Penulis: Rizki Maulana
Imam Syafi'i Mengambil Berkah Dari Bekas Cucian Baju Imam Ahmad
Thursday, 08 October 2009 18:00 and
Ibnu Jawzi menuturkan sebuah kisah : “bahwa
pada suatau malam, Imam Syafi’i bermimpi bertemu Rasulullah saw. dan
memerintahnya agar menyampaikan salam beliau kepada Imam Ahmad ibn
Hanbal.
Kesokan
harinya, Imam Syafi’i memerintahkan Rabî’- murid beliau- agar
membawakan surat menemui Imam Ahmad ibn Hanbal. Rabî’ bergegas pergi
menuju kota Baghdad dan menyerahkan surat tersebut, setelah membacanya,
Ahmad meneteskan air mata. Rabi’ bertanya kepadanya, ‘Ada apa di
dalamnya wahai Abu Abdillah?’ Ahmad menjawab ‘Beliau menyebut bahwa
beliau melihat nabi dalam mimpi dan berkata kepadanya, ’Tulislah surat
kepada Abu Abdillah Ahmad ibn Hanbal dan sampaikan salamku kepadanya!
Dan katakan, ‘Engkau akan diuji dan dipaksa mengatakan bahwa Alquran itu
makhluq, maka jangan engka turuti permintaan mereka, Allah akan
meninggikan derajatmu sebagai panutan di setiap masa hingga hari kiamat.
Rabi berkata, “Aku berkata, ‘Ini kabar gembira.’ Lalu Ahmad melepas
baju dalamnya yang menyentuh badannya dan menyerahkannya kepadaku, aku
mengambilnya dan akupun pulang menuju negeri Mesir bersama surat jawaban
Ahmad. Setelah aku serahkan kepadanya, ia bertanya, ‘Apa yang ia
berikan kepadamu?’ Aku menjawab, ‘baju gamis yang langsung menyentuh
badannya’ Syafi’i berkata kepadaku, ‘Aku tidak ingin merampasnya darimu,
tapi basahi dia dan serahkan kepadaku sisa air cuciannya agar aku juga
dapat mendapat berkah sepertimu. Maka, kata rabi’, ‘Aku mencucuinya, dan
aku bawakan sisa air cuciannya kepadanya aku telakkan di botol, aku
menyaksikan beliau setiap hari mengambil sedikit air darinya dan
mengusapkannya ke wajah beliau, untuk mengambil keberkahan dari Ahmad
ibn Hanbal.
[“Manaqib Ahmad ibn Hanbal”: 455 dan “Al Bidayah wa an Nihayah”; Ibnu Katsir,10/331 dari al Baihaqi]
Pasti
kaum Wahabi berjenggot dan bercelana cingkrang di bawah lutut sedikit
menjerit kebakaran jenggot dan berkata, “Syirik! Syirik! Syirik! Syirik!
Syirik !
Beginilah artikel yang dimuat oleh sang ‘Perindu Khilafah dan Syari’at’ (http://www.seruan-global.com/kajian-umum/imam-syafii-mengambil-berkah-dari-bekas-cucian-baju-imam-ahmad.html) --- yang ternyata mengekor alias foto kopi dari blog dusta Abu Salafy.
Tanpa berpanjang lebar kami berkomentar :
Kisah ini tidak shahih, dimana ia dibawakan dalam beberapa sanad dalam sebagian kitab para ulama.
Sanad Pertama
Diriwayatkan
oleh Ibnul-Jauziy dan Ibnu ‘Asaakir dari jalan Abu ‘Abdirrahman
Muhammad bin Al-Husain : Aku mendengar Muhammad bin ‘Abdillah bin
Syaadzaan : Aku mendengar Abul-Qaasim bin Shadaqah : Aku mendengar ‘Aliy
bin ‘Abdil-‘Aziiz Ath-Thalhiy : Ar-Rabi’ telah berkata kepadaku
bahwasannya Asy-Syafi’iy pergi menuju Mesir…. (dst. dari kisah ini).
Taarikh Dimasyq 5/312, Manaaqib Al-Imam Ahmad oleh Ibnul-Jauziy hal. 609 – dan dari jalan Ibnul-Jauziy, Al-Maqdisiy meriwayatkannya dalam Mihnatul-Imam Ahmad hal. 7.
Dalam
sanad ini terdapat rawi yang bernama Muhammad bin Al-Husain Abu
‘Abdirrahman As-Sulamiy. Tertuduh memalsukan hadits. Dan perawi yang di
atasnya ada yang tidak diketemukan biografinya.
Tertulis dalam Lisaanul-Miizaan (7/92
no. 6695 – tahqiq : ‘Abdul-Fattaah Abu Ghuddah, Cet. 1/Thn. 1423) saat
menyebutkan biografi Muhammad bin Al-Husain Abu ‘Abdirrahman As-Sulamiy :
قال الخطيب قال لي محمد بن يوسف القطان كان يضع الأحاديث للصوفية
“Al-Khathiib berkata : Telah berkata kepadaku Muhammad bin Yusuf Al-Qaththaan : “Ia memalsukan beberapa hadits untuk shufiyyah” [selesai].
Bahkan Ibnul-Jauziy yang membawakan kisah ini pun memberikan jarh kepada Muhammad bin Al-Husain ini dengan perkataannya :
محمد
بن الحسين أبو عبد الرحمن السلمي الصوفي حدث عن الأصم وغيره قال أبو بكر
الخطيب قال لي محمد بن يوسف القطان كان السلمي غير ثقة وكان يضع للصوفية
الأحاديث
“Muhammad
bin Al-Husain Abu ‘Abdirrahman As-Sulamiy Ash-Shuufiy, menceritakan
hadits dari Al-Asham dan yang lainnya. Telah berkata Abu Bakr
Al-Khathiib : Telah berkata kepadaku Muhammad bin Yusuf Al-Qaththaan :
“As-Sulamiy bukan seorang yang terpercaya (tsiqah), dan ia memalsukan beberapa hadits untuk Shufiyyah” [Adl-Dlu’afaa’ wal-Matrukiin oleh Ibnul-Jauziy, 3/52-53 no. 2952, tahqiq : Abul-Fidaa’ ‘Abdullah Al-Qaadliy, Daarul-Kutub].
Sanad Kedua
Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asaakir dalam Taarikh Dimasyq (5/312
– tahqiq : ‘Umar bin Gharamah Al-‘Amrawiy, Daarul-Fikr, Cet. Thn. 1415)
: Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-Jabbaar bin Muhammad bin Ahmad
Al-Hawaariy Al-baihaqiy Al-Faqiih – dengan didikte di Baghdad - : Telah
mengkhabarkan kepada kami Al-Imam Abu Sa’iid Al-Qusyairiy dengan
didikte, dan ia adalah ‘Abdul-Waahid bin ‘Abdil-Kariim : Telah
memberitakan kepada kami Al-Haakim Abu Ja’far Muhammad bin Muhammad
Ash-Shaffaar : Telah memberitakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf, ia
berkata : Aku mendengar Muhammad bin ‘Abdillah Ar-Raaziy, ia berkata :
Aku mendengar Ja’far bin Muhammad Al-Maalikiy, ia berkata : Telah
berkata Ar-Rabii’ bin Sulaiman : “Sesungguhnya Asy-Syafi’iy – rahimahullah - pergi menuju Mesir……(dst. dari kisah ini)”.
Dan dari jalannya (Ibnu ‘Asaakir), As-Subkiy meriwayatkannya dalam Thabaqaat Asy-Syafi’iyyah Al-Kubraa (2/35).
Terdapat tashhif dalam sanad antara Taariikh Ibnu ‘Asaakir dimana padanya tertulis Ja’far bin Muhammad Al-Maalikiy, sedangkan dalam Ath-Thabaqaat tertulis Abu Ja’far Muhammad Al-Malathiy.
Sanad
riwayat ini gelap. Ada beberapa perawi yang tidak diketahui dan tidak
diketemukan biografinya – selain dari Ar-Rabii’ bin Sulaiman. Wallaahu a’lam.
Sanad Ketiga
Diriwayatkan oleh Ibnul-Jauziy dalam Manaaqib Al-Imam Ahmad (hal.
610 – tahqiq Dr. ‘Abdullah bin ‘Abdil-Muhsin At-Turkiy) : Telah
mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin Naashir : telah memberitakan
kepada kami Abu ‘Aliy Al-Hasan bin Ahmad : Telah mengkhabarkan kepada
kami Ibrahim bin ‘Umar Al-Barmakiy, ia berkata : Aku mendapatkan dalam
kitab ayahku, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr Ahmad
bin Syaadzaan, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Isa
Yahya bin Sahl Al-‘Ukbariy dengan ijazah
(ijin periwayatan). Al-Barmakiy berkata : Dan aku menulis dari jalan
Abu Ishaaq bin Syaqlaa – ia datang kepada kami, dan kemudian meminta
ijin darinya (untuk meriwayatkan) -
mereka berdua berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami
Abul-Qaasim Hamzah bin Al-Hasan Al-Haasyimiy Asy-Syaafi’iy – ia seorang
yang terpercaya – berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr
‘Abdullah bin Muhammad An-Naisaburiy, ia berkata : Telah menceritakan
kepadaku Ar-Rabii’ bin Sulaiman, ia berkata : Ditulis di hadapan
Asy-Syaafi’iy sebuah surat untuk Abu ‘Abdillah Ahmad bin Hanbal…..(dst.
dari kisah ini).
Sanad riwayat ini gelap. Ada beberapa perawi yang tidak diketemukan biografinya lagi majhul.
Adz-Dzahabiy berkata dalam biografi Ar-Rabii’ bin Sulaiman Al-Muadzdzin :
ولم يكن صاحب رحلة فأما ما يروى أن الشافعي بعثه إلى بغداد بكتابه إلى أحمد بن حنبل فغير صحيح
“Tidaklah ia pernah menjadi shaahibu rihlah.
Adapun apa-apa yang diriwayatkan bahwasannya Asy-Syafi’iy mengutusnya
ke Baghdad dengan membawa surat untuk Ahmad bin Hanbal, maka kisah
tersebut tidak benar (tidak shahih)” [Siyaru A’laamin-Nubalaa’, 12/587-588, Muassasah Ar-Risalah, Cet. 9/1413].
Yang menguatkan pernyataan Adz-Dzahabiy adalah bahwa tidak ada seorang pun muhaddits ‘Iraq yang menukil darinya, bahwa mereka mendengar riwayat dari Ar-Rabii’ di ‘Iraq, padahal mereka adalah golongan yang masyhur dengan tahdiits-nya. Apalagi Al-Khathiib tidak menuliskan biografi Ar-Rabii’ dalam kitabnya Taariikh Baghdaad, padahal kitab tersebut masyhur dalam penyebutan orang-orang yang pernah menjadi penduduk atau singgah di Baghdad. Wallaahu a’lam.
Kesimpulannya : Kisah ini tidak shahih. Kalaupun dianggap shahih, maka kisah ini bukan berisi perbuatan atau perkataan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya. Lantas, bagaimana bisa kisah ini dijadikan dalil tentang keabsahan (hukum) satu amalan ? – yaitu tabarruk dengan atsar orang shaalih selain Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Dan sungguh sangat menyedihkan jika saudara kita ‘pejuang’ Khilafah dan Syari’ah ini mengucapkan kalimat sinis terhadap syari’at jenggot dan celana yang tidak isbal :
“Pasti
kaum Wahabi berjenggot dan bercelana cingkrang di bawah lutut sedikit
menjerit kebakaran jenggot dan berkata, “Syirik! Syirik! Syirik! Syirik!
Syirik !”.
Kebenciannya terhadap Wahabiy mungkin membuatnya lupa bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :
أحفوا الشوارب وأعفوا اللحى
”Potonglah kumis kalian dan peliharalah jenggot” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 259].
هذا موضع الإزار فإن أبيت فأسفل فإن أبيت فلا حق للإزار في الكعبين
“Ini
adalah batas panjang kain sarungmu (yaitu pertengahan betis). Apabila
engkau enggan, maka boleh di bawahnya. Dan jika engkau enggan, maka
tidak ada hak bagi kain sarung untuk melebihi mata kaki” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam As-Sunan no. 1783 dan Asy-Syamaail no.
122, Al-Humaidiy no. 445, ‘Aliy bin Ja’d no. 2652, Ibnu Abi Syaibah
8/390-391, Ahmad 5/382 & 396 & 398 & 400, Ibnu Majah no.
3572, An-Nasaa’iy 8/206, Ibnu Hibbaan no. 5445, Ath-Thabaraniy dalam Al-Ausath no. 1800 dan Ash-Shaghiir no. 270, Al-Baghawiy no. 3078, dan Al-Mizziy dalam Tahdziibul-Kamaal 27/547; shahih].
Jangan sampai kecintaannya pada Khilafah dan Syari’at membuat dia mencela syari’at….. Allaahul-Musta’aan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar