I. Perbedaan Wahabi dan Salafy
Pendiri Wahabi adalah Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum wafat 211 H. Bukan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab wafat 1206 H
Sebenarnya, Al-Wahabiyah merupakan firqah sempalan Ibadhiyah khawarij yang timbul pada abad ke 2 (dua) Hijriyah (jauh sebelum masa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab),
yaitu sebutan Wahabi nisbat kepada tokoh sentralnya Abdul Wahab bin
Abdurrahman bin Rustum yang wafat tahun 211 H. Wahabi merupakan kelompok
yang sangat ekstrim kepada ahli sunnah, dan sangat jauh dari Islam.
Untuk
menciptakan permusuhan di tengah Umat Islam, kaum Imperialisme dan kaum
munafikun memancing di air keruh dengan menyematkan baju lama (Wahabi)
dengan berbagai atribut penyimpangan dan kesesatannya untuk menghantam
dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab atau setiap dakwah mana saja yang
mengajak untuk memurnikan Islam.
Karena
dakwah beliau sanggup merontokkan kebatilan, menghancurkan angan-angan
kaum durjana dan melumatkan tahta agen-agen asing, maka dakwah beliau
dianggap sebagai penghalang yang mengancam eksistensi mereka di
negeri-negeri Islam.
Contohnya:
Inggris mengulirkan isue wahabi di India, Prancis menggulirkan isu
wahabi di Afrika Utara, Iran (Syiah) menuduh Arab saudi Wahabi,
bahkan Mesir menuduh semua kelompok yang menegakkan dakwah tauhid dengan
sebutan Wahabi, Italia juga mengipaskan tuduhan wahabi di Libia, dan Belanda di Indonesia, bahkan menuduh Imam Bonjol yang mengobarkan perang Padri sebagai kelompok yang beraliran Wahabi.
Semua itu,
mereka lakukan karena mereka sangat ketakutan terhadap pengaruh
murid-murid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang mengobarkan jihad
melawan Imperialisme di masing-masing negeri Islam.
Tuduhan buruk yang mereka lancarkan kepada dakwah beliau hanya didasari tiga faktor:
1. Tuduhan
itu berasal dari para tokoh agama yang memutarbalikkan kebenaran, yang
hak dikatakan bathil dan sebaliknya, keyakinan mereka bahwa mendirikan
bangunan dan masjid di atas kuburan, berdoa dan meminta bantuan kepada
mayit dan semisalnya termasuk bagian dari ajaran Islam. Dan barangsiapa
yang mengingkarinya dianggap membenci orang-orang shalih dan para wali.
2. Mereka
berasal dari kalangan ilmuwan namun tidak mengetahui secara benar
tentang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dan dakwahnya, bahkan mereka
hanya mendengar tentang beliau dari pihak yang sentimen dan tidak senang
Islam kembali jaya, sehingga mereka mencela beliau dan dakwahnya
sehingga memberinya sebutan Wahabi.
3. Ada
sebagian dari mereka takut kehilangan posisi dan popularitas karena
dakwah tauhid masuk wilayah mereka, yang akhirnya menumbangkan proyek
raksasa yang mereka bangun siang malam.
Dan
barangsiapa ingin mengetahui secara utuh tentang pemikiran dan ajaran
Syaikh Muhammad (Abdul Wahab) maka hendaklah membaca kitab-kitab beliau
seperti Kitab Tauhid, Kasyfu as-Syubhat, Usul ats-Tsalatsah dan Rasail
beliau yang sudah banyak beredar baik berbahasa arab atau Indonesia.
FATWA AL-LAKHMI DITUJUKAN KEPADA
WAHABI (ABDUL WAHHAB BIN ABDURRAHMAN BIN RUSTUM) SANG TOKOH KHAWARIJ
BUKAN KEPADA SYAIKH MUHAMMAD ABDUL WAHAB
Mengenai fatwa Al-Imam Al-Lakhmi yang dia
mengatakan bahwa Al-Wahhabiyyah adalah salah satu dari kelompok sesat
Khawarij. Maka yg dia maksudkan adalah Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin
Rustum dan kelompoknya bukan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan
para pengikutnya.
Hal ini karena tahun wafat Al-Lakhmi
adalah 478 H sedangkan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab wafat pada
tahun 1206 H /Juni atau Juli 1792 M. Amatlah janggal bila ada orang yg
telah wafat namun berfatwa tentang seseorang yg hidup berabad-abad
setelahnya.
Adapun Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin
Rustum maka dia meninggal pada tahun 211 H. Sehingga amatlah tepat bila
fatwa Al-Lakhmi tertuju kepadanya. Berikut Al-Lakhmi merupakan mufti
Andalusia dan Afrika Utara dan fitnah Wahhabiyyah Rustumiyyah ini
terjadi di Afrika Utara.
Sementara di masa Al-Lakhmi hubungan
antara Najd dgn Andalusia dan Afrika Utara amatlah jauh. Sehingga bukti
sejarah ini semakin menguatkan bahwa Wahhabiyyah Khawarij yg
diperingatkan Al-Lakhmi adl Wahhabiyyah Rustumiyyah bukan Asy-Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya. [Lihat kitab Al-Mu’rib
Fi Fatawa Ahlil Maghrib, karya Ahmad bin Muhammad Al-Wansyarisi, juz
11.]
II. Perbedaan Da’wah Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum Dan Da’wah Syaikh Muhammad Abdul Wahhab
1.Da’wah Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum (Khawarij)
Khawarij adalah salah satu kelompok dari
kaum muslimin yang mengkafirkan pelaku maksiat (dosa besar), membangkang
dan memberontak terhadap pemerintah Islam, dan keluar dari jama’ah kaum
muslimin.
Termasuk dalam kategori Khawarij, adalah
Khawarij generasi awal (Muhakkimah Haruriyah) dan sempalan-sempalannya,
seperti al-Azariqah, ash-Shafariyyah, dan an-Najdat –ketiganya sudah
lenyap– dan al-Ibadhiyah –masih ada hingga sekarang–.
Termasuk pula dalam kategori Khawarij,
adalah siapa saja yang dasar-dasar jalan hidupnya seperti mereka,
seperti Jama’ah Takfir dan Hijrah. Atas dasar ini, maka bisa saja
Khawarij muncul di sepanjang masa, bahkan betul-betul akan muncul pada
akhir zaman, seperti telah diberitakan oleh Rasulullah.
“Pada akhir zaman akan muncul suatu kaum
yang usianya rata-rata masih muda dan sedikit ilmunya. Perkataan mereka
adalah sebaik-baik perkataan manusia, namun tidaklah keimanan mereka
melampaui tenggorokan Maksudnya, mereka beriman hanya sebatas perkataan
tidak sampai ke dalam hatinya – red.
Mereka terlepas dari agama; maksudnya,
keluar dari ketaatan – red sebagaimana terlepasnya anak panah dari
busurnya. Maka di mana saja kalian menjumpai mereka, bunuhlah! Karena
hal itu mendapat pahala di hari Kiamat.” (HR. Al Bukhari no. 6930,
Muslim no. 1066)
2. Da’wah Syaikh Muhammad Abdul Wahhab (Ahlussunnah Wal Jama’ah)
Alangkah baiknya kami paparkan terlebih
dahulu penjelasan singkat tentang hakikat dakwah yang beliau serukan.
Karena hingga saat ini ‘para musuh’ dakwah beliau masih terus membangun
dinding tebal di hadapan orang-orang awam, sehingga mereka terhalang
untuk melihat hakikat dakwah sebenarnya yang diusung oleh beliau.
Syaikh berkata,
“Segala puji dan karunia dari Allah,
serta kekuatan hanyalah bersumber dari-Nya. Sesungguhnya Allah ta’ala
telah memberikan hidayah kepadaku untuk menempuh jalan lurus, yaitu
agama yang benar; agama Nabi Ibrahim yang lurus, dan Nabi Ibrahim itu
bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. Alhamdulillah aku bukanlah
orang yang mengajak kepada ajaran sufi, ajaran imam tertentu yang aku
agungkan atau ajaran orang filsafat.
Akan tetapi aku mengajak kepada Allah
Yang tiada sekutu bagi-Nya, dan mengajak kepada sunnah Rasul-Nya
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah diwasiatkan kepada seluruh
umatnya. Aku berharap untuk tidak menolak kebenaran jika datang
kepadaku.
Bahkan aku jadikan Allah, para
malaikat-Nya serta seluruh makhluk-Nya sebagai saksi bahwa jika datang
kepada kami kebenaran darimu maka aku akan menerimanya dengan lapang
dada. Lalu akan kubuang jauh-jauh semua yang menyelisihinya walaupun itu
perkataan Imamku, kecuali perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam karena beliau tidak pernah menyampaikan selain kebenaran.” (Kitab
ad-Durar as-Saniyyah: I/37-38).
“Alhamdulillah,
aku termasuk orang yang senantiasa berusaha mengikuti dalil, bukan
orang yang mengada-adakan hal yang baru dalam agama.” (Kitab Muallafat
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab: V/36).
Jadi ternyata Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab bukan wahabi dan wahabi bukan dari Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Akan tetapi Wahabi dari Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum
Demikian pula ternyata Salafy bukan wahabi dan wahabi bukan Salafy karena berbeda dalam Aqidah dan Manhaj
Dan negara Kerajaan Saudi Arabia bukan negara wahabi. Akan tetapi Negara Islam yang Bermanhaj Salaf
Dan Jika Kami (Salafi) Masih dituduh Wahabi maka saksikanlah kami adalah (Salafi) Wahabi yang Bermanhaj Salaf.
III. Syubhat: Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum adalah pengasas Wahbiyyah, bukan Wahabiyyah
Ini adalah tuduhan usang yang sampai saat ini masih digencarkan oleh web-web atau forum-forum aswaja, dengan mengatakan bahwa Ibnu Rustum adalah pengasas Wahbiyyah, bukan Wahabiyyah.
Berikut ini saya (Rizki Maulana) insya Allah akan menampilkan bantahan syubhat tersebut agar tidak adalagi pengkaburan-pengkaburan terhadap dakwah Salafi ini.
Sanggahan:
“Kesalahan Dalam Penisbatan ?
Jelas, mereka tidak paham bahwa penisbatan itu tidak harus disandarkan pada nama pendirinya (pengasasnya), bisa juga disandarkan kepada nama ayahnya, kakeknya, kakek dari kakeknya dan seterusnya. Didalam bahasa arab, penisbatan juga seringkali dipakai dengan disandarkan kepada Mudlaf Ilaih-nya. Seperti kata Abdul Qais, maka nisbahnya menjadi Qaisy.
Sanggahan:
Ulama Wahhabi lainnya bernama Dr Muhammad Khalil Al-Harras secara terang benderang menggunakan nama Wahhabi didalam kitab karyanya yaitu "Al- Harakatul Wahhabiyah (Gerakan Wahhabi)" . Contoh penggunakan Wahhabi didalam kitabnya :
ﺍﺳﺲ ﺍﻟﺤﺮﻛﺔ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ
"Dasar-dasar gerakan Wahhabi..."
Halaman 14 disebutkan :
ﺍﻟﺤﺮﻛﺔ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﺗﺪﻋﻮ ﺍﻟﻲ ﺗﻮﻛﻴﺪ ﺍﻟﺘﻮﺣﻴﺪ
"..gerakan Wahhabi menyeru kepada menguatkan tauhid ..."
Halaman 17 dan masih banyak lagi disebutkan :
ﺍﻟﺤﺮﻛﺔ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﺗﺪﻋﻮ ﺍﻟﻲ ﺳﺒﻴﻞ ﺭﺑﻬﺎ
"..gerakan Wahhabi menyeru kepada jalan Tuhan nya..."
Sanggahan:
III. Syubhat: Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum adalah pengasas Wahbiyyah, bukan Wahabiyyah
Ini adalah tuduhan usang yang sampai saat ini masih digencarkan oleh web-web atau forum-forum aswaja, dengan mengatakan bahwa Ibnu Rustum adalah pengasas Wahbiyyah, bukan Wahabiyyah.
Berikut ini saya (Rizki Maulana) insya Allah akan menampilkan bantahan syubhat tersebut agar tidak adalagi pengkaburan-pengkaburan terhadap dakwah Salafi ini.
Syubhat pertama:
“Sepintas kedua istilah antara Wahhabiyyah (الوهَّابيَّة) dan Wahbiyyah
(الوَهْبِيَّة)
tersebut hampir sama, namun jelas berbeda. Wahhabiyyah (Wahhabi) pengasasnya
bernama Muhammad bin Abdul Wahhab. Sedangkan Wahbiyyah pengasasnya bernama
Abdullah bin Wahbi Ar-Rasibi, wafat tahun 38 Hijiriyah.”
Sanggahan:
Oke, kita anggap pembedaan mereka antara wahbiyyah dan
wahhabiyyah adalah benar. Bahwasanya “Wahhabiyyah” sekelompok tersendiri yang pengasas
pertamanya adalah Syaikh Muhammad Bin Abdil Wahhab dan “Wahhabiyyah” kelompok
tersendiri yang pengasasnya adalah Abdullah bin Wahbi Ar Rasibi dan bukan Abdul
Wahhab bin Rustum. Maka kami katakan: mereka lah yang berdusta, mereka
mengatakan pengasasnya adalah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab akan tetapi
realita membantah mereka. Ternyata bukan Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab yang
mengasaskannya, karena kelompok Wahhabiyyah sudah ada ratusan tahun sebelum
Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab lahir. Lihat kembali perkataan imam Al Lakhmi
yang telah saya sebutkan sebelumnya tentang “Wahhabiyah” yang mana beliau sudah wafat rastusan tahun lamanya
sebelum syaikh Abdul Wahhab lahir[1]:
سئل اللخمي : عن أهل بلد بنى عندهم
الوهابيون مسجداً ، ما حكم الصلاة فيه ؟
Imam Al Lakmi pernah ditanya tentang suatu negeri yang disitu
orang-orang “Wahabiyyun” membangun sebuah masjid, Bagaimana hukum shalat
didalamnya?
Maka Imam Al-Lakhmi pun menjawab:
Maka Imam Al-Lakhmi pun menjawab:
خارجية ضالة
كافرة ، قطع الله دابرها من الأرض ، يجب هدم المسجد ، وإبعادهم عن ديار المسلمين
“Firqoh
Wahabiyyah adalah firqoh khawarij yang sesat,semoga Allah menghancurkan mereka,
masjidnya wajib untuk dihancurkan dan wajib untuk mengusir mereka dari
negeri-negeri kaum muslimin”[2]
Lihatlah wahai
ikhwah sekalian, telah tampak bagi antum bahwasanya pengasas Wahhabiyyah bukan
lah syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab karena Wahhabiyyah sudah ada sebelum
syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab. Bagaimana seseorang yang belum lahir ke dunia
dapat mengasaskan sebuah firqah dan kelompok? Hanya orang jahil lah yang
meng-iya kan nya.
Syubhat kedua
Perkataan mereka:
“Istilah Wahbiyyah dinisbatkan kepada Abdullah bin Wahbi Ar-Rasibi, bukan
kepada Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum, wafat tahun 208 Hijriyah.
Abdul Wahhab bin
Abdirrahman bin Rustum bukanlah pendiri Wahbiyyah, apalagi Wahhabiyyah. Ibnu
Rustum merupakan salah satu pemimpin pecahan Wahbiyyah yang alirannya dikenal
dengan "Wahbiyyah al-Rustumiyyah". Persamaan diantara mereka adalah
mereka semua sama-sama termasuk khawarij.”
Sanggahan
Maka jelas
perkataan ini bertentangan dengan sejarah jika dikatakan bahwasanya Abdul
Wahhab bin rustum bukan pendiri Wahhabiyyah maupun Wahbiyyah. Mari kita melihat
kembali bukti sejarah yang ada. Al
Faransi dalam kitabnya “Al Firaq Al Islamiyyah Fii Syamaal Ifriqiiyaa”
mengatakan:
فقرأ أحدهم : الوهبية أو الوهابية
فرقة خارجية أباضية أنشأها عبد الوهاب بن عبد الرحمن بن رستم ، الخارجي
الأباضيّ ، وسميت باسمه وهابية ، الذي عطّل الشرائع الإسلامية ، وألغى الحج ، وحصل
بينه وبين معارضيه حروب
“Diantara mereka mengatakan: Al Wahbiyyah ataupun Al
Wahhabiyyah sebuah firqah (kelompok) khowarij Ibadiyyah yang di dirikan oleh
Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum, seorang khawarij ibadiy, Dinamakan
Wahhabiyyah karena sesuai namanya, dia adalah orang yang membatalkan syariat
syariat islam. Dan meniadakan kewajiban haji, dan telah banyak peperangan yang
terjadi antara dia dan penentangnya.
Syubhat ketiga:
Mereka mengatakan:
“Kesalahan Dalam Penisbatan ?
Untuk melapisi kebohongan diatas, mereka juga kerap kali
menyatakan bahwa penisbatan istilah "Wahhabiyyah" kepada Muhammad bin
Abdul Wahhab adalah salah kaprah. Bahkan, ada ulama Wahhabi yang berbohong dan
mengatakan bahwa penamaan Wahabi adalah disandarkan kepada nama al Wahhab,
salah satu dari nama-nama Allah. Seperti yang dikatakan oleh ulama Wahhabi
bernama Muhammad bin Jamil Zainu dalam bukunya Quthuf Min asy Syama’il al
Muhammadiyyah
وهابي نسبة إلى الوهاب وهو اسم من أسماء الله
"Nama Wahabi adalah disandarkan kepada nama al Wahhab, dan dia itu (al Wahhab) adalah salah satu dari nama-nama Allah”.
"Nama Wahabi adalah disandarkan kepada nama al Wahhab, dan dia itu (al Wahhab) adalah salah satu dari nama-nama Allah”.
Jelas, mereka tidak paham bahwa penisbatan itu tidak harus disandarkan pada nama pendirinya (pengasasnya), bisa juga disandarkan kepada nama ayahnya, kakeknya, kakek dari kakeknya dan seterusnya. Didalam bahasa arab, penisbatan juga seringkali dipakai dengan disandarkan kepada Mudlaf Ilaih-nya. Seperti kata Abdul Qais, maka nisbahnya menjadi Qaisy.
Sanggahan:
Lihat kelucuan tulisan mereka, mereka menyatakan penisbatan tidak harus disandarkan kepada
pendirinya, akan tetapi bisa dinisbatkan kepada ayah, kakek, dan kakek dari
kakenya dan seterusnya.
Maka saya sanggah: Seseorang dapat dinisbatkan kepada ayahnya karena memang nasabnya
berasal dari ayahnya. Seperti saya Muhammad Abdir Rahman bin Yani bin Amir bin
Yahya, maka saya adalah Al Amiry karena menisbatkan kepada kakek saya. Akan
tetapi menisbatkan pekerjaan (fi’il) kepada ayahnya maka tidak boleh.
Seperti:
Terdapat seseorang bernama Adam Ibni Manshur, ternyata Adam ini adalah seorang
pencuri dan dia telah tersingkap kemarin malam bahwasanya ia telah mencuri
emas. Jika ditanyakan: Siapa pencuri emas kemarin malam? Apakah mungkin pencuri
dinisbatkan kepada ayahnya, sehingga pencuri adalah Mashur ?? Sehingga bapaknya
lah yang salah dan tertuduh ?? Jelas puncuri nya dinakan Adam Bukan nya
Manshur. Silahkan pikirkan kembali perkataan anda.
Syubhat keempat:
“Didalam
bahasa arab, penisbatan juga seringkali dipakai dengan disandarkan kepada Mudlaf
Ilaih-nya. Seperti kata Abdul Qais, maka nisbahnya menjadi Qaisy”
Sanggahan:
Lihat kelucuan tulisan mereka kembali, dia termakan oleh
syubhatnya sendiri. Saksikan wahai Ikhwah.Dia menggunakan contoh untuk
menisbatkan Wahhabiyyah kepada Muhammad bin Abdil Wahhab. Dia mengatakan “Seperti
kata Abdul Qais, maka nisbahnya menjadi Qaisy” maka kami jawab: Abdul Qais itu
adalah satu orang bukan dua orang. Yang dipermasalahkan bolehkah menisbatkan
pekerjaan kepada orang lain?
Kalau hanya penisbatan 2 nama yang hakikatnya
pemilik nama tersebut adalah satu orang maka itu tidak nyambung. Karena yang
kita bahas adalah yang ada pada nama tersebut 2 orang bukan 1 oeang. Muhammad
dan ayahnya Abdul Wahhab. Maka dari itu, kami menisbatkan Wahhabi kepada Abdul Wahhab bin
rustum. Karena Abdul Wahhab adalah nama milik dia sendiri bukan nama orang lain.
Abdul Wahhab hanyalah 1 orang bukan 2 orang.
Yang dipermasalahkan, anda kok
bisanya semena mena dalam menisbatkan Wahhabi kepada Muhammad bin Abdil Wahhab
padahal Muhammad orang tersendiri dan Abdul Wahhab orang tersendiri ?? yang
mana Abdul Wahhab adalah bapaknya bukan orang yang tertuduh. Seharusnya anda
menjuluki kami dengan Muhammadiyyah bukan Wahhabiyyah. Kalau Abdul Qais adalah
Qaisy maka Abdul Wahhab adalah Wahhabi bukan Muhammad bin abdil Wahhab.
Sebagaimana perkataan anda sendiri “Abdul Qais, maka nisbahnya menjadi Qaisy”. Maka
saran saya kepada penulis, banyak-banyaklah belajar sebelum berbicara.
Syubhat kelima:
Penulis
mengatakan:
Pemuka Wahhabi di
Qatar, Ahmad bin Hajar Al Buthami Al bin Ali menulis sebuah buku berjudul
"as Syekh Muhammad ibn Abdil Wahhab ‘Aqidatuh as Salafiyyah Wa Da’watuh al
Islamiyyah" yang mana buku ini diedit dan sebarluaskan oleh pemuka Wahabi
lainnya, yaitu “Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz”. Dicetak tahun 1393 H,
penerbit Syarikat Mathabi’ al Jazirah.
Pada halaman 105, ia dengan bangga memakai dan menuliskan nama Wahhabi :
Pada halaman 105, ia dengan bangga memakai dan menuliskan nama Wahhabi :
فلما التقى الوهابيين في مكة
“Ketika bertemu dengan orang-orang Wahabi di Mekah…”
Juga menuliskan:
استطاع الوهابيون أن يقيموا الدولة الإسلامية على أساس من المبادئ الوهابية
“… orang-orang Wahabi mampu mendirikan Dawlah Islamiyyah di atas dasar ajaran-ajaran Wahabiyah”
Kemudian juga menuliskan:
ولكن الدعوة الوهابية
“Akan tetapi dakwah Wahabi…”
Juga menuliskan:
يدينون الإسلام على المذهب الوهابي
“Meraka (orang-orang Wahabi) beragama Islam di atas madzhab Wahabi...”.
“Ketika bertemu dengan orang-orang Wahabi di Mekah…”
Juga menuliskan:
استطاع الوهابيون أن يقيموا الدولة الإسلامية على أساس من المبادئ الوهابية
“… orang-orang Wahabi mampu mendirikan Dawlah Islamiyyah di atas dasar ajaran-ajaran Wahabiyah”
Kemudian juga menuliskan:
ولكن الدعوة الوهابية
“Akan tetapi dakwah Wahabi…”
Juga menuliskan:
يدينون الإسلام على المذهب الوهابي
“Meraka (orang-orang Wahabi) beragama Islam di atas madzhab Wahabi...”.
Ulama Wahhabi lainnya bernama Dr Muhammad Khalil Al-Harras secara terang benderang menggunakan nama Wahhabi didalam kitab karyanya yaitu "Al- Harakatul Wahhabiyah (Gerakan Wahhabi)" . Contoh penggunakan Wahhabi didalam kitabnya :
Pada halaman 11 disebutkan :
ﺍﺳﺲ ﺍﻟﺤﺮﻛﺔ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ
"Dasar-dasar gerakan Wahhabi..."
Halaman 14 disebutkan :
ﺍﻟﺤﺮﻛﺔ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﺗﺪﻋﻮ ﺍﻟﻲ ﺗﻮﻛﻴﺪ ﺍﻟﺘﻮﺣﻴﺪ
"..gerakan Wahhabi menyeru kepada menguatkan tauhid ..."
Halaman 17 dan masih banyak lagi disebutkan :
ﺍﻟﺤﺮﻛﺔ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﺗﺪﻋﻮ ﺍﻟﻲ ﺳﺒﻴﻞ ﺭﺑﻬﺎ
"..gerakan Wahhabi menyeru kepada jalan Tuhan nya..."
Sanggahan:
Wahai penulis
budiman, Lihatlah kepada Hakikat dan bukan nama.
العبرة بالحقيقة لا بالمسميات
“Sesuatu dihukumi
dengan hakikat dan bukan dengan nama”
Seandainya anda mengatakan khomr adalah Bir Bintang
ataupun sebaganya dengan nama yang baik, akan tetapi hakikatnya adalah khomr
maka hukumnya tetaplah dia khomr. Walaupun anda mengatakan kami Wahhabi namun
hakikat kami menyelisihi wahhabi yang suka mengkafirkan maka tetaplah kami
bukan wahhabi seperti yang anda bayangkan.
Walaupun anda mangatakan kepada kami seribu kali dengan
julukan wahhabi namun hakikat kami menyelisihinya maka tudingan anda tak
berarti bagi kami. Maka jika anda menjuluki hakikat kami yang selalu berusaha
mendakwahkan tauhid dan memerangi bid’ah dengan julukan wahhabi maka kami
bangga dengan wahhabi.
“Ketika kami katakan tahlilan dilarang oleh Imam Syafi’i
Kamipun dihujat sebagai Wahabi
Ketika kami tinggalkan maulidan karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah ajarkan … Kamipun dikirimi “berkat” Wahabi”
Kamipun dihujat sebagai Wahabi
Ketika kami tinggalkan maulidan karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah ajarkan … Kamipun dikirimi “berkat” Wahabi”
“Ketika kami takut mengatakan bahwa Allah subhaanahu wa
ta’ala itu dimana-mana sampai ditubuh babipun ada… Kami pun dibubuhi
stempel Wahabi”
“Ketika kami mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memanjangkan jenggot, memotong celana diatas dua mata kaki, …,…., kami pun dilontari kecaman Wahabi”
“Ketika kami mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memanjangkan jenggot, memotong celana diatas dua mata kaki, …,…., kami pun dilontari kecaman Wahabi”
“Tapi…!
Apabila Wahabi mengajak kami beribadah sesuai dengan AlQuran dan Sunnah… Maka kami rela mendapat gelar Wahabi !
Apabila Wahabi mengajak kami hanya menyembah dan memohon kepada Allah subhaanahu wa ta’ala … Maka kami Pe–De memakai mahkota Wahabi !
Apabila Wahabi mengajak kami beribadah sesuai dengan AlQuran dan Sunnah… Maka kami rela mendapat gelar Wahabi !
Apabila Wahabi mengajak kami hanya menyembah dan memohon kepada Allah subhaanahu wa ta’ala … Maka kami Pe–De memakai mahkota Wahabi !
Apabila Wahabi menuntun kami menjauhi syirik, khurafat dan bid’ah… Maka kami bangga menyandang baju kebesaran
Wahabi !
Apabila Wahabi mengajak kami taat kepada Allah subhaanahu wa ta’ala dan RasulNya shallallahu ‘alaihi wa sallam … Maka kamilah pahlawan wahhabi !
Apabila Wahabi mengajak kami taat kepada Allah subhaanahu wa ta’ala dan RasulNya shallallahu ‘alaihi wa sallam … Maka kamilah pahlawan wahhabi !
Ada yang bilang.…. Kalau pengikut setia Ahmad shallallahu
‘alaihi wa sallam digelari Wahabi, maka kami mengaku sebagai Wahabi.
Ada yang bilang….. Jangan sedih wahai “Pejuang Tauhid”, sebenarnya musuhmu sedang memujimu, Pujian dalam hujatan….!
Ada yang bilang….. Jangan sedih wahai “Pejuang Tauhid”, sebenarnya musuhmu sedang memujimu, Pujian dalam hujatan….!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar