Sabtu, 07 Juni 2014

HASAN AS-SAQQAF PUN MENCELA IMAM ABUL HASAN-AL-ASY'ARI

Penulis: Rizki Maulana
Sebelumnya telah ada dua pembahasan mengenai Hasan As-Saqqaf yang membongkar kedoknya; yang menunjukkan betapa keyakinan rafidhah amat nampak pada dirinya. Tulisan pertama adalah berkenaan tuduhan dia kepada Ahlus Sunnah bahwa Ahlus Sunnah adalah nawaashib dan yang kedua adalah berkenaan celaannya terhadap Shahabat agung Mu’awiyyah radhiyallaahu ‘anhu .

Hasan As-Saqqaf, seorang yang masyhur sebagai penyokong ‘aqidah Asy’ariyyah dan penentang dakwah Salafiyyah. Karena hal tersebut, banyak dari teman-teman Asy’ariyyah berhujjah dengan hujjahnya (baca : syubhat). Namun apakah teman-teman Asy’ariyyah mengetahui apa yang Hasan As-Saqqaf katakan mengenai Al-Imam Abul Hasan Al-Asy’ariy rahimahullah?
Langsung saja, pada kitab Al-Ibanah oleh Al-Imam Abul Hasan Al-Asy’ariy yang ditahqiq oleh Hasan As-Saqqaf – terbitan Daar Al-Imam An-Nawawiy – hal. 120, Al-Imam Al-Asy’ariy berkata:
وإنما أراد من نفى رؤية الله عز وجل بالأبصار التعطيل
“Sesungguhnya yang diinginkan oleh orang yang menafikan ru’yatullah (melihat Allah) ‘Azza Wa Jalla dengan pandangan adalah ta’thiil.”
Kemudian Hasan As-Saqqaf berkomentar dalam tahqiqnya:
مسكين ! وإنما أراد من يثبت رؤية الله عز وجل بالأبصار التجسيم والتشبيه !
MISKIN ! Sesungguhnya yang diinginkan oleh orang yang menetapkan ru’yatullah (melihat Allah) ‘Azza Wa Jalla dengan pandangan adalah tajsiim dan tasybiih !
S.S (Screenshot) :
Lalu pada hal. 170, Al-Imam Abul Hasan Al-Asy’ariy berkata:
لأنه مستو على العرش الذي فوق السموات
“Karena sesungguhnya Dia (Allah) beristawa di atas ‘Arsy yang berada di atas semua langit.”
Dikomentari oleh Hasan As-Saqqaf seperti berikut :
وهذا تصريح بالتجسيم الباطل عقلا ونقلا !
“Ini adalah pernyataan yang tashriih (jelas dan tegas) dengan tajsiim (penjisiman) bathil secara ‘aql dan naql.”

S.S :


Lalu pada hal. 171, Al-Imam Abul Hasan Al-Asy’ariy berkata:
فلو لا أن الله على العرش لم يرفعوا أيديهم نحو العرش
“Seandainya Allah tidak berada di atas ‘Arsy, tentu mereka tidak akan mengangkat tangan mereka ke arah ‘Arsy.”
Lalu Hasan As-Saqqaf berkomentar :
هل بقي تصريح بالتجسيم بعد هذا الهذيان ؟!
“Apakah masih tersisa pernyataan yang tashriih dengan tajsiim setelah igauan ini?!”
Pada pasal selanjutnya di halaman yang sama, Al-Imam Abul Hasan Al-Asy’ariy berkata:

وقد قال قائلون من المعتزلة، والجهمية، والحرورية‏:‏ إن معنى قول الله تعالى ‏:‏ ‏{ الرحمن على العرش استوى‏}‏‏ ‏[‏طه‏:‏5‏]‏‏:‏ أنه استولى وملك وقهر، ...
Dan telah berkata dari muktazilah, jahmiyyah, dan haruriyyah bahwa makna Firman Allah Ta’ala: “الرحمن على العرش استوى” {Surat Thoha ayat 5} adalah istaulaa (menguasai), memiliki, dan mengalahkan, ...”
Hasan As-Saqqaf berkomentar:
نعم هذا هو الصواب رغم أنف المصنف !
Ya, inilah yang benar meskipun tidak disukai oleh si penulis (Abul Hasan Al-Asy’ariy) !”
Hasan As-Saqqaf menyepakati aqidah muktazilah?? Allaahul Mustaaan... Kemudian dia melanjutkan komentarnya :
وبه ندين الله تعالى خلافا للمصنف المجسم القائل بعدم (طول الاستقرار) والقائل (فلو لا أن الله على العرش لم يرفعوا أيديهم نحو العرش) !!
Dengan hal itulah kami beragama kepada Allah. Tidak seperti penulis (Abul Hasan Al-Asy’ariy) sang mujassim yang berkata dengan meniadakan menerusnya istiqraar dan yang berkata: “Seandainya Allah tidak berada di atas ‘Arsy, tentu mereka tidak akan mengangkat tangan mereka ke arah ‘Arsy.” !!”

S.S :


Telah jelas dengan point-point di atas bahwa Hasan As-Saqqaf mencela Al-Imam Abul Hasan Al-Asy’ariy dengan sebutan miskin dan sebagai orang yang ber-tajsiim yaitu Mujassim (fa’il). Hal ini tidaklah mengherankan, sebab jika dia bisa mencela Shahabat agung Mu’awiyyah radhiyallaahu ‘anhu tentunya akan lebih mudah baginya untuk mencela Al-Imam Abul Hasan Al-Asy’ariy sebagaimana dia juga menyebut Ahlus Sunnah dengan sebutan nawaashib.
Maka setelah ini, masihkah teman-teman Asy’ariyyah menjadikan Hasan As-Saqqaf sebagai rujukan? Masihkah seseorang yang memiliki kebanggaan dan kehormatan sebagai Sunniy menjadikan seorang yang darah rafidhah amat kental mengalir dalam tubuhnya sebagai “hujjah” ?
Allahu Musta'an

1 komentar:

  1. Ini amat mirip tulisan teman saya, Muhammad Jasir Nashrullah alias Jaser Putra Aisyah.. tapi tercantum di sini nama penulisnya Rizki Maulana.. hmm menarik

    BalasHapus