Sabtu, 03 Mei 2014

INILAH WAHABI YANG SESUNGGUHNYA




I. Perbedaan Wahabi dan Salafy

Pendiri Wahabi adalah Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum wafat 211 H. Bukan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab wafat 1206 H
Sebenarnya, Al-Wahabiyah merupakan firqah sempalan Ibadhiyah khawarij yang timbul pada abad ke 2 (dua) Hijriyah (jauh sebelum masa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab), yaitu sebutan Wahabi nisbat kepada tokoh sentralnya Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum yang wafat tahun 211 H. Wahabi merupakan kelompok yang sangat ekstrim kepada ahli sunnah, dan sangat jauh dari Islam.

Untuk menciptakan permusuhan di tengah Umat Islam, kaum Imperialisme dan kaum munafikun memancing di air keruh dengan menyematkan baju lama (Wahabi) dengan berbagai atribut penyimpangan dan kesesatannya untuk menghantam dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab atau setiap dakwah mana saja yang mengajak untuk memurnikan Islam.

Karena dakwah beliau sanggup merontokkan kebatilan, menghancurkan angan-angan kaum durjana dan melumatkan tahta agen-agen asing, maka dakwah beliau dianggap sebagai penghalang yang mengancam eksistensi mereka di negeri-negeri Islam.

Contohnya: Inggris mengulirkan isue wahabi di India, Prancis menggulirkan isu wahabi di Afrika Utara, Iran (Syiah) menuduh Arab saudi Wahabi, bahkan Mesir menuduh semua kelompok yang menegakkan dakwah tauhid dengan sebutan Wahabi, Italia juga mengipaskan tuduhan wahabi di Libia, dan Belanda di Indonesia, bahkan menuduh Imam Bonjol yang mengobarkan perang Padri sebagai kelompok yang beraliran Wahabi.
Semua itu, mereka lakukan karena mereka sangat ketakutan terhadap pengaruh murid-murid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang mengobarkan jihad melawan Imperialisme di masing-masing negeri Islam.

Tuduhan buruk yang mereka lancarkan kepada dakwah beliau hanya didasari tiga faktor:

1. Tuduhan itu berasal dari para tokoh agama yang memutarbalikkan kebenaran, yang hak dikatakan bathil dan sebaliknya, keyakinan mereka bahwa mendirikan bangunan dan masjid di atas kuburan, berdoa dan meminta bantuan kepada mayit dan semisalnya termasuk bagian dari ajaran Islam. Dan barangsiapa yang mengingkarinya dianggap membenci orang-orang shalih dan para wali.

2. Mereka berasal dari kalangan ilmuwan namun tidak mengetahui secara benar tentang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dan dakwahnya, bahkan mereka hanya mendengar tentang beliau dari pihak yang sentimen dan tidak senang Islam kembali jaya, sehingga mereka mencela beliau dan dakwahnya sehingga memberinya sebutan Wahabi.

3. Ada sebagian dari mereka takut kehilangan posisi dan popularitas karena dakwah tauhid masuk wilayah mereka, yang akhirnya menumbangkan proyek raksasa yang mereka bangun siang malam.

Dan barangsiapa ingin mengetahui secara utuh tentang pemikiran dan ajaran Syaikh Muhammad (Abdul Wahab) maka hendaklah membaca kitab-kitab beliau seperti Kitab Tauhid, Kasyfu as-Syubhat, Usul ats-Tsalatsah dan Rasail beliau yang sudah banyak beredar baik berbahasa arab atau Indonesia.

FATWA AL-LAKHMI DITUJUKAN KEPADA WAHABI (ABDUL WAHHAB BIN ABDURRAHMAN BIN RUSTUM) SANG TOKOH KHAWARIJ BUKAN KEPADA SYAIKH MUHAMMAD ABDUL WAHAB

Mengenai fatwa Al-Imam Al-Lakhmi yang dia mengatakan bahwa Al-Wahhabiyyah adalah salah satu dari kelompok sesat Khawarij. Maka yg dia maksudkan adalah Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum dan kelompoknya bukan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya.

Hal ini karena tahun wafat Al-Lakhmi adalah 478 H sedangkan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab wafat pada tahun 1206 H /Juni atau Juli 1792 M. Amatlah janggal bila ada orang yg telah wafat namun berfatwa tentang seseorang yg hidup berabad-abad setelahnya.

Adapun Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum maka dia meninggal pada tahun 211 H. Sehingga amatlah tepat bila fatwa Al-Lakhmi tertuju kepadanya. Berikut Al-Lakhmi merupakan mufti Andalusia dan Afrika Utara dan fitnah Wahhabiyyah Rustumiyyah ini terjadi di Afrika Utara.

Sementara di masa Al-Lakhmi hubungan antara Najd dgn Andalusia dan Afrika Utara amatlah jauh. Sehingga bukti sejarah ini semakin menguatkan bahwa Wahhabiyyah Khawarij yg diperingatkan Al-Lakhmi adl Wahhabiyyah Rustumiyyah bukan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya. [Lihat kitab Al-Mu’rib Fi Fatawa Ahlil Maghrib, karya Ahmad bin Muhammad Al-Wansyarisi, juz 11.]

II. Perbedaan Da’wah Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum Dan Da’wah Syaikh Muhammad Abdul Wahhab

1.Da’wah Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum (Khawarij)

Khawarij adalah salah satu kelompok dari kaum muslimin yang mengkafirkan pelaku maksiat (dosa besar), membangkang dan memberontak terhadap pemerintah Islam, dan keluar dari jama’ah kaum muslimin.
Termasuk dalam kategori Khawarij, adalah Khawarij generasi awal (Muhakkimah Haruriyah) dan sempalan-sempalannya, seperti al-Azariqah, ash-Shafariyyah, dan an-Najdat –ketiganya sudah lenyap– dan al-Ibadhiyah –masih ada hingga sekarang–.

Termasuk pula dalam kategori Khawarij, adalah siapa saja yang dasar-dasar jalan hidupnya seperti mereka, seperti Jama’ah Takfir dan Hijrah. Atas dasar ini, maka bisa saja Khawarij muncul di sepanjang masa, bahkan betul-betul akan muncul pada akhir zaman, seperti telah diberitakan oleh Rasulullah.

“Pada akhir zaman akan muncul suatu kaum yang usianya rata-rata masih muda dan sedikit ilmunya. Perkataan mereka adalah sebaik-baik perkataan manusia, namun tidaklah keimanan mereka melampaui tenggorokan Maksudnya, mereka beriman hanya sebatas perkataan tidak sampai ke dalam hatinya – red.

Mereka terlepas dari agama; maksudnya, keluar dari ketaatan – red sebagaimana terlepasnya anak panah dari busurnya. Maka di mana saja kalian menjumpai mereka, bunuhlah! Karena hal itu mendapat pahala di hari Kiamat.” (HR. Al Bukhari no. 6930, Muslim no. 1066)

2. Da’wah Syaikh Muhammad Abdul Wahhab (Ahlussunnah Wal Jama’ah)

Alangkah baiknya kami paparkan terlebih dahulu penjelasan singkat tentang hakikat dakwah yang beliau serukan. Karena hingga saat ini ‘para musuh’ dakwah beliau masih terus membangun dinding tebal di hadapan orang-orang awam, sehingga mereka terhalang untuk melihat hakikat dakwah sebenarnya yang diusung oleh beliau.

Syaikh berkata,

“Segala puji dan karunia dari Allah, serta kekuatan hanyalah bersumber dari-Nya. Sesungguhnya Allah ta’ala telah memberikan hidayah kepadaku untuk menempuh jalan lurus, yaitu agama yang benar; agama Nabi Ibrahim yang lurus, dan Nabi Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. Alhamdulillah aku bukanlah orang yang mengajak kepada ajaran sufi, ajaran imam tertentu yang aku agungkan atau ajaran orang filsafat.

Akan tetapi aku mengajak kepada Allah Yang tiada sekutu bagi-Nya, dan mengajak kepada sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah diwasiatkan kepada seluruh umatnya. Aku berharap untuk tidak menolak kebenaran jika datang kepadaku.

Bahkan aku jadikan Allah, para malaikat-Nya serta seluruh makhluk-Nya sebagai saksi bahwa jika datang kepada kami kebenaran darimu maka aku akan menerimanya dengan lapang dada. Lalu akan kubuang jauh-jauh semua yang menyelisihinya walaupun itu perkataan Imamku, kecuali perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena beliau tidak pernah menyampaikan selain kebenaran.” (Kitab ad-Durar as-Saniyyah: I/37-38).

“Alhamdulillah, aku termasuk orang yang senantiasa berusaha mengikuti dalil, bukan orang yang mengada-adakan hal yang baru dalam agama.” (Kitab Muallafat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab: V/36).

Jadi ternyata Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab bukan wahabi dan wahabi bukan dari Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Akan tetapi Wahabi dari Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum

Demikian pula ternyata Salafy bukan wahabi dan wahabi bukan Salafy karena berbeda dalam Aqidah dan Manhaj

Dan negara Kerajaan Saudi Arabia bukan negara wahabi. Akan tetapi Negara Islam yang Bermanhaj Salaf
Dan Jika Kami (Salafi) Masih dituduh Wahabi maka saksikanlah kami adalah (Salafi) Wahabi yang Bermanhaj Salaf.

III. Syubhat: Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum adalah pengasas Wahbiyyah, bukan Wahabiyyah

Ini adalah tuduhan usang yang sampai saat ini masih digencarkan oleh web-web atau forum-forum aswaja, dengan mengatakan bahwa Ibnu Rustum adalah pengasas Wahbiyyah, bukan Wahabiyyah.

Berikut ini saya (Rizki Maulana) insya Allah akan menampilkan bantahan syubhat tersebut agar tidak adalagi pengkaburan-pengkaburan terhadap dakwah Salafi ini.
Syubhat pertama:
 
“Sepintas kedua istilah antara Wahhabiyyah (الوهَّابيَّة) dan Wahbiyyah (الوَهْبِيَّة) tersebut hampir sama, namun jelas berbeda. Wahhabiyyah (Wahhabi) pengasasnya bernama Muhammad bin Abdul Wahhab. Sedangkan Wahbiyyah pengasasnya bernama Abdullah bin Wahbi Ar-Rasibi, wafat tahun 38 Hijiriyah.”

Sanggahan:
 
Oke, kita anggap pembedaan mereka antara wahbiyyah dan wahhabiyyah adalah benar. Bahwasanya “Wahhabiyyah” sekelompok tersendiri yang pengasas pertamanya adalah Syaikh Muhammad Bin Abdil Wahhab dan “Wahhabiyyah” kelompok tersendiri yang pengasasnya adalah Abdullah bin Wahbi Ar Rasibi dan bukan Abdul Wahhab bin Rustum. Maka kami katakan: mereka lah yang berdusta, mereka mengatakan pengasasnya adalah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab akan tetapi realita membantah mereka. Ternyata bukan Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab yang mengasaskannya, karena kelompok Wahhabiyyah sudah ada ratusan tahun sebelum Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab lahir. Lihat kembali perkataan imam Al Lakhmi yang telah saya sebutkan sebelumnya tentang “Wahhabiyah” yang mana beliau sudah wafat rastusan tahun lamanya sebelum syaikh Abdul Wahhab lahir[1]:
سئل اللخمي : عن أهل بلد بنى عندهم الوهابيون مسجداً ، ما حكم الصلاة فيه ؟
Imam Al Lakmi pernah ditanya tentang suatu negeri yang disitu orang-orang “Wahabiyyun” membangun sebuah masjid, Bagaimana hukum shalat didalamnya?

Maka Imam Al-Lakhmi pun menjawab:
خارجية ضالة كافرة ، قطع الله دابرها من الأرض ، يجب هدم المسجد ، وإبعادهم عن ديار المسلمين
“Firqoh Wahabiyyah adalah firqoh khawarij yang sesat,semoga Allah menghancurkan mereka, masjidnya wajib untuk dihancurkan dan wajib untuk mengusir mereka dari negeri-negeri kaum muslimin”[2]
Lihatlah wahai ikhwah sekalian, telah tampak bagi antum bahwasanya pengasas Wahhabiyyah bukan lah syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab karena Wahhabiyyah sudah ada sebelum syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab. Bagaimana seseorang yang belum lahir ke dunia dapat mengasaskan sebuah firqah dan kelompok? Hanya orang jahil lah yang meng-iya kan nya.
Syubhat kedua 
 
Perkataan mereka: “Istilah Wahbiyyah dinisbatkan kepada Abdullah bin Wahbi Ar-Rasibi, bukan kepada Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum, wafat tahun 208 Hijriyah.

Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum bukanlah pendiri Wahbiyyah, apalagi Wahhabiyyah. Ibnu Rustum merupakan salah satu pemimpin pecahan Wahbiyyah yang alirannya dikenal dengan "Wahbiyyah al-Rustumiyyah". Persamaan diantara mereka adalah mereka semua sama-sama termasuk khawarij.”
Sanggahan 
 
Maka jelas perkataan ini bertentangan dengan sejarah jika dikatakan bahwasanya Abdul Wahhab bin rustum bukan pendiri Wahhabiyyah maupun Wahbiyyah. Mari kita melihat kembali bukti sejarah yang ada.  Al Faransi dalam kitabnya “Al Firaq Al Islamiyyah Fii Syamaal Ifriqiiyaa” mengatakan:
فقرأ أحدهم : الوهبية أو الوهابية  فرقة خارجية أباضية أنشأها عبد الوهاب بن عبد الرحمن بن رستم ، الخارجي الأباضيّ ، وسميت باسمه وهابية ، الذي عطّل الشرائع الإسلامية ، وألغى الحج ، وحصل بينه وبين معارضيه حروب
“Diantara mereka mengatakan: Al Wahbiyyah ataupun Al Wahhabiyyah sebuah firqah (kelompok) khowarij Ibadiyyah yang di dirikan oleh Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum, seorang khawarij ibadiy, Dinamakan Wahhabiyyah karena sesuai namanya, dia adalah orang yang membatalkan syariat syariat islam. Dan meniadakan kewajiban haji, dan telah banyak peperangan yang terjadi antara dia dan penentangnya.
Syubhat ketiga:
 
Mereka mengatakan:

Kesalahan Dalam Penisbatan ? 
 
Untuk melapisi kebohongan diatas, mereka juga kerap kali menyatakan bahwa penisbatan istilah "Wahhabiyyah" kepada Muhammad bin Abdul Wahhab adalah salah kaprah. Bahkan, ada ulama Wahhabi yang berbohong dan mengatakan bahwa penamaan Wahabi adalah disandarkan kepada nama al Wahhab, salah satu dari nama-nama Allah. Seperti yang dikatakan oleh ulama Wahhabi bernama Muhammad bin Jamil Zainu dalam bukunya Quthuf Min asy Syama’il al Muhammadiyyah

 وهابي نسبة إلى الوهاب وهو اسم من أسماء الله
"Nama Wahabi adalah disandarkan kepada nama al Wahhab, dan dia itu (al Wahhab) adalah salah satu dari nama-nama Allah”.

Jelas, mereka tidak paham bahwa penisbatan itu tidak harus disandarkan pada nama pendirinya (pengasasnya), bisa juga disandarkan kepada nama ayahnya, kakeknya, kakek dari kakeknya dan seterusnya. Didalam bahasa arab, penisbatan juga seringkali dipakai dengan disandarkan kepada Mudlaf Ilaih-nya. Seperti kata Abdul Qais, maka nisbahnya menjadi Qaisy.

Sanggahan
 
Lihat kelucuan tulisan mereka, mereka menyatakan penisbatan tidak harus disandarkan kepada pendirinya, akan tetapi bisa dinisbatkan kepada ayah, kakek, dan kakek dari kakenya dan seterusnya.
Maka saya sanggah: Seseorang dapat dinisbatkan kepada ayahnya karena memang nasabnya berasal dari ayahnya. Seperti saya Muhammad Abdir Rahman bin Yani bin Amir bin Yahya, maka saya adalah Al Amiry karena menisbatkan kepada kakek saya. Akan tetapi menisbatkan pekerjaan (fi’il) kepada ayahnya maka tidak boleh.
Seperti: Terdapat seseorang bernama Adam Ibni Manshur, ternyata Adam ini adalah seorang pencuri dan dia telah tersingkap kemarin malam bahwasanya ia telah mencuri emas. Jika ditanyakan: Siapa pencuri emas kemarin malam? Apakah mungkin pencuri dinisbatkan kepada ayahnya, sehingga pencuri adalah Mashur ?? Sehingga bapaknya lah yang salah dan tertuduh ?? Jelas puncuri nya dinakan Adam Bukan nya Manshur. Silahkan pikirkan kembali perkataan anda.
Syubhat keempat:
 
“Didalam bahasa arab, penisbatan juga seringkali dipakai dengan disandarkan kepada Mudlaf Ilaih-nya. Seperti kata Abdul Qais, maka nisbahnya menjadi Qaisy
Sanggahan:
 
Lihat kelucuan tulisan mereka kembali, dia termakan oleh syubhatnya sendiri. Saksikan wahai Ikhwah.Dia menggunakan contoh untuk menisbatkan Wahhabiyyah kepada Muhammad bin Abdil Wahhab. Dia mengatakan “Seperti kata Abdul Qais, maka nisbahnya menjadi Qaisy” maka kami jawab: Abdul Qais itu adalah satu orang bukan dua orang. Yang dipermasalahkan bolehkah menisbatkan pekerjaan kepada orang lain?
 
Kalau hanya penisbatan 2 nama yang hakikatnya pemilik nama tersebut adalah satu orang maka itu tidak nyambung. Karena yang kita bahas adalah yang ada pada nama tersebut 2 orang bukan 1 oeang. Muhammad dan ayahnya Abdul Wahhab. Maka dari itu, kami menisbatkan Wahhabi kepada Abdul Wahhab bin rustum. Karena Abdul Wahhab adalah nama milik dia sendiri bukan nama orang lain. Abdul Wahhab hanyalah 1 orang bukan 2 orang.
 
Yang dipermasalahkan, anda kok bisanya semena mena dalam menisbatkan Wahhabi kepada Muhammad bin Abdil Wahhab padahal Muhammad orang tersendiri dan Abdul Wahhab orang tersendiri ?? yang mana Abdul Wahhab adalah bapaknya bukan orang yang tertuduh. Seharusnya anda menjuluki kami dengan Muhammadiyyah bukan Wahhabiyyah. Kalau Abdul Qais adalah Qaisy maka Abdul Wahhab adalah Wahhabi bukan Muhammad bin abdil Wahhab. Sebagaimana perkataan anda sendiri “Abdul Qais, maka nisbahnya menjadi Qaisy”. Maka saran saya kepada penulis, banyak-banyaklah belajar sebelum berbicara.  
Syubhat kelima:
 
Penulis mengatakan:
 
Pemuka Wahhabi di Qatar, Ahmad bin Hajar Al Buthami Al bin Ali menulis sebuah buku berjudul "as Syekh Muhammad ibn Abdil Wahhab ‘Aqidatuh as Salafiyyah Wa Da’watuh al Islamiyyah" yang mana buku ini diedit dan sebarluaskan oleh pemuka Wahabi lainnya, yaitu “Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz”. Dicetak tahun 1393 H, penerbit Syarikat Mathabi’ al Jazirah.

Pada halaman 105, ia dengan bangga memakai dan menuliskan nama Wahhabi :

فلما التقى الوهابيين في مكة
“Ketika bertemu dengan orang-orang Wahabi di Mekah…”

Juga menuliskan:

استطاع الوهابيون أن يقيموا الدولة الإسلامية على أساس من المبادئ الوهابية
“… orang-orang Wahabi mampu mendirikan Dawlah Islamiyyah di atas dasar ajaran-ajaran Wahabiyah”

Kemudian juga menuliskan:

ولكن الدعوة الوهابية
“Akan tetapi dakwah Wahabi…”

Juga menuliskan:

يدينون الإسلام على المذهب الوهابي
“Meraka (orang-orang Wahabi) beragama Islam di atas madzhab Wahabi...”.

Ulama Wahhabi lainnya bernama Dr Muhammad Khalil Al-Harras secara terang benderang menggunakan nama Wahhabi didalam kitab karyanya yaitu "Al- Harakatul Wahhabiyah (Gerakan Wahhabi)" . Contoh penggunakan Wahhabi didalam kitabnya :
Pada halaman 11 disebutkan :

ﺍﺳﺲ ﺍﻟﺤﺮﻛﺔ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ
"Dasar-dasar gerakan Wahhabi..."

Halaman 14 disebutkan :

ﺍﻟﺤﺮﻛﺔ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﺗﺪﻋﻮ ﺍﻟﻲ ﺗﻮﻛﻴﺪ ﺍﻟﺘﻮﺣﻴﺪ
"..gerakan Wahhabi menyeru kepada menguatkan tauhid ..."

Halaman 17 dan masih banyak lagi disebutkan :

ﺍﻟﺤﺮﻛﺔ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﺗﺪﻋﻮ ﺍﻟﻲ ﺳﺒﻴﻞ ﺭﺑﻬﺎ
"..gerakan Wahhabi menyeru kepada jalan Tuhan nya..."

Sanggahan:
 
Wahai penulis budiman, Lihatlah kepada Hakikat dan bukan nama.
العبرة بالحقيقة لا بالمسميات
“Sesuatu dihukumi dengan hakikat dan bukan dengan nama”
Seandainya anda mengatakan khomr adalah Bir Bintang ataupun sebaganya dengan nama yang baik, akan tetapi hakikatnya adalah khomr maka hukumnya tetaplah dia khomr. Walaupun anda mengatakan kami Wahhabi namun hakikat kami menyelisihi wahhabi yang suka mengkafirkan maka tetaplah kami bukan wahhabi seperti yang anda bayangkan.
Walaupun anda mangatakan kepada kami seribu kali dengan julukan wahhabi namun hakikat kami menyelisihinya maka tudingan anda tak berarti bagi kami. Maka jika anda menjuluki hakikat kami yang selalu berusaha mendakwahkan tauhid dan memerangi bid’ah dengan julukan wahhabi maka kami bangga dengan wahhabi.
“Ketika kami katakan tahlilan dilarang oleh Imam Syafi’i
Kamipun dihujat sebagai Wahabi
Ketika kami tinggalkan maulidan karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah ajarkan …  Kamipun dikirimi “berkat”  Wahabi”

“Ketika kami takut mengatakan bahwa Allah subhaanahu wa ta’ala itu dimana-mana sampai ditubuh babipun ada…  Kami pun dibubuhi stempel Wahabi”
“Ketika kami mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memanjangkan jenggot, memotong celana diatas dua mata kaki, …,…., kami pun dilontari kecaman Wahabi”

“Tapi…!
Apabila Wahabi mengajak kami beribadah sesuai dengan AlQuran dan Sunnah… Maka kami rela mendapat gelar  Wahabi !
Apabila Wahabi mengajak kami hanya menyembah dan memohon kepada Allah subhaanahu wa ta’ala … Maka kami Pe–De memakai mahkota Wahabi !

Apabila Wahabi menuntun kami menjauhi syirik, khurafat dan bid’ah… Maka kami bangga menyandang baju kebesaran Wahabi !
Apabila Wahabi mengajak kami taat kepada Allah subhaanahu wa ta’ala dan RasulNya shallallahu ‘alaihi wa sallam … Maka kamilah pahlawan wahhabi !

Ada yang bilang.…. Kalau pengikut setia Ahmad shallallahu ‘alaihi wa sallam digelari Wahabi, maka kami mengaku sebagai Wahabi.
Ada yang bilang….. Jangan sedih wahai “Pejuang Tauhid”, sebenarnya musuhmu sedang memujimu, Pujian dalam hujatan….!

[1] Al Lakhmi wafat pada tahu 478 H dan syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab wafat pada tahun 1115 H
[2] Fatwa Al Lakhmi ini disebutkan oleh Al Winsyarisi dalam kitabnya Al Mi’yar Al Mu’rib Fi Fatawa Ahli Al Maghrib pada jilid 11 Hal. 168

Tidak ada komentar:

Posting Komentar