Minggu, 18 Mei 2014

SYI'AH BERKHIANAT TERHADAP AL-HASAN DAN AL-HUSAIN



Setelah Ali bin Abi Tholib terbunuh,Al Hasan lebih  memilih berdamai dengan Muawiyah,namun orang-orang syi’ah terus menerus mendesak Al Hasan untuk berperang melawan Muawiyah.


Dan pada akhirnya Al Hasan menyutujui desakan mereka ini dan mengutus Qais bin Ubaidah untuk memimpin dua belas ribu pasukan melawan pasukan Muawiyah.

Ketika Al Hasan sedang berada di Al Madain,datanglah seorang penduduk Iraq dan berteriak,bahwa Qais telah terbunuh.Timbulah kekacauan diantara orang-orang syi’ah Iraq,watak asli mereka muncul (berkhianat),mereka tidak sabra dan justru menyerbu kemah Al Hasan,dan merampas barang-barangnya.

Salah seorang syi’ah Iraq,Mukhtar bin Ubaid Ats Tsaqofi memiliki rencana busuk ,yaitu mengikat Al Hasan dan menyerahkannya kepada pamannya Saad bin Mas’ud Ats Tsaqofi,dengan imbalan harta dan kedudukan karena tamaknya dia.

Sa’ad adalah salah seorang pendukung Ali yang menjadi gubernur Al Madain,namun dia juga mengkhianati putra Ali yaitu Al Hasan dengan menghinakannya dan menyerahkannya kepada Muawiyah.

Sampai-sampai Al Hasan berkata : “Aku memandang Muawiyah lebih baik kepadaku,dibanding orang-orang yang mengaku sebagai pendukungku, mereka malah ingin mencelakakanku dan merampas hartaku…

Inilah bentuk pengkhianatan orang syi’ah kepada Al Hasan,yang mana mereka mengklaim cinta kepada Ahlul bait.

Adapun pengkhianatan syi’ah kepada Al Husain adalah apa yang terjadi di karbala,yang mengakibatkan Al Husain terbunuh.

Jadi setelah Muawiyah wafat,orang-orang Iraq mendesak Al Husain untuk menjadi kholifah.Dibawah tekanan mereka ini,Husain terpaksa mengirim Muslim bin Aqil untuk  memantau kondisi yang terjadi pasca wafatnya Muawiyah.

Ia tidak mengetahui kedatangan penduduk Iraq yang meminta berbaiat kepada Al Husain yang berjumlah sekitar dua belas ribu orang,kemudian mereka mengirim perwakilan kepada Al Husain untuk membaiatnya.

Akan tetapi Al Husain tertipu dengan pengkhianatan mereka.Husain pergi menemui mereka padahal sudah diperingatkan oleh orang-orang terdekatnya untuk tidak menemui mereka,karena rekam jejak mereka yang sering berkhianat.

Sampai Ibnu Abbas pun menasehati  Al Husain : “Apakah engkau akan pergi ke kaum yang telah membunuh pemimpin mereka, merampas negeri mereka. Sekalipun mereka berbuat demikian apakah engkau tetap menemui mereka? Mereka mengajakmu ke sana, sedang penguasa mereka bersikap tiran kepada mereka. Apa yang mereka  lakukan, hanya untuk negara mereka saja. Mereka hanya mengajak engkau menuju medan perang dan pembantaian, dan engkau tidak akan aman bersama mereka. Mereka akan berkhianat, menipu ,dan menyerangmu dan nanti mereka akan menjadi orang yang paling keras memusuhimu…

Secara jelas pengkhianatan Syi’ah Kufah tampak ketika Muslim bin Aqil terbunuh ditangan pasukan bani Umayyah,dan orang-orang syi’ah diam membisu tidak memberikan bantuan apa-apa,karena mereka telah menerima sejumlah uang dari bani Umayyah.

Ketika Husain keluar bersama keluarga dan pengikutnya yang berjumlah 70 orang,setelah terjalin kesepakatan dan perjanjian,kemudian penguasa bani Umayyah  Ubaidillah bin Ziyad masuk untuk menghancurkannya di medan peperangan,maka terbunuhlah Al Husain dan seluruh orang yang menyertainya.
Kata-kata terakhirnya sebelum wafat adalah : “Ya Allah,berilah putusan di antara kami dan diantara orang-orang yang mengajak kami untuk menolong kami, namun justru mereka membunuh kami”.

Bahkan Al Husain mendoa’akan keburukan untuk mereka : “Ya Allah, apabila Engkau memberi mereka kenikmatan, maka cerai beraikanlah mereka, buatlah mereka menempuh jalan yang berbeda-beda, dan janganlah restui pemimpin mereka selamanya…

 Jika orang-orang syi’ah saja berkhianat kepada Ahlul bait, apalagi terhadap umat Islam ini.

(Dirangkum dari buku Pengkianatan-Pengkhianatan Syi’ah karya Dr. Imad Ali Abdus Sami’)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar