Penulis: Rizki Maulana
1.Dalil pengkhususan waktu selamatan kematian (1 hari,3 hari,40 hari dstrsnya).
“Termashurlah selamatan yang diadakan pada hari pertama, ketujuh, empat puluh, seratus dan seribu”
(Kitab Manawa Dharma Sastra Weda Smerti hal. 99, 192, 193).
(Kitab Manawa Dharma Sastra Weda Smerti hal. 99, 192, 193).
“Tuhan telah menciptakan hewan untuk upacara korban, upacara kurban telah diatur sedemikian rupa untuk kebaikan dunia.”(kitab Panca Yadnya hal. 26, Bagawatgita hal. 5 no. 39).
Tonton juga video ini
Perkataan ulama’:
“Upacara selamatan untuk memperingati hari kematian orang Jawa hari ke 1, 7, 40, 100, dan 1000 hari, jelas adalah ajaran Hindu”
(Ida Bedande Adi Suripto laknatullah ‘alaihi, lihat kitab “Nilai-nilai Hindu dalam budaya Jawa).
(Ida Bedande Adi Suripto laknatullah ‘alaihi, lihat kitab “Nilai-nilai Hindu dalam budaya Jawa).
2.Dalil selamatan (kenduri/kenduren):
Sloka
prastias mai pipisatewikwani widuse bahra aranggaymaya jekmayipatsiyad
aduweni narah”. “Antarkanlah sesembahan itu pada Tuhanmu Yang Maha
Mengetahui”. Yang gunanya untuk menjauhkan kesialan”
(kitab sama weda hal. 373 no.10).
(kitab sama weda hal. 373 no.10).
a. Dewa
Yatnya (selamatan) Yaitu korban suci yang secara tulus ikhlas ditujukan
kepada Sang Hyang Widhi dengan jalan bakti sujud memuji, serta menurut
apa yang diperintahkan-Nya (tirta yatra) metri bopo pertiwi.
b. Pitra
Yatnya Yaitu korban suci kepada leluhur (pengeling- eling) dengan memuji
yang ada di akhirat supaya memberi pertolongan kepada yang masih hidup.
c. Manusia Yatnya Yaitu korban yang diperuntukan kepada keturunan atau sesama supaya hidup damai dan tentram.
d. Resi Yatnya Yaitu korban suci yang diperuntukan kepada guru atas jasa ilmu yang diberikan (danyangan).
e. Buta Yatnya Yaitu korban suci yang diperuntukan kepada semua makhluk yang kelihatan maupun tidak, untuk kemulyaan dunia ini.
(kitab Siwa Sasana hal. 46 bab ‘Panca maha yatnya’ dan pada Upadesa hal. 34).
(kitab Siwa Sasana hal. 46 bab ‘Panca maha yatnya’ dan pada Upadesa hal. 34).
APA DASAR YANG LAIN DIDALAM HINDU ??? :
# RUKUN IMAN HINDU (PANCA SRADA) yang harus diyakini umat hindu
1. Percaya adanya sang hyang widhi.
2. Percaya adanya roh leluhur.
3. Percaya adanya karmapala.
4. Percaya adanya smskra manitis.
5. Percaya adanya moksa.
# PANCA SRADA punya rukun, yaitu:
• PANCA YAJNA (artinya 5 macam selamatan).
1. Selamatan
DEWA YAJNA (selamatan yang ditujukan pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa
atau biasa dikenal orang dalam istilah dengan,” memetri bapa kuasa ibu
pertiwi “).
2. Selamatan PRITRA YAJNA (selamatan yang DI TUJUKAN PADA LELUHUR).
3. Selamatan
RSI YAJNA (selamatan yang ditujukan pada guru atau kirim do’a yang
ditujukan pada Guru, biasanya di punden/ndanyangan ). Kalau di kota di
namakan dengan nama lain yaitu “SELAMATAN KHAUL” memperingati
kiyainya/gurunya &semisalnya , yang meninggal dunia.
4. Selamatan MANUSIA YAJNA (selamatan yang ditujukan pada hari kelahiran atau dikota disebut “ULANG TAHUN” ).
5. Selamatan
BUTA YAJNA (selamatan yang ditujukan pada hari kebaikan ), misalnya
kita ambil contoh biasanya pada beberapa masyarakat islam (jawa)
melakukan selamatan hari kebaikan pada awal bulan ramadhan yang disebut
“selamatan MEGENGAN”.
AKIBAT YANG TIDAK DI SELAMATI DALAM KEYAKINAN HINDU, yaitu:
Pertanyaan ?
orang tua kalau tidak diselamati apa rohnya gentayangan?
Buka
dalilnya DIKITAB SUCI UMAT HINDU dikitab SIWASASANA HALAMAN 46-47
CETAKAN TAHUN 1979. Bagi yang tidak mau selamatan mereka di peralina
hidup kembali dalam dunia bisa berwujud menjadi hewan atau bersemayam di
dalam pohon, makanya kalau anda ke Bali banyak pohon yang dikasih
kain-kain dan sajen-sajen itu, karena mereka meyakini roh nya ada dalam
pohon itu, dan bersemayam dalam benda-benda bertuah misal keris dan
jimat, di hari sukra umanis (jum’at legi) keris atau jimat di beri
bunga&sajen-sajen.
DEWA ASURA
akan marah besar jika orang tidak mau melakukan selamatan maka dewa
asura akan mendatangkan bala/bencana & membunuh manusia yang ada di
dunia.
DEWA ASURA
atau dikenal dalam masyarakat dengan nama BETHARAKALA , anak ontang
anting harus diruwat(ritual dengan selamatan&sajen) karena takut
betharakala , sendhang kapit pancuran(anak wanita diantara kedua saudara
kandung anak laki-laki) diruwat karena takut betharakala, rabi ngalor
ngulon merga rawani karo betharakala (nikah tidak boleh karena rumahnya
menghadap utara&barat, karena takut celaka ).
# AKIBAT YANG DI SELAMATI DALAM KEYAKINAN HINDU, yaitu:
Dalam keyakinan hindu bagi yang mau selamatan maka mereka langsung punya tiket ke surga.
2. NASI TUMPENG
Konsep dalam agama hindu : dalam kitab MANAWA DHARMA SASTRA WEDHA SMRTI ,BAGI ORANG YANG BERKASTA SUDRA(KASTA YANG RENDAH) YANG TIDAK BISA MEMBACA KALIMAT PERSAKSIAN :
HOM
SUWASTIASU HOM AWI KNAMASTU EKAM EVA ADITYAM BRAHMAN ,BAGI YANG TIDAK
BISA MENGUCAPKAN KALIMAT DALAM BAHASA SANSEKERTA DIATAS SEBAGAI
PENGGANTINYA MAKA MEREKA CUKUP MEMBIKIN TUMPENG, BENTUKNYA ADALAH
SEGITIGA, SEGITIGA YANG DIMAKSUT ADALAH TRIMURTI (SHIVA, VISHNU,
BRAHMA=>BRAHMAN) ARTINYA TIGA MANIFESTASI IDA SANG HYANG WIDHI WASA ,
UMAT HINDU MENGATAKAN BARANGSIAPA YANG MEMBIKIN TUMPENG MAKA DIA SUDAH
BERAGAMA HINDU.
Dikitab
BAGHAWAGHITA di jelaskan TUHAN nya orang hindu lagi minum dan
ditengahnya ada tumpeng, dan di depan dewa brahma ada sajen-sajen
3. Pemberangkatan mayat diwajibkan dipamitkan di depan rumah lalu beberapa sanak keluarga akan lewat di bawah tandu mayat
(tradisi brobosan), karena umat hindu meyakini brobosan sebagai wujud
bakti pada orang tua dan salam pada dewa, dalam hindu mayat di tandu
lalu diatasnya diberi payung, pemberangkatan mayat menggunakan
sebar/sawur bunga, uanglogam, beraskuning,dll, lalu bunga di
ronce(dirangkai dengan benang )lalu di taruh/dikalungkan di atas beranda
mayat. Hindu meyakini :
a. Bunga warna putih mempunyai kekuatan dewa brahma.
b. Bunga warna merah mempunyai kekuatan dewa wisnu.
c. Bunga warna kuning mempunyai kekuatan dewa siwa.
Umat hindu berkeyakinan bunga itu berfungsi sebagai pendorong do’a (muspha/trisandya)&pewangi.
4. KETUPAT
Didalam hindu roh anak menjelang hari raya pulang kerumah, sebagai penghormatan orang tua kepada anak, maka biasanya hindu setelah hari raya di pasang kupat diatas pintu dan di bagi-bagikan tetangga.
Dengan
penjelasan diatas maka teranglah bahwa ritual-ritual itu bukanlah
sesuatu yang baru (bid’ah) dalam agama hindu, dikatakan bid’ah apabila
itu dikerjakan oleh umat islam dan dianggap bagian dari ajaran islam.
Seperti yang kita ketahui agama islam lahir ribuan tahun setelah adanya
agama hindu tersebut. Hanya saja beberapa “orang hindu” itu menggunakan
kalimat TAHLIL (Laa ilaha illallah) atau membaca surat YASIN pada
ritual-ritual tersebut. Jadilah serupa tapi tak sama dengan ajaran
islam. Islam tidaklah mengenal ritual-ritual tersebut, tidak ditemukan
dalilnya baik didalam Alqur’an Al hadits maupun ijma’ para sahabat.
meminjam istilah fiqih “laukana khairan Lasabaquunaa ilaihi” (kalaulah
seandainya perbuatan/amal itu baik, tentulah para sahabat mendahului
kita mengerjakannya).
Islam adalah
agama yang sempurna, tidak perlu lagi ditambah-tambahi dengan syari’at
baru, bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mewasiatkan kpd
kita agar menjauhi bid’ah dalam sabdanya:
“Jauhilah semua perkara baru (dalam agama), karena semua perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan semua bid’ah merupakan kesesatan”.
(HR Abu Dawud, no. 4607; Tirmidzi, 2676; Ad Darimi; Ahmad; dan lainnya).
“Sesungguhnya
sebaik baik perkataan adalah kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah
petunjuk muhammad sholullah alaihi wasalam, sejelek-jelek perkara adalah
yang diada-adakan, setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap
bid’ah itu sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka”
(HR Abu dawud , an-Nasa’i, Ahmad).
(HR Abu dawud , an-Nasa’i, Ahmad).
Kita tentu tak mau agama kita yang mulia ini mengalami nasib serupa seperti agama-agama samawi lainnya (Yahudi dan Kristen) dimana alasan adat budaya telah mengambil alih dalil-dalil utama kitab suci sendiri.
Karena alasan menghormati leluhur dan budaya
lokal.
Allah azza wajalla telah memperingati kita dalam firmanNya:
”Dan apabila
dikatakan kepada mereka :”Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah”.
Mereka menjawab :”(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah
kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. Apakah mereka akan
mengikuti juga, walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu
apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”
(Qs. Al-Baqarah:170).
(Qs. Al-Baqarah:170).
Allah juga berfirman:
“Dan janganlah kamu mencampuradukka n Kebenaran dengan Kebatilan dan janganlah kamu sembunyikan kebenaran sedangkan kamu mengetahuinya”
(Qs. Al-Baqarah:42).
Allah
menyuruh kita untuk tidak boleh mencampuradukkan ajaran agama islam
(kebenaran) dengan ajaran agama Hindu (kebatilan) tetapi kita malah ikut
perkataan manusia bahwa mencampuradukkan agama itu boleh, Apa manusia
itu lebih pintar dari Allah?
Selanjutnya Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu”.
(Qs. Al-Baqarah:208).
Allah menyuruh kita dalam berislam secara kaffah (menyeluruh) tidak setengah-setengah. Setengah Islam setengah Hindu.
Allah Musta'an
Tidak ada komentar:
Posting Komentar