I. KEKAGUMAN SOEKARNO TERHADAP WAHABI
Kepada A. Hassan, Soekarno
bercerita keinginannya membaca buku “Utusan Wahabi.” Ia
juga bercerita telah menerjemahkan buku biografi Ibnu Saud. “Bukan main
hebatnya ini biografi! Saya jarang menjumpai biografi yang begitu
menarik hati,” ujar Bung Karno.
Sepucuk surat nun jauh dari tanah
seberang dikirimkan kepada Tuan A. Hassan, guru utama Persatuan Islam
(Persis). Sang pengirim bukanlah sembarang orang. Ia tokoh muda bangsa
yang kala itu berada dalam pengasingan di Ende, Nusa Tenggara Timur.
Soekarno, nama pengirim surat itu, tak lain adalah sosok yang kemudian
hari menjadi founding father dan presiden pertama Republik Indonesia. Soekarno sosok yang berapi-api, cerdas, dan ambisius.
Dari tanah pengasingan yang sepi,
Soekarno berkirim surat kepada Tuan Hassan, begitu A. Hassan biasa
disapa pada saat itu. Bagi Soekarno, A. Hassan adalah sahabat sekaligus
guru dalam mempelajari Islam. Ia mengagumi karya-karyanya, termasuk
juga mengagumi cara pandangnya terhadap ajaran-ajaran Islam. Kepada Tuan
Hassan, Soekarno berkirim kabar dan bercerita panjang lebar mengenai
berbagai hal, di antaranya soal taklid, takhayul, kejumudan umat Islam,
dan lain sebagainya. Ia juga menceritakan keinginannya untuk mendapatkan
bahan-bahan bacaan Islam, terutama karya-karya A. Hassan. Di antara
karya A. Hassan yang ingin sekali ia baca adalah buku berjudul, “Utusan
Wahabi”.
Sepucuk surat itu ia tulis dengan ketulusan, sebagai berikut:
Endeh, 1 Desember 1934
Assalamu’alaikum,
Jikalau saudara memperkenankan, saya
minta saudara mengasih hadiah kepada saya buku-buku yang tersebut
berikut ini: Pengajaran Sholat, Utusan Wahabi, Al-Muctar, Debat Talqien.
Al-Burhan Complete, Al-Jawahir.
Kemudian, jika saudara bersedia, saya
minta sebuah risalah yang membicarakan soal “sajid” (kalangan sayyid
atau habaib, red). Ini buat saya bandingkan dengan alasan-alasan saya
sendiri tentang hal ini. Walaupun Islam zaman sekarang menghadapi soal
yang beribu-ribu kali lebih besar dan lebih rumit dari pada soal “sajid”
itu, tetapi toch menurut keyakinan saya, salah satu kejelasan Islam
Zaman sekarang ini, ialah pengeramatan manusia yang menghampiri
kemusyrikan itu. Alasaan-alasan kaum “sajid” misalnya, mereka punya
“brosur kebenaran”, saya sudah baca, tetapi tidak bisa menyakinkan saya.
Tersesatlah orang yang mengira, bahwa Islam mengenal satu “Aristokrasi
Islam”. Tiada satu agama yang menghendaki kesamarataan lebih daripada
Islam. Pengeramatan manusia itu adalah salah satu sebab yang mematahkan
jiwa suatu agama dan umat, oleh karena pengeramatan manusia itu
melanggar tauhid. Kalau tauhid rapuh, datanglah kebathilan!
Sebelum dan sesudahnya terima itu buku-buku yang saya tunggu-tunggu benar, saya mengucapkan terimakasih.
Wassalam,
Soekarno
Pada kesempatan lain, Soekarno juga
berkirim kabar kepada A. Hassan, memohon agar guru Persatuan Islam
(Persis) itu membantu perekonomian keluarganya, dengan membeli karya
terjemahannya mengenai Ibnu Saud. Soekarno menceritakan kekagumannya
kepada Ibnu Saud setelah menerjemahkan sebuah karya berbahasa Inggris
mengenai sosok tersebut.
“Bagi saya buku ini bukan saja satu ikhtiar ekonomi, tetapi adalah pula satu pengakuan, satu confenssion.
Ia menggambarkan Ibnu Saud dan Wahhabism begitu rupa,
mengkobar-kobarkan elemen amal, perbuatan begitu rupa hingga banyak kaum
‘tafakur’ dan kaum pengeramat Husain cs (Syiah, pen) akan kehilangan akal nanti sama sekali,” tulisnya.
Kepada Tuan Hassan, ia menuliskan sebagai berikut:
Endeh, 12 Juli 1936
Assalamu’alaikum,
Saudara! Saudara punya kartu pos sudah saya terima dengan girang. Syukur kepada Allah SWT punya usul Tuan terima!.
Buat mengganjal saya punya rumah tangga
yang kini kesempitan, saya punya onderstand dikurangi, padahal tadinya
sudah sesak sekali buat mempelajari segala saya punya keperluan, maka
sekarang saya lagi asyik mengerjakan terjemahan sebuah buku Inggris yang
mentarikhkan Ibnu Saud. Bukan main hebatnya ini biografi! Saya jarang
menjumpai biografi yang begitu menarik hati. Tebalnya buku Inggris itu,
format Tuan punya tulisan “Al-Lisaan”, adalah 300 muka, terjemahan
Indonesia akan menjadi 400 muka (halaman, pen). Saya saudara tolong
carikan orang yang mau beli copy itu barangkali saudara sendiri ada uang
buat membelinya? Tolonglah melonggarkan rumah tangga saya yang
disempitkan korting itu.
Bagi saya buku ini bukan saja satu
ikhtiar ekonomi, tetapi adalah pula satu pengakuan, satu confenssion. Ia
menggambarkan Ibnu Saud dan Wahhabism begitu rupa, mengkobar-kobarkan
elemen amal, perbuatan begitu rupa hingga banyak kaum ‘tafakur’ dan kaum
pengeramat Husain c.s akan kehilangan akal nanti sama sekali. Dengan
menjalin ini buku, adalah suatu confenssion bagi saya bahwa, walaupun
tidak semua mufakat tentang system Saudisme yang juga masih banyak
feudal itu, toch menghormati dan kagum kepada pribadinya itu yang
“toring above all moslems of his time; an Immense man, tremendous,
vital, dominant. A gian thrown up of the chaos and agrory of the desert,
to rule, following the example of this great teacher , Mohammad”.
Selagi menggoyangkan saya punya pena buat menterjemahkan biografi ini,
jiwa saya ikut bergetar karena kagum kepada pribadi orang yang
digambarkan. What a man! Mudah-mudahan saya mendapat taufik menjelaskan
terjemahan ini dengan cara yang bagus dan tak kecewa. Dan mudah-mudahan
nanti ini buku, dibaca oleh banyak orang Indonesia, agar bisa mendapat
inspirasi daripadanya. Sebab, sesungguhnya buku ini penuh dengan
inspirasi. Inspirasi bagi kita punya bangsa yang begitu muram dan kelam
hati. Inspirasi bagi kaum muslimin yang belum mengerti betul-betul
artinya perkataan “Sunah Nabi”, yang mengira, bahwa Sunah Nabi SAW itu
hanya makan kurma di bulan puasa dan cela’ mata dan sorban saja !.
Saudara, please tolonglah. Terimakasih lahir-batin, dunia-akherat.
Wassalam,
Soekarno
Kepada A. Hassan, Soekarno juga bercerita
mengenai ibu mertuanya yang telah meninggal dan kritik yang dialamatkan
kepadanya karena ia dan keluarga tidak mengadakan acara tahlilan untuk almarhumah ibu mertuanya.
Dalam surat tertanggal 14 Desember 1935, Soekarno menulis:
“Kaum kolot di Endeh, di bawah ajaran beberapa orang Hadaramaut, belum tenteram juga membicarakan halnya tidak bikin ‘selamatan tahlil’ buat saya punya ibu mertua yang baru wafat itu,
mereka berkata bahwa saya tidak ada kasihan dan cinta pada ibu mertua
itu. Biarlah! Mereka tak tahu-menahu, bahwa saya dan saya punya istri,
sedikitnya lima kali satu hari, memohonkan ampunan bagi ibu mertua itu
kepada Allah. Moga-moga ibu mertua diampuni dosanya dan diterima iman
Islamnya. Moga-moga Allah melimpahkan Rahmat-Nya dan Berkat-Nya…”
Begitulah cuplikan surat-surat Soekarno kepada sahabatnya, Tuan A. Hassan. Sahabatnya yang pada masa lalu mendapat stigma “Wahabi” dan
dianggap membawa paham baru soal Islam. Unik memang persahabatan
Soekarno dan A. Hassan. Karena pada masa selanjutnya, dua orang sahabat
ini berbeda pandangan soal hubungan agama dan negara.
Meski sahabat karib, A. Hassan tak
segan-segan mengkritik Soekarno yang begitu mengidolakan sekularisasi
yang diusung oleh tokoh sekular Turki, Mustafa Kamal Attaturk. Bagi A.
Hassan, Islam tak bisa dipisahkan dari urusan negara. Kritik A. Hassan
terhadap paham sekular Soekarno bisa dilihat dalam buku “Islam dan Kebangsaan“, sebuah karya fenomenal A. Hassan yang mengkritisi kelompok nasionalis-sekular pada masa itu.
Toh, meski berbeda pandangan, ketika Soekarno di penjara di
Bandung, Tuan Hassan dan para anggota Persatuan Islam tetap membesuknya
sebagai sahabat. [voa-islam.com] Kamis, 01 Dec 2011
Demikian tulisan Artawijaya yang dimuat situs voaislam.com.
Berikut ini ada catatan nahimunkar.com:
Oleh-oleh Presiden Soekarno untuk A Hassan
Kitab suci (palsu) Tadzkirah yang sering
ditenteng M Amin Djamaluddin ketua LPPI, menurut cerita dia, adalah
oleh-oleh Soekarno atas pesanan A Hassan. Karena sebelum berangkat untuk
berkunjung ke India, Presiden Soekarno menawari A Hassan, mau dibawakan
oleh-oleh apa. Maka A Hassan minta dibelikan kitab suci (palsu)
Ahmadiyah bernama Tadzkirah Wahyu Muqaddas, yang disebut sebagai
kumpulan wahyu untuk nabi (palsu) Mirza Ghulam Ahmad.
Betapa dahsyatnya penghancuran aqidah
Islam dalam kitab Tadzkirah itu, tidak dapat dianggap kecil sama sekali.
Karena di dalamnya ada “wahyu” yang sangat sesat, jelas-jelas wahyu
syetan. Bunyinya:
اَنْتَ مِنِّىْ وَاَناَ مِنْكَ
Engkau (Mirza Ghulam Ahmad) dari-KU (Allah) dan Aku darimu. (Tadzkirah, halaman 436).
Astaghfirullah… sebegitu sesatnya. Namun
anehnya, orang-orang liberal bahkan ada yang julukannya kyai tokoh NU
masih pula tidak malu membela Ahmadiyah.
Sesatnya kitab Tadzkirah itu dan rangkaiannya, dapat dibaca di buku Hartono Ahmad Jaiz berjudul Kyai kok Bergelimang Kemusyrikan, terbitan Saudi Arabia, dan terbitan Surabaya, Pustaka Nahi Munkar. (Pustaka
Nahi Munkar Surabaya, 031 70595271, 5911584 atau 08123125427, dan
Jakarta Toko Buku Fithrah 021 8655824, 71490693, HP. 081319510114).
II. DUKUNGAN SOEKARNO TERHADAP AJARAN WAHABI
Pesan Presiden RI. Pertama Ir.Sukarno "Agar Umat Islam Kembali Ke Manhaj Salaf"
Di buku yang berjudul "Dibawah Bendera Revolusi" (yaitu kumpulan tulisan dan pidato-pidato beliau) jilid pertama, cetakan kedua,tahun 1963. pada halaman 390, beliau mengatakan sebagai berikut :
((" Tjobalah pembatja renungkan sebentar "padang-pasir" dan "wahabisme" itu. Kita mengetahui djasa wahabisme jang terbesar : ia punja kemurnian, ia punja keaslian, - murni dan asli sebagai udara padang- pasir, kembali kepada asal, kembali kepada Allah dan Nabi, kembali kepada islam dizamanja Muhammad!"
Kembali kepada kemurnian, tatkala Islam belum dihinggapi kekotorannya seribu satu tahajul dan seribu satu bid'ah."
Lemparkanlah djauh-djauh tahajul dan bid'ah itu, tjahkanlah segala barang sesuatu jang membawa kemusjrikan! ….))
Berikut scan dari buku tersebut :
(buku yang berjudul "Dibawah Bendera Revolusi" jilid pertama, cetakan kedua,tahun 1963. pada halaman 390,), berikut sampul buku tersebut :
------------
Nampak jelas bahwa presiden pertama RI. Ir. Sukarno, sendiri menganggap gerakan wahabi adalah suatu gerakan "PEMURNI ISLAM", gerakan yang menentang seribu satu Tahayul dan Bid'ah yang ada dalam islam, Dengan semboyan "Kembali kepada Allah dan kepada Nabi"
Mari wahai saudaraku kita kembali kepada Al-qur'an dan As Sunnah kedua warisan Nabi Muhammad shallahu 'alayhi wassalam, agar kita selamat dunia dan akhirat.
Aamiin
II. DUKUNGAN SOEKARNO TERHADAP AJARAN WAHABI
Pesan Presiden RI. Pertama Ir.Sukarno "Agar Umat Islam Kembali Ke Manhaj Salaf"
Di buku yang berjudul "Dibawah Bendera Revolusi" (yaitu kumpulan tulisan dan pidato-pidato beliau) jilid pertama, cetakan kedua,tahun 1963. pada halaman 390, beliau mengatakan sebagai berikut :
((" Tjobalah pembatja renungkan sebentar "padang-pasir" dan "wahabisme" itu. Kita mengetahui djasa wahabisme jang terbesar : ia punja kemurnian, ia punja keaslian, - murni dan asli sebagai udara padang- pasir, kembali kepada asal, kembali kepada Allah dan Nabi, kembali kepada islam dizamanja Muhammad!"
Kembali kepada kemurnian, tatkala Islam belum dihinggapi kekotorannya seribu satu tahajul dan seribu satu bid'ah."
Lemparkanlah djauh-djauh tahajul dan bid'ah itu, tjahkanlah segala barang sesuatu jang membawa kemusjrikan! ….))
Berikut scan dari buku tersebut :
(buku yang berjudul "Dibawah Bendera Revolusi" jilid pertama, cetakan kedua,tahun 1963. pada halaman 390,), berikut sampul buku tersebut :
------------
Nampak jelas bahwa presiden pertama RI. Ir. Sukarno, sendiri menganggap gerakan wahabi adalah suatu gerakan "PEMURNI ISLAM", gerakan yang menentang seribu satu Tahayul dan Bid'ah yang ada dalam islam, Dengan semboyan "Kembali kepada Allah dan kepada Nabi"
Mari wahai saudaraku kita kembali kepada Al-qur'an dan As Sunnah kedua warisan Nabi Muhammad shallahu 'alayhi wassalam, agar kita selamat dunia dan akhirat.
Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar