Mayoritas
orang Syi’ah masa sekarang mengatakan bahwa yang membunuh Al-Husain bin ‘Aliy radliyallaahu
‘anhumaa adalah Yaziid bin Mu’aawiyyah rahimahullah. Dialah yang
memerintahkan untuk membunuh Al-Husain radliyallaahu ‘anhu. Itulah
khabar yang beredar dari mulut ke mulut, dari dulu hingga sekarang, dan
akhirnya masuk ke telinga orang yang paling bodoh di kalangan mereka.
Dogma pun muncul : Orang-orang Syaam/Bani Umayyah adalah pembunuh Al-Husain, sehingga pantas menjadi musuh Ahlul-Bait. Bani Umayyah = Ahlus-Sunnah = Wahabiy. Meski telah menjadi dogma, ternyata keliru. Bukan orang Syaam yang menjadi pembunuh Al-Husain radliyallaahu ‘anhu. Lalu, siapakah yang membunuh Al-Husain ?. Berikut perkataan Ahlul-Bait dan para ulama Syi’ah yang ada dalam kitab-kitab mereka :
Dogma pun muncul : Orang-orang Syaam/Bani Umayyah adalah pembunuh Al-Husain, sehingga pantas menjadi musuh Ahlul-Bait. Bani Umayyah = Ahlus-Sunnah = Wahabiy. Meski telah menjadi dogma, ternyata keliru. Bukan orang Syaam yang menjadi pembunuh Al-Husain radliyallaahu ‘anhu. Lalu, siapakah yang membunuh Al-Husain ?. Berikut perkataan Ahlul-Bait dan para ulama Syi’ah yang ada dalam kitab-kitab mereka :
‘Aliy bin Al-Husain bin 'Aliy bin Abi
Thaalib rahimahullah
‘Aliy
bin Al-Husain bin Abi Thaalib berkata saat mengecam pengkhianatan para
pengikutnya yang membunuh Al-Husain radliyallaahu ‘anhu :
أيها الناس نشدتكم بالله
هل تعلمون أنكم كتبتم إلى أبي وخدعتموه، وأعطيتموه العهد والـميثاق والبيعة
وقاتلتموه وخذلتموه، فتبا لـما قدمتم لأنفسكم، وسوأة لرأيكم، بأية عين تنظرون إلى
رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم إذ يقول لكم قتلتم عترتي وانتهكتم حرمتي فلستم
من أمتي.
فارتفعت أصوات النساء
بالبكاء من كل ناحية، وقال بعضهم لبعض هلكتم وما تعلمون
“Wahai
sekalian manusia, kami bersumpah dengan menyebut nama Allah kepada kalian untuk
bertanya, apakah kalian tahu bahwa kalian dulu pernah menulis kepada ayahku
(Al-Husain) lalu kalian ternyata menipunya ?. Kalian dulu berjanji memberikan
kesetiaan dan baiat, namun ternyata kemudian kalian malah memeranginya dan
meninggalkannya ?. Sungguh celaka apa yang telah kalian lakukan pada diri
kalian. Sungguh jelek pikiran kalian. Dengan mata yang mana kalian akan melihat
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam kelak ketika beliau
bersabda kepada kalian : ‘Kalian telah membunuh keturunanku dan menodai
kehormatanku. Kalian bukanlah termasuk umatku’”.
Maka bergemuruhlah suara para
wanita yang menangis di segala penjuru. Sebagian dari mereka berkata kepada
sebagian yang lain : ‘Binasalah kalian dan apa yang kalian ketahui”.
‘Aliy
bin Al-Husain ‘alaihis-salaam
berkata
:
رحم الله امرءا قبل نصيحتي،
وحفظ وصيتي في الله ورسوله وأهل بيته فإن لنا في رسول الله أسوة حسنة....
فقالوا بأجمعهم: نحن كلنا
سامعون مطيعون حافظون لذمامك غير زاهدين فيك ولا راغبين عنك، فمرنا بأمرك يرحمك الله،
فإنا حرب لحربك، وسلم لسلمك، لنأخذن يزيد ونبرأ ممن ظلمك وظلمنا،،
“Semoga
Allah merahmati seseorang yang menerima nasihatku, menjaga wasiatku yang
berkaitan dengan Allah, Rasul-Nya, dan Ahlul-Baitnya. Sesungguhnya kami dalam
diri Rasulullah adalah suri tauladan yang baik...”. Mereka semua berkata : “Kami
semua akan mendengar, mentaati, dan menjaga kehormatanmu tanpa meninggalkanmu dan berpaling darimu. Maka,
perintahkanlah kami, semoga Allah merahmatimu. Dan kami akan berperang karena
peperanganmu, dan kami pun akan berdamai karena perdamaianmu. Kami benar-benar
akan membawa Yaziid, dan berlepas diri dari orang yang mendhalimimu dan
mendhalimi kami…”.
‘Aliy bin Al-Husain ‘alaihis-salaam
berkata :
هيهات هيهات أيها الغدرة الـمكرة
حيل بينكم وبين شهوات أنفسكم، أتريدون أن تأتوا إلي كما أتيتم آبائي من قبل؟ كلا ورب
الراقصات فإن الجرح لـما يندمل، قتل أبي بالأمس وأهل بيته معه، ولم ينسني ثكل رسول
الله صلى الله عليه وسلم وآله وثكل أبي وبني أبي ووجده بين لهاتي ومرارته بين حناجري
وحلقي وغصته تجري في فراش صدري
“Betapa
jauh, betapa jauh wahai
para pengkhianat lagi penipu. Kalian hanyalah mementingkan syahwat diri
kalian
saja. Apakah kalian akan datang kepadaku sebagaimana dulu kalian datang
pada ayah-ayahku (lantas kalian berkhianat) ?. Sekali-kali tidak, demi
Allah yang menciptakan onta-onta. Sesungguhnya luka lama belumlah
kering. Ayahku
dan keluarganya baru terbunuh kemarin. Dan aku belumlah lupa kematian
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi. Begitu juga kematian ayahku
dan anak-anak ayahku. Peristiwa itu masih ada dalam ingatanku. Rasa
pahit masih terasa di tenggorokanku dan kerongkonganku. Kesedihan itu masih
bergemuruh dalam dadaku” [Khuthbah ini disebutkan oleh Ath-Thibrisiy dalam Al-Ihtijaaj
2/32, Ibnu Thaawuus dalam Al-Majhuuf hal. 92, Al-Amiin dalam Lawaa’ijul-Asyjaan
hal. 158, ‘Abbaas Al-Qummiy dalam Muntahal-Aamaal 1/572, Husain
Kuuraaniy dalam Rihaab Karbalaa’ hal. 183, ‘Abdurrazzaaq Al-Muqrim dalam
Maqtal Al-Husain hal. 317, Murtadlaa ‘Ayyaad dalam Maqtal Al-Husain
hal. 87 dan diulang oleh ‘Abbaas Al-Qummiy dalam Nafsul-Mahmuum hal.
360. Disebutkan juga oleh Ridlaa Al-Qazwiiniy dalam Tudhlamuz-Zahraa’
hal. 262].
Ketika
Al-Imaam Zainul-‘Aabidiin radliyallaahu ‘anhu berjalan dan melihat penduduk
Kuufah sedang meratap dan menangis, maka ia mencelanya dan berkata :
تنوحون وتبكون من أجلنا فمن
الذي قتلنا؟
“Kalian
ini meratap dan menangis karena kami. Memangnya siapa yang membunuh kami ?” [Al-Malhuuf
hal. 86, Nafsul-Mahmuum hal. 357, Maqtal Al-Husain oleh Murtadlaa
‘Abbaas hal. 83 Cet. 4/1996 M, dan Tudhlamuz-Zahraa’ hal. 257].
Ummu
Kultsum bintu ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhaa
Ia
berkata :
يا أهل الكوفة سوأة لكم، ما
لكم خذلتم حسينا وقتلتموه، وانتهبتم أمواله وورثتموه، وسبيتم نساءه، ونكبتموه، فتبا
لكم وسحقا لكم، أي دواه دهتكم، وأي وزر على ظهوركم حملتم، وأي دماء سفكتموها، وأي كريمة
أصبتموها، وأي صبية سلبتموها، وأي أموال انتهبتموها، قتلتم خير رجالات بعد النبي صلى
الله عليه وآله، ونزعت الرحمة من قلوبكم
“Wahai
penduduk Kuufah, betapa jeleknya kalian. Kenapa kalian meninggalkan
Husain lalu kalian membunuhnya ?. Kalian rampas harta-hartanya lalu
mewarisinya, menawan wanita-wanitanya dan menyusahkannya ?. Sungguh celaka
kalian, dan semoga kalian jauh dari rahmat Allah !. Musibah apa yang menimpa
kalian, dosa apa yang kalian pikul di punggung kalian, darah siapa yang telah
kalian alirkan, istri siapa yang telah kalian tawan, anak perempuan siapa yang
telah kalian rampok, dan harta-harta siapakah yang telah kalian rampas ?. Kalian telah membunuh sebaik-baik laki-laki setelah
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi. Rasa kasih sayang telah dicabut
dari hati-hati kalian” [Al-Malhuuf hal. 91, Nafsul-Mahmuum hal.
363, Maqtal Al-Husain oleh Al-Muqrim hal. 316, Lawaa’ijul-Asyjaan hal.
157, Maqtal Al-Husain oleh Murtadlaa ‘Iyaadl hal. 86, dan Tudhlamuz-Zahraa’
oleh Ridlaa bin Nabiy Al-Qazwiiniy hal. 261].
Zainab bintu ‘Aliy radliyallaahu
‘anhaa
Ia berkata :
صه يا أهل الكوفة تقتلنا
رجالكم وتبكينا نساؤكم فالحاكم بيننا وبينكم الله يوم فصل القضاء
“Diamlah wahai penduduk Kuufah
!! Laki-laki kalian telah membunuh kami, sedangkan para wanita kalian menangisi
kami. Antara kami dan kalian adalah Allah pada hari penghakiman (hari
kiamat)” [Dinukil oleh ‘Abbaas Al-Qummiy dalam Nafsul-Mahmuum hal. 365.
Disebutkan juga oleh Asy-Syaikh Ridlaa bin Nabiy Al-Qazwiiniy dalam Tudhlamuz-Zahraa’
hal. 264].
Murtadlaa Al-Muthahhariy
Ia berkata :
ولا ريب في أن الكوفة
كانوا من شيعة علي وأن الذين قتلوا الإمام الحسين هم شيعته
“Dan tidak ragu lagi bahwa
penduduk Kuufah merupakan syi’ah (pendukung) ‘Aliy, dan yang membunuh Al-Imaam
Al-Husain adalah syi’ah (pendukung)-nya sendiri” [Malhamatul-Husainiyyah,
1/129].
فنحن سبق أن أثبتنا أن
هذه القصة مهمة من هذه الناحية وقلنا أيضا: بأن مقتل الحسين على يد الـمسلمين بل على
يد الشيعة بعد مضي خمسين عاما فقط على وفاة النبي لأمر محير ولغز عجيب وملفت للغاية
“Dan kami mendahului dalam menetapkan
bahwa kisah ini penting dari sisi ini. Dan kami juga berkata : Bahwasannya pembunuhan
Al-Husain adalah di tangan kaum muslimin, bahkan di tangan Syi’ah sendiri setelah
berlalu 50 tahun pasca wafatnya Nabi. Sungguh, ini adalah perkara yang
membingungkan, teka-teki yang mengherankan, dan menarik perhatian” [idem,
3/94].
Abul-Jauzaa’ berkata :
Ya,… penduduk Kuufah adalah
yang mengkhianati dan sekaligus membunuh Al-Husain bin ‘Aliy radliyallaahu ‘anhumaa.
Tidaklah mengherankan, karena sebelumnya ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu
‘anhu telah mengingatkan akan sifat khianat dan lancung para syi’ah-nya
dari penduduk Kuufah ini dengan perkataannya :
ولقد أصبحت الأمم تخاف
ظلم رعاتها، وأصبحت أخاف ظلم رعيتي. استنفرتكم للجهاد فلم تنفروا، وأسمعتكم فلم
تسمعوا، ودعوتكم سرا وجهرا فلم تستجيبوا، ونصحت لكم فلم تقبلوا
………………
يا أهل الكوفة، منيت منكم
بثلاث واثنتين: صم ذوو أسماع، وبكم ذوو كلام، وعمي ذوو أبصار، لا أحرار صدق عند اللقاء،
ولا إخوان ثقة عند البلاء! تربت أيديكم يا أشباه الابل غاب عنها رعاتها! كلما جمعت
من جانب تفرقت من آخر
“Sungguh, umat-umat terdahulu
khawatir akan kedhaliman pemimpinnya, akan tetapi aku malah khawatir akan
kedhaliman rakyatku. Aku ajak kalian berangkat berjihad , namun kalian enggan
berangkat. Aku ingin bicara pada kalian, namun kalian tidak mau mendengarnya.
Aku ajak kalian untuk kebaikan baik secara sembunyi maupun terang-terangan,
namun kalian tidak menyambutnya. Aku nasihati kalian, namun kalian tidak
menerimanya.
……..
Wahai penduduk Kuufah, aku
diuji (Allah) dari kalian dalam 3 perkara dan 2 perkara : (kalian) tuli tapi
punya pendengaran, bisu tapi punya perkataan, dan buta tapi punya penglihatan.
Juga tidak mempunyai orang yang pemberani ketika berhadapan dengan musuh, dan
tidak mempunyai orang kepercayaan ketika tertimpa musibah. Celakalah kalian wahai
orang yang menyerupai onta yang kehilangan penggembalanya ! Setiap kali digiring
dari satu sisi, ia lari dari sisi yang lain” [Nahjul-Balaaghah, 1/187-189].
Jadi, kalau kita sekarang
melihat orang Syi’ah bersedih dan memukul-mukul badan setiap hari ‘Aasyuuraa (10
Muharram, tanggal kematian Al-Husain bin ‘Aliy radliyallaahu ‘anhumaa),
barangkali asal muasalnya karena menyesali kelakukan bejat nenek moyang mereka dari
penduduk Kuufah yang suka berkhianat. Tapi orang-orang bodohnya kemudian
memahami perbuatan pukul-memukul badan itu sebagai bentuk kesedihan atas
kematian Al-Husain radliyallaahu ‘anhu. Sungguh ironis !!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar