Selasa, 15 Juli 2014

MEMAHAMI AGAMA ISLAM HARUSLAH DENGAN DALIL, BUKAN DENGAN AKAL!!

 Penulis: Rizki Maulana
Masih terheran-heran mendengar seorang yang mengucapkan: “Semua minta dalil, terlalu picik memahami agama”

Masih merasa sangat aneh ketika seorang dimintai dalil, ia malah mengucapkan: “Imam Fulan berkata…” atau berkata: “Habib fulan berkata…” atau berkata: “Tapi kyaiku Fulan berpendapat…”

Masih geleng-geleng kepala, ketika sudah menyebutkan ayat-ayat suci al Quran dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai dalil dalam sebuah permasalahan, malah diucapkan: “Sombong, sok pinter, takabbur, merasa benar sendiri, minta dihormati”


Ada lagi yang mengatakan: “Dalil-dalil terus, pakai perasaan dong, pakai akal dong”

Dan mungkin saudaraku seiman…juga pernah mendengar ucapan-ucapan yang senada dengan di atas…

Mungkin yang bersikap seperti di atas dan mengucapkan ucapan di atas belum tahu bagaimana pentingnya berpegang kepada Al Quran dan Sunnah serta pemahaman para shahabat radhiyallahju ‘anhum. Dan semoga sikap serta penyataan di atas, tidak didasari atas penolakan terhadap ayat Al Quran atau hadits dengan pemahaman para shahabat radhiyallahu ‘anhum.

Saudaraku seiman…mari bandingkan ucapan dan pernyataan di atas dengan perkataan-perkataan berikut:

1.    Abu Darda radhiyallahu ‘anhu berkata:
 ( لَنْ تضل مَا أَخَذْتَ بالأَثَر)
“Kamu tidak akan sesat selama mengambil Al Atsar (dalil dari Al Quran dan hadits ataupun perkataan para shahabat radhiyallahu ‘anhum). Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah di dalam kitab Al Ibanah.

2.    Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata kepada siapa yang bertanya kepada tentang sebuah permasalahan, lalu orang tersebut mengucapkan kepadanya: “Sesungguhnya bapakmu (yaitu Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu-pen) telah melarang itu”, (maka Abdullah bin Umar menjawab-pen):

( أأَمْرُ رسول الله- صلى الله عليه وعلى آله وسلَّم- أَحَق أَنْ يتبعَ ، أَو أَمرُ أَبي؟!)
“Apakah perkataan Rasulullah shallallah ‘alaihi wasallam yang pali patut diikuti atau perintah bapakku?!”. Lihat kitab Zaad Al Ma’ad

Dan beliau adalah seorang shahabat yang sangat kuat dan tegas mengingkari bid’ah dan sangat semangat mengikuti dan menegakkan sunnah, beliau pernah mendengar seseorang bersin kemudian ia mengucapkan: “Alhamdulillah wa ash shalatu wassalam ‘ala rasulillah”, maka Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu berkata:

(ما هَكذا علمنا رَسولُ اللهِ- صلى الله عليه وعلى آله وسلم- بل قال : « إِذا عَطَسَ أَحَدُكُمْ ؛ فَلْيَحْمد اللهَ » ولم يَقلْ : وليُصل عَلَى رَسُولِ اللهِ)
“Bukan seperti itu yang telah diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kami, tetapi beliau bersabda: “Jika salah satu dari kalian bersin, maka ucapkanlah Alhamdulillah”, dan beliau tidak mengucapkan: “Hendaklah kalian bershalawat atas Rasulullah”. HR. Tirmidzi dengan sanad yang hasan.

3.    Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata bagi siapa yang menentang sunnah dengan perkataan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhuma:

 (يُوشكُ أَنْ تَنزلَ عَليكُم حِجارة من السماءِ ؛ أَقولُ لَكُم : قالَ رسولُ الله- صلى الله عليه وعلى آله وسلمَّ- وتقُولونَ : قالَ أَبو بكر وعُمر )  رواه عبد الرزاق في : « المصنف » بسند صحيح .
“Hampir diturunkan atas kalian bebatuan dari langit, (ketika) aku mengucapkan untuk kalian: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda…” dan kalian (malah) mengucapkan: “Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma.” Diriwayatkan Abdurrazzaq di dalam kitab Al Mushannaf dengan sanad yang shahih.

4.    Muhammad bin Sirin rahimahullah berkata:
 (كانوا يَقولون : ما دامَ عَلَى الأَثَر ؛ فَهُوَ عَلَى الطَريقِ).
“Mereka (para shahabat-pen) menyatakan: “Selama sesuai dengan atsar, maka ia  di atas jalan (yang benar-pen).” Diriwayatkan oleh Al Laalakai di dalam kitab Syarah Ushul Itiqadi Ahl As Sunnah wa Al Jama’ah.

5.    Al Auza’I rahimahullah berkata:

 (عَلَيْكَ بآثارِ مَنْ سَلف وإِنْ رَفَضَكَ الناس ، وإِيَّاك وآراءَ الرجال وإِنْ زَخْرَفُوها لكَ بالقَول ؛ فإِنَ الأمْرَ يَنْجلي وأَنتَ عَلى طريقٍ مُستقيم)
“Ambillah riwayat-riwayat orang salaf (terdahulu dari para shahabat, tabi’ie dan tabi’ut tabi’ie-pent) walu orang-orang menolakmu dan jauhilah pendapat orang-orang, meski mereka menghiasinya dengan perkataan, sesungguhnya perkara (yang benar-pen) akan terlihat jelas dan kamu masih di atas jalan yang lurus.” Diriwayatkan oleh Al Khathib di dalam kitab Syarafu Ahl Al Hadits

6.    Abdullah bin Al Mubarak rahimahullah berkata:

( لِيَكُنِ الذي تَعْتَمدُ عَليه الأَثَر ، وَخُذْ مِن الرَّأْيِ مَا يُفسّر لكَ الحديث)
“Hendaklah yang kamu sandarkan adalah padanya atsar  dan ambillah dari pendapat yang menafsirkan untukmu hadits”. Diriwayatkan oleh Al Baihaqi di dalam Sunan Al Kubra.

7.    Asy Syafi’ie rahimahullah berkata:

 (كلُّ مَسْأَلَة تَكلّمْتُ فيها بخلافِ السنة ؛ فَأنا راجعٌ عنها ؛ في حَياتي وبَعْدَ ممَاتي)  أخرجهما الخطيب في « الفقيه والمتفقه »
“Setiap permasalahan yang aku telah berbicara di dalamnya berbeda dengan sunnah, maka aku akan kembali darinya, (baik) di dalam kehidupan dan kematianku.” Diriwayatkan oleh Al Khatib di dalam kitab Al Faqih wa Al Mutafaqqih.

8.    Ar Rab’I bin Sulaiman meriwayatkan:
روى الشافعي يوما حديثا ، فقال له رجلٌ : أتأخذ بهذا يا أبا عبد الله ؛ فقال : (مَتى ما رَوَيتُ عَن رَسُولِ اللهِ- صلى الله عليه وعلى آله وسلم- حَديثا صحيحا ؛ فَلم آخذْ بهِ ؛ فأشهْدكُم أَن عَقلي قَدْ ذهَب)
“Suatu hari Asy Syafi’I meriwayatkan sebuha hadits, lalu ada seorang yang berkata kepada beliau: “Apakah engkau menjadikannya (sebagai sandaran-pen) wahai Abu Abdillah (kunyah imam Asy Syafi’i)?”, beliau menjawab: “Kapan saja aku meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebuah hadits shahih, lalu aku tidak mengambilnya, maka saksikanlah bahwa akalku telah lenyap”. Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah di dalam kitab Al Ibanah.

9.    Nuh Al Jami’ rahimahullah berkata: “Aku pernah bertanya kepada Abu Hanifah rahimahullah: “Apa pendapatmu tentang apa yang dibuat-buat orang-orang berupa pembicaraan di dalam Al A’radh dan Al Ajsam?’, beliau menjawab:

 (مقالاتُ الفَلاسفة ، عَليكَ بالأَثرِ وطريقةِ السلفِ ، وإِياكَ وكل محدثة ؛ فإِنها بدعة)
“(ini adalah) ucapan-ucapan kaum filsafat, ambillah atsar dan jalannya para salaf, dan jauhilah setiap yang diada-adakn, karena sesungguhnya ia adalah bid’ah.” Diriwayatkan oleh Al Khathib di dalam kitab Al Faqih wa Al Mutafaqqih.

Allahu Musta'an

Tidak ada komentar:

Posting Komentar