dari Al-Quran, hadits maupun atsarnya..Dan telah sengaja merubah makna hadits Nabi Saw tersebut..dan kita tahu apa sangksi bagi orang yang telah berdusta atas nama Nabi Saw..Naudzu billahi min dzaalik..
Saya menjawab:
Siapa yang merubah makna hadits, jika anda memahami seperti apa yang anda tuliskan, andalah yang telah merubah makna hadits.
Tidakkah anda takut dengan ancaman rasulullah?
Jika anda merubah makna hadits, dan menganggap Rasulullah menyampaikan sebagaimana yg anda pahami, dan ternyata rasulullah tidaklah menyampaikan seperti yg anda pahami, maka anda telah berdusta atas nama rasulullah, dan ini ancamannya berat loh mas,
مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
”Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaknya dia mengambil tempat duduknya di neraka”. (HR. Bukhari & Muslim)
Kita berlindung kepada Allah dari berkata dusta atas nama rasulullah
Justru saya bertanya, apa yang anda jelaskan, siapa rujukan anda?
Kok aneh sekali cara memahami hadits?
Silahkan jika ingin mudah memahami tentang apa itu bidah, silahkan lihat DISINI
ZON JONGGOL berkata:
Semoga bermanfaat bagi yang ingin mencari kebenaran dan bagi yang ingin mencari pembenaran silakan membantah dengan ilmu…
Wallahu a’lam
Saya menjawab:
Apakah anda sudah membantah dengan ilmu?
Ilmu nahwu ya??
Aneh jadinya,..
Mas, anda yakin tidak kalau islam itu sudah sempurna?
Tidak perlu ditambah, dan tidak perlu dikurangi,.. jika anda yakin, maka urusan selesai,
Jika anda tidak yakin, baca ayat ini
اَلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridai Islam itu Jadi agama bagimu.” (QS. al-Maidah: 3)
Mas, anda yakin tidak, kalau rasulullah sudah mengajarkan semua ajaran islam ini?
Kalau anda yakin, maka urusan selesai, tidak ada bidah, tdk ada ajaran baru, krn semua telah dijelaskan,
Jika anda tidak percaya, silahkan baca hadits ini
تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ
“Aku tinggalkan kalian dalam suatu keadaan terang-benderang, siangnya seperti malamnya. Tidak ada yang berpaling dari keadaan tersebut kecuali ia pasti celaka.” (HR. Ahmad)
Juga sabdanya,
مَا بَقِيَ شَيْءٌ يُقّرِبُ مِنَ الْجَنَّةِ وَيُتَاعِدُ عَنِ النَّارِ إِلاَّ قَدْ بُيِّنَ لَكُمْ
“Tidaklah ada sesuatu yang mendekatkan diri kepada surga dan menjauhkan dari neraka melainkan telah dijelaskan kepada kalian.” (HR. Thabrani)
Sahabat Abu Dzar al-Ghifari berkata:
تَرَكَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا طَائِرٌ يُقَلِّبُ جَنَاحَيْهِ فِي الْهَوَاءِ إِلاَّ وَهُوَ يَذْكُرُ لَنَا عِلْمًا
“Rasulullah wafat meninggalkan kami dalam keadaan tidak ada seekor burung pun yang terbang di udara melainkan beliau telah mengajarkan ilmunya kepada kami.” (HR. Thabrani)
Setiap bid’ah adalah kesesatan, setiap bid’ah membawa pelakunya kepada perbuatan dosa, perbuatan kesesatan dan menodai syariat islam yang mulia dan sempurna ini. Bukankah sesuatu yang sempurna jika ditambah atau dikurangi akan merusak kesempurnaannya? Bukankah sebuah bola yang sudah bulat sempurna jika kita tambahi atau kurangi malah akan merusak keindahannya??
Perbuatan bid’ah adalah kesesatan walaupun orang-orang menganggap perbuatan tersebut adalah kebaikan, sebagaimana perkataan sahabat Abdullah Ibnu Umar,
كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَإِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنَةً
“Setiap bid’ah adalah kesesatan meskipun manusia menganggap perbuatan tersebut adalah kebaikan.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang mengada-adakan suatu perkara dalam agama ini tanpa ada tuntunannya maka amalannya tersebut tertolak.” (HR. Bukhari Muslim)
Juga dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Setiap bid’ah adalah kesesatn.” (HR. Tirmidzi)
Faedah
Bid’ah yang tercela dalam islam adalah perbuatan bid’ah dalam syariat islam, yaitu melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan dengan alasan ibadah padahal tidak ada dalil atas hal tersebut atau dalil yang menjadi sandarannya adalah hadits yang lemah, tidak bisa dijadikan sebagai sandaran hukum. Sehingga apabila ada seseorang melakukan suatu perbuatan yang baru akan tetapi tidak dalam rangka beribadah kepada Allah ta’ala maka perbuatan tersebut bukanlah disebut sebagai bid’ah yang tercela akan tetapi disebut bid’ah secara bahasa, dan perbuatan tersebut boleh.
Misalnya seseorang ingin melaksanakan puasa khusus pada hari selasa saja tanpa hari lainnya, sedangkan puasa adalah ibadah, ia melaksanakan puasa tersebut tanpa ada contohnya dari Rasulullah dan para sahabatnya, maka puasa yang ia lakukan adalah bid’ah yang diharamkan oleh islam. Adapun jika seseorang melakukan perbuatan yang berkaitan dengan dunia seperti membuat kendaraan tipe baru yang belum ada contoh sebelumnya, atau membuat kebiasaan baru, maraton setiap hari Rabu pagi dan seterusnya maka tidak diragukan lagi bahwa perbuatan-perbuatan tersebut adalah boleh.
Semoga bermanfaat…
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapustrus bantah yg lain min.. lanjutkan
BalasHapus