Ziarah kubur memiliki banyak hikmah dan manfaat, di antara yang terpenting adalah:
- Pertama: Ia akan mengingatkan akherat dan kematian sehingga dapat memberikan pelajaran dan ibrah bagi orang yang berziarah. Dan itu semua tentu akan memberikan dampak positif dalam kehidupan, mewariskan sikap zuhud terhadap dunia dan materi.
- Kedua: Mendo’akan keselamatan bagi orang-orang yang telah meninggal dunia dan memohonkan ampunan untuk mereka.
- Ketiga: Termasuk mengamalkan dan menghidupkan sunnah yang telah diajarkan oleh Rasulullah dan para shahabatnya.
- Keempat: Untuk mendapatkan pahala dan balasan kebaikan dari Allah dengan ziarah kubur yang dilakukan.
” Dulu aku melarang kalian semua berziarah kubur, maka (sekarang) ziarahilah ia.” Dalam sebuah riwayat disebutkan: “Karena sesungguhnya ia mengingatkan kepada kematian, dan dalam riwayat At Tirmidzi: “Karena sesungguhnya ia mengingatkan kepada akherat. “
Sunnah-Sunnah Dalam Ziarah Kubur
Agar manfaat dan hikmah yang telah
tersebut diatas bisa diperoleh dengan sempurna maka seseorang yang akan
melakukan ziarah kubur harus mengetahui sunnah dan tata cara berziarah
yang benar sesuai tuntunan syari’at. Di antara petunjuk Nabi
Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam ziarah kubur adalah sebagai
berikut:
1. Ziarah kubur dapat dilakukan kapan
saja, tidak harus mengkhususkan hari atau waktu tertentu karena salah
satu inti dari ziarah kubur adalah agar dapat memberi pelajaran dan
peringatan agar hati yang keras menjadi lunak, tersentuh hingga
menitikkan air mata. Selain itu agar kita menyampaikan do’a dan salam
untuk mereka yang telah mendahului kita memasuki alam kubur.
2. Dianjurkan ketika pergi untuk ziarah
kubur hadir dalam benak kita rasa takut kepada Allah, merasa diawasi
olehNya dan hanya bertujuan mencari keridhaanNya semata.
3. Disunnahkan kepada peziarah kubur
untuk menyampaikan salam kepada ahli kubur, mendoakan mereka agar
mendapatkan rahmat, ampunan dan afiyah (kekuatan). Di antara doa yang
dianjurkan untuk dibaca adalah:
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَاللهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ وَيَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِيْنَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِيْنَ أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ.
Assalamu’alaikum ahladdiyaari minal
mu’miniina wal muslimiina, wa inna insyaa Alloohu bikum laahiquuna wa
yarhamulloohul mustaqdimiina minnaa wal musta’khiriina as alullooha
lanaa walakumul ‘aafiyata.
“Semoga kesejahteraan untukmu, wahai
penghuni kubur dari kaum mukminin dan muslimin. Sesungguhnya kami Insya
Allah akan menyusul, ( semoga Allah Ta’ala memberikan rahmat kepada
orang-orang yang (telah meninggal) terlebih dahulu diantara kami dan
orang-orang yang akan datang).” (lafazh ini berdasar riwayat Imam
Muslim)
Beberapa Masalah Berkenaan dengan Ziarah Kubur
Perlu untuk diingat bahwa ziarah kubur
pada mulanya adalah dilarang sebelum akhirnya Rasulullah Shallallaahu
‘alaihi wa sallam mengizinkan untuk melakukannya. Larangan tersebut
memang sangat beralasan karena masalah kubur memang sangat rawan akan
bahaya kesyirikan yang itu merupakan lawan dari dakwah beliau dakwah
tauhid. Selain itu pada masa awal berkembangnya Islam kondisi keimanan
para shahabat masih dalam tahap pembinaan, jadi sebagai tindakan
preventif sangat wajar jika beliau melarang kaum muslimin melakukan
ziarah kubur. Bahkan ketika para shahabat telah menjadi orang mukmin
pilihan beliau masih tetap saja memperingatkan mereka dari bahaya kubur,
sebagaimana tercermin dalam sabda beliau menjelang kewafatannya:
“Laknat Allah kepada orang-orang Yahudi dan Nashrani yang telah menjadikan kubur para nabi mereka sebagai masjid.”
Peringatan tersebut tentunya juga
ditujukan kepada kita semua selaku umat Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam yang sudah berada jauh dari generasi shahabat, apalagi
jika aqidah kita masih sangat pas-pasan bahkan cenderung masih lemah.
Jangan sampai izin yang diberikan Rasulullah justru menjadi bumerang
yang berbalik membinasakan kita. Bukannya pahala ziarah yang didapat
namun malah terjurumus dalam jurang dosa bahkan dosa yang tak
terampunkan yakni syirik, naudzu billah min dzalik.
Kalau kita perhatikan ternyata apa yang
dikhawatirkan oleh Rasulullah kala itu memang terjadi dizaman ini,
dimana masih banyak kita dapati kaum muslimin yang salah dalam
menerapkan aturan ziarah kubur, mereka melakukan ziarah sekedar
mengikuti apa yang menjadi kemauan sendiri atau sesuatu yang sudah
menjadi tradisi tanpa memperhatikan nilai-nilai dan rambu-rambu
syari’at.
Diantara beberapa kekeliruan seputar kubur yang patut diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Mengkhususkan hari-hari tertentu dalam
melakukan ziarah kubur, seperti harus pada hari Jum’at, tujuh atau
empat puluh hari setelah kematian, pada hari raya dan sebagainya. Semua
itu tak pernah diajarkan oleh Rasulullah dan beliaupun tidak pernah
mengkhususkan hari-hari tertentu untuk berziarah kubur.
2. Thawaf (mengelilingi) kuburan,
beristighatsah (minta perlindungan) kepada penghuninya terutama sering
terjadi dikuburan orang shalih, ini termasuk syirik besar. Demikian pula
menyembelih disisi kuburan dan ditujukan karena si mayit.
3. Menjadikan kuburan sebagai masjid-masjid untuk pelaksanaan ibadah dan acara-acara ritual.
4. Sujud, membungkuk kearah kuburan, kemudian mencium dan mengusapnya.
5. Shalat diatas kuburan, ini tidak diperbolehkan kecuali shalat jenazah bagi yang ketinggalan dalam menyolatkan si mayit.
6. Membagikan makanan atau mengadakan acara makan-makan di kuburan.
7. Membangun kubur, memberi penerangan (lampu), memasang selambu atau tenda diatasnya.
8. Menaburkan bunga-bunga dan pelepah
pepohonan diatas pusara kubur. Adapun apa yang dilakukan Rasulullah
ketika meletakkan pelepah kurma diatas kubur adalah kekhususan untuk
beliau dan berkaitan denga perkara ghaib, karena Allah memperlihatkan
keadaan penghuni kubur yang sedang disiksa.
9. Memasang prasasti baik dari batu marmer maupun kayu dengan menuliskan nama, umur, tanggal lahir dan wafatnya si mayit.
10. Mempunyai persangkaan bahwa berdo’a dikuburan itu mustajab sehing-ga harus memilih tempat tersebut.
11. Membawa dan membaca Mushaf Al Qur’an
diatas kubur, dengan keyakinan bahwa membaca di situ memiliki keutamaan.
Juga mengkhususkan membaca surat Ya sin dan Al Fatihah untuk para
arwah.
12. Ziarahnya para wanita ke kuburan, padahal dalam hadits Rasulullah jelas-jelas telah bersabda:
“Allah melaknat para wanita yang sering
berziarah kubur dan orang-orang yang menjadikan kuburan sebagai
masjid-masjid.” (Riwayat Imam Ahmad dan Ahlus sunan secara marfu’)
13. Meninggikan gundukan kubur melebihi satu dhira’ (sehasta) yakni kurang lebih 40cm.
14. Berdiri didepan kubur sambil
bersedekap tangan layaknya orang yang sedang shalat (terkesan meratapi
atau mengheningkan cipta, red).
15. Buang hajat diatas kubur.
16. Membangun kubah, menyemen dan menembok kuburan dengan batu atau batu bata
17. Memakai sandal ketika memasuki
komplek pemakaman, namun dibolehkan jika ada hal yang mambahayakan
seperti duri, kerikil tajam atau pecahan kaca dan sebagainya, atau
ketika sangat terik dan kaki tidak tahan untuk menginjak tanah yang
panas.
18. Membaca dzikir-dzikir tertentu ketika
membawa jenazah, demikian pula mengantar jenazah dengan membawa tempat
pedupaan untuk membakar kayu cendana atau kemenyan.
19. Duduk diatas kuburan
20. Membawa jenazah dengan sangat
pelan-pelan dan langkah yang lambat, ini termasuk meniru ahli kitab
Yahudi dan menyelisihi sunnah Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
21. Menjadikan kuburan sebagai ied dan tempat berkumpul untuk menyelenggarakan acara-acara ibadah disana.
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya ziarah kubur itu ada dua macam:
1. Ziarah syar’iyah yang diizinkan
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan dalam ziarah ini ada dua
tujuan, pertama bagi yang melakukan ziarah akan dapat mengambil
pelajaran dan peringatan, yang kedua bagi mayit ia akan mendapatkan
ucapan salam dan doa dari orang yang berziarah.
2. Ziarah bid’iyah yaitu ziarah kubur
untuk tujuan-tujuan tertentu bukan sebagaimana yang tersebut diatas,
diantaranya untuk shalat disana, thawaf, mencium dan mengusap-usapnya,
mengambil sebagian dari tanah atau batunya untuk tabaruk, dan memohon
kepada penghuni kubur agar dapat memberi pertolongan, kelancaran rizki,
kesehatan, keturunan atau agar dapat melunasi hutang dan terbebas dari
segala petaka dan marabahaya dan permintaan-permintaan lain yang hanya
biasa dilakukan oleh para penyembah berhala dan patung saja.
Maka selayaknya setiap muslim berpegang
dengan ajaran agamanya, dengan kitabullah dan sunnah nabinya serta
menjauhi segala bentuk bid’ah dan khurafat yang tidak pernah diajarkan
dalam Islam. Dengan itu maka akan diperoleh kebahagiaan didunia maupun
diakherat kelak, karena seluruh kebaikan itu ada dalam ketaatan kepada
Allah dan rasulNya sedang keburukan selalu ada dalam kemaksiatan dan
ketidaktaatan.
Wallahu 'Alam Bishawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar