Sabtu, 31 Mei 2014

HUKUM MENAFSIRKAN AL-QUR'AN DENGAN ILMU PENGETAHUAN

Pertanyaan

Fadhilatusy Syaikh ditanya: Apakah diperbolehkan menafsirkan Al-Qur’anul Karim dengan menggunakan teori ilmu pengetahuan (teori ilmiah) modern?

Jawaban

Menafsirkan Al-Qur’an dengan teori ilmiah seperti itu merupakan sesuatu yang berbahaya. Karena apabila kita menafsirkan Al-Qur’an dengan teori-teori seperti itu kemudian datang teori lain yang menyelisihinya maka menyebabkan Al-Qur’an menjadi tidak valid (tidak benar) di mata musuh-musuh Islam. Sedangkan di mata kaum muslimin, mereka akan mengatakan bahwa kesalahan tersebut terdapat pada orang yang menafsirkan Al-Qur’an menggunakan teori tadi. Namun musuh-musuh Islam selalu mencari-cari celah.

Oleh karena itu aku peringatkan dengan sangat agar tidak terburu-buru menafsirkan Al-Qur’an menggunakan teori ilmiah seperti ini. Apabila Al-Qur’an terbukti pada kenyataan, tidak perlu kita mengatakan Al-Qur’an itu telah menetapkan kenyataan tersebut. Sebab Al-Qur’an itu turun untuk menerangkan ibadah, akhlaq, dan sebagai renungan.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَ‌كٌ لِّيَدَّبَّرُ‌وا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ‌ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (QS. Shad: 29)

Dan bukanlah perkara-perkara seperti ini yang didapatkan melalui penelitian eksperimen dan dipahami orang-orang dengan ilmu mereka. Bisa jadi hal yang sangat berbahaya terhadap turunnya Al-Qur’an. Aku berikan contohnya tentang firman Allah Ta’ala,

يَا مَعْشَرَ‌ الْجِنِّ وَالْإِنسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَن تَنفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ‌ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْ‌ضِ فَانفُذُوا ۚ لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ
“Wahai kelompok jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.” (QS. Ar-Rahman: 33)

Ketika manusia berhasil mendarat di bulan, sebagian orang menafsirkan ayat ini dan menetapkannya sebagai tafsiran atas kejadian ini kemudian mengatakan: Sesungguhnya yang dimaksud sulthan (سلْطان -dalam ayat ini) adalah ilmu dan dengan ilmunya mereka mampu menembus penjuru bumi. Ini adalah suatu kesalahan. Tidak boleh menafsirkan Al-Qur’an dengan hal yang seperti ini. Karena jika engkau menafsirkan Al-Qur’an dengan makna seperti itu maka engkau bersaksi bahwasanya Allah ridha dengan maksud ayat itu (sesuai yang engkau katakan). Dan hal ini merupakan persaksian yang sangat besar yang engkau akan ditanya tentangnya.

Barangsiapa yang menelaah ayat ini maka akan menemukan bahwa itu adalah tafsir yang bathil. Karena ayat tersebut menjelaskan tentang keadaan manusia dan urusan mereka. Bacalah Surat Ar-Rahman maka engkau akan menemukan bahwa ayat ini disebutkan setelah firman Allah Ta’ala,

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ, وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَ‌بِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَ‌امِ, فَبِأَيِّ آلَاءِ رَ‌بِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman: 26-28)

Mari kita tanyakan, apakah orang-orang ini (yang pergi ke bulan) menembus langit? Maka jawabnya: Tidak. Padahal Allah berfirman,

إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَن تَنفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ‌ السَّمَاوَاتِ
“Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi.” (QS. Ar-Rahman: 33)
Kedua, apakah dilepaskan kepada mereka nyala api dan cairan tembaga?(*) Maka jawabnya: Tidak. Jika demikian, maka tidak benar bila ayat ini ditafsirkan sesuai tafsiran mereka. Maka kita katakan: Bahwasanya sampainya mereka ke tempat yang mereka capai merupakan ilmu-ilmu empiris yang mereka temukan melalui percobaan-percobaan yang mereka lakukan. Adapun memalingkan Al-Qur’an untuk dicocok-cocokkan dengan hal seperti ini maka tidak benar dan tidak diperbolehkan.
 
(*) dari Surat Ar-Rahman ayat 35

يُرْ‌سَلُ عَلَيْكُمَا شُوَاظٌ مِّن نَّارٍ‌ وَنُحَاسٌ فَلَا تَنتَصِرَ‌انِ
“Kepada kamu, (jin dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri (dari padanya).” -pent.

dari Kitabul ‘Ilmi (كتاب العلم) karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Ustaimin pada فتاوى حول العلم pertanyaan no. 49.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar