RASA TAKUT
Abu Huroiroh رضي الله عنه berkata: Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
«من خاف أدلج ومن أدلج بلغ المنزل ألا إن سلعة الله غالية ألا إن سلعة الله الجنة». (أخرجه الترمذي (2450) وعبد بن حميد (1460)/حسن).
“Barangsiapa takut,
dia akan berangkat di awal malam. Dan barangsiapa berangkat di
awal malam dia akan tiba di tempat tinggal. Ketahuilah bahwa
sesungguhnya barang dagangan Alloh itu mahal, ketahuilah bahwa
sesungguhnya barang dagangan Alloh itu adalah Jannah.” (HR. At Tirmidziy
(2450) dan Abd bin Humaid (1460)/hadits hasan).
Al Imam Al
Mundziriy رحمه الله berkata: “Dan makna hadits adalah: barangsiapa
takut, rasatakut tadi mengharuskan dirinya untuk berjalan ke Akhirat dan
bersegera beramal sholih karena dia takut ada halangan dan rintangan di
jalan.” (“At Targhib Wat Tarhib”/4/hal. 131).
Al Imam Ibnul
Qoyyim رحمه الله berkata: “Jika malam telah membayang, keinginan untuk
tidur bertarung dengan keinginan untuk begadang. Maka rasa takut dan
kerinduan ada di bagian depan pasukan kesadaran. Kemalasan dan sikap
menunda-nunda ada di pasukan kelalaian. Maka apabila tekad jiwa itu
melakukan serangan, dia akan menyerang sayap kanan, dan kalahlah tentara
kemalasan. Maka tidaklah fajar itu menyingsing kecuali dalam keadaan
hasil rampasan perang dibagi-bagi, dan pasukan yang berhak merasa senang
dengan bagian yang dia dapatkan. Perjalanan di waktu malam tidak bisa
dilakukan kecuali oleh orang yang biasa sedikit makan dan memikul rasa
lapar. Kuda-kuda jagoan itu ada di bagian depan, sementara kuda pemikul
beban itu ada di belakang.” (“Al Fawaid”/hal. 51).
PENDENGARAN
Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata:
“Pendengaran itu ada tiga macam: pendengaran yang bermakna menangkap
suara dengan indra telinga, pendengaran yang bermakna pemahaman, dan
pendengaran yang mengandung penerimaan dan pelaksanaan tuntutan.”
(“Madarijus Salikin”/1/hal. 483).
Syaikhul Islam رحمه الله berkata: “Pokok pendengaran yang diperintahkan oleh Alloh adalah: mendengarkan apa yang dibawa oleh Rosul صلى الله عليه وسلم ,
pendengaran yang mengandung pemahaman dan penerimaan. Oleh karena
itulah maka manusia dalam masalah tersebut terbagi menjadi
empat golongan: golongan yang berpaling dan tidak mau mendengarkan wahyu
yang beliau bawa, golongan yang mendengarkan suara tapi tidak paham
maknanya, golongan yang memahaminya tapi tidak mau menerimanya, dan yang
keempat adalah golongan yang mendengarnya dengan pendengaran yang
mengandung pemahaman dan penerimaan.” (“Majmu’ul Fatawa”/8/hal. 16).
FAQIH
Al Imam Al Hasan Al Bashriy رحمه الله
berkata: “Hanyalah orang faqih itu adalah orang yang zuhud terhadap
dunia, cinta dan berhasrat kuat terhadap akhirat, punya ilmu
yang mendalam dan keyakinan kokoh dalam urusan agamanya, senantiasa
rutin beribadah pada Alloh عز وجل .”(“Akhlaqul Ulama”/Al Ajurriy/no. 47/dishohihkan oleh Syaikhuna Yahya Al Hajuriy/cet. Darul Atsar).
BODOH
Al Imam Sufyan bin ‘Uyainah رحمه الله berkata:
“Orang yang paling bodoh adalah orang yang meninggalkan apa yang
diketahuinya. Orang yang paling berilmu adalah orang yang mengamalkan
apa yang diketahuinya. Orang yang paling utama adalah orang yang paling
khusyu’ pada Alloh.”(“Muqoddimah Sunan Ad Darimiy”/no. 343/
dishohihkan oleh Syaikhuna Yahya Al Hajuriy dalam “Al ‘Urful Wardiy”
hal. 159/cet. Darul Atsar).
Al-Haq (Kebenaran)
لقد جئناكم بالحق ولكن أكثركم للحق كارهون.
“Sungguh
Kami telah mendatangkan kebenaran pada kalian akan tetapi kebanyakan
dari kalian membenci kebenaran tadi.” (QS. Az Zukhruf: 78).
Al Imam Asy
Syaukaniy rohimahulloh berkata: “Dan yang dimaksudkan dengan kebenaran
adalah seluruh perkara yang Alloh perintahkan melalui lisan para Rosul
dan Alloh turunkan di dalam kitab-kitab-Nya.” (“Fathul Qodir”/6/hal.
417)
Pemilik Akal
Al Imam Al Qurthubiy Rahimahulloh berkata: “Ulul Albab adalah orang-orang yang mempergunakan akal-akal mereka untuk merenungkan dalil-dalil.” (“Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an”/4/hal. 310).
Hakikat ‘Ilmu
Abu
Hilal Al Askariy rohimahulloh berkata: “Ilmu adalah keyakinan terhadap
suatu perkara sesuai dengan kenyataannya sampai pada tingkat percaya
kepadanya.” (“Al Furuqul Lughowiyyah”/karya Abu Hilal/hal. 94/cet. Daul Kutubil Ilmiyyah).
Al
Imam Al Hadizh Ibnul Wazir rohimahulloh berkata: “Maka ilmu yang benar
adalah ilmu yang mengumpulkan kepastian hati akan perkara tadi,
kesesuaiannya dengan kenyataannya, dan kekokohan jiwa terhadap
pengetahuan tadi di saat ada upaya yang membikin keraguan.” (“Itsarul Haqq ‘alal Kholq”/Ibnul Wazir/hal. 120).
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh berkata: “ilmu itu adalah perkara
yang dalil itu tegak padanya. Dan ilmu yang bermanfaat adalah apa yang
dibawa oleh Rosul. Maka yang terpenting adalah kita itu berkata dengan
ilmu, yaitu penukilan yang telah dibenarkan dan penelusuran yang telah
dipastikan. Karena yang selain itu, sekalipun sebagian orang menghiasi
semisalnya, maka itu adalah bagaikan tembikar (tanah liat yang dibakar)
yang dipalsukan. Jika tidak demikian, maka dia adalah kebatilan yang
mutlak.” (“Majmu’ul Fatawa”/6/hal. 388).
Persiapan Menghadapi Kematian
الذي خلق الموت والحياة ليبلوكم أيكم أحسن عملا وهو العزيز الغفور.
“Dialah
Yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian siapakah
dari kalian yang terbaik amalannya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun.” (QS. Al Mulk: 2).
Al
Imam Muhammad Al Qoshshob Rahimahulloh berkata: “(ayat ini) merupakan
dalil bahwasanya mempersiapkan diri menghadapi kematian adalah petuah
yang terbesar dari Alloh jalla jalaluh, dan sebagai penolong yang bagus
untuk beramal sholih, karena mempersiapkan diri menghadapi kematian
menyebabkan sang hamba itu pendek angan-angannya, meringankan bagi
dirinya beratnya musibah-musibah, dan pahitnya menelan kemiskinan.”
(“Nukatul Qur’an”/4/hal. 374/cet. Dar Ibnil Qoyyim).
Assunnah
(demi yang tidak ada sesembahan yang berhak di sembah selain Dia) adalah
ada di antara ghuluw dan menganggap remeh (nglenyek). Maka bersabarlah
di atasnya semoga Allah merohmati kalian. Sesungguhnya ahlus sunnah
adalah paling sedikit di antara manusia pada zaman dahulu, dan mereka
juga sedikit pada zaman sisanya (sekarang). Mereka adalah orang yang
tidak ikut bersama orang kaya bersama kekayaanya. Dan tidak juga
bersama ahlu bid’ah bersama kebid’ahanya. Dan mereka bersabar atas
sunnah mereka sampai mereka menjumpai rob mereka. Dan begitulah
hendaknya kalian menjadi (ahlus sunnah). hasan al bashri rohimahullaah
(syarah aqidah thohawiyyah 1/252)
Rasulullah
shallallahu alaihi wassalam.”Sesungguhnya di depan hari kiamat nanti
ada kekacauan, yaitu pembunuhan. Tidaklah itu pembunuhan terhadap orang
kafir, akan tetapi pembunuhan suatu kaum sebagian pada sebagian yang
lain sampai-sampai seseorang berjumpa dengan saudaranya, maka dia
membunuhnya. Di angkatlah akal akal dari yang memilikinya pada saat itu
dan di gantikan baginya debu/sesuatu yang tidak berharga dari manusia
yang dengan itu kebanyakan dari mereka mengira telah berada pada suatu
keadaan padahal tidaklah demikian”. Di shohihkan oleh Al albani pada
shohihul jami’ NO 2047
Berkata
sufyan ats tsauri rohimahullah. “wahai saudaraku, janganlah kalian
berkeinginan (iri) terhadap ahlu syahwat dengan syahwat mereka, dan
jangan pula seperti apa yang mereka terbalik dlm memahami nikmat.
Sesungguhnya di hadapan mereka ada suatu hari dimana tergalincir pada
hari itu kaki kaki, menggigil badan badan, dan berubah warna warna (raut
muka), dan akan lama berdiri (menanti hisab), akan berat pada hari itu
perhitungan, dan berserak di dalamnya hati hati hingga mencapai
kerongkongan. Maka wahai yg memiliki hati, apa bagianmu dari penyesalan
atas apa yang telah menimpa dari syahwat syahwat ini?” dikutip dari
hilyatul auliya’ 7/24
Telah
berkata Syaikh Muqbil bin Hadi al Wad’i Rahimahullah, “Maka aku
nasehatkan kepada semua sunny untuk bersabar atas kemiskinan dan atas
gangguan walau jika itu dari penguasa. Dan berhati-hatilah akan bisikan
dalam hatimu yang berkata “Kelak kami akan bangkit dengan sebuah
pemberontakan dan kudeta” (Dan jika itu terjadi) maka engkau akan
menumpahkan darah kaum muslimin. Tuhfatul mujib
Berkata al allamah sholih fauzan hafidhohullah dalam “al ijaabah lil hammah” halaman 47-48.
Tidaklah ibroh itu dengan penisbatan atau pada apa yang nampak dari luar. Akan tetapi ibroh itu adalah dengan kenyataan da bukti-bukti nyata dari berbagai perkara. Maka suatu golongan yang mereka menasabkan kepada dakwah wajib bagi mereka untuk memperhatikan apa yang ada pada mereka.
di mana mereka belajar?
Dan darimana mereka mengambil ilmu?
Dan kemana mereka menuju?
Dan apa aqidah mereka?
dan dilihat pada perbuatan-perbuatan dan jejak-jejak dari perbuatan mereka pada manusia dan apa saja dari kebaikan nereka?
Dan apa saja urutan atas perbuatan mereka dari perbaikan?
Wajib bagi mereka mempelajari keadaan keadaan mereka sebelum terpedaya oleh perkataan perkataan mereka dan perbuatan yang nampak dari mereka.
Poerkara ini adalah wajib ada pada mereka secara khusus pada zaman ini dimana telah tersebar di dalamnya para da’i yang menyeru kepada fitnah.
Dan sungguh Rosulullah telah mensifati da’i da’i fitnah tersebut dengan sifat bahwa mereka adalah dari golongan kami, berbicara dengan bahasa kami”
Tidaklah ibroh itu dengan penisbatan atau pada apa yang nampak dari luar. Akan tetapi ibroh itu adalah dengan kenyataan da bukti-bukti nyata dari berbagai perkara. Maka suatu golongan yang mereka menasabkan kepada dakwah wajib bagi mereka untuk memperhatikan apa yang ada pada mereka.
di mana mereka belajar?
Dan darimana mereka mengambil ilmu?
Dan kemana mereka menuju?
Dan apa aqidah mereka?
dan dilihat pada perbuatan-perbuatan dan jejak-jejak dari perbuatan mereka pada manusia dan apa saja dari kebaikan nereka?
Dan apa saja urutan atas perbuatan mereka dari perbaikan?
Wajib bagi mereka mempelajari keadaan keadaan mereka sebelum terpedaya oleh perkataan perkataan mereka dan perbuatan yang nampak dari mereka.
Poerkara ini adalah wajib ada pada mereka secara khusus pada zaman ini dimana telah tersebar di dalamnya para da’i yang menyeru kepada fitnah.
Dan sungguh Rosulullah telah mensifati da’i da’i fitnah tersebut dengan sifat bahwa mereka adalah dari golongan kami, berbicara dengan bahasa kami”
Berkata
Abdullah ibnu Abbas rodhiallaahu ‘anhuma “janganlah kalian duduk duduk
dengan ahlul bid’ah! Sesungguhnya duduk duduknya kalian bersama mereka,
menyakitkan (menimbulkan syubhat) bagi hati” al ibanah milik Ibnu
Batthoh 1/136
Rosulullah
shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda “sesungguhnya perupa makhluk
bernyawa (akan) masuk dalam neraka dan akan di tiupkan pada setiap
gambar yang dibuatnya ruh dan akan menyiksa mereka di neraka jahanam”
riwayat muslim. Ibn abbas rodhiallaahu ‘anhuma “jika engkau memang
harus melakukanya (menggambar) maka buatlah gambar pohon atau apa saja
yang tidak memiliki ruh”
TAQWA DAN KEMUDAHAN
فإن مع العسر يسرا * إن مع العسر يسرا.
“Maka
sesungguhnya bersama kesukaran itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama
kesukaran tadi ada kemudahan.” (QS. Al Insyiroh: 5-6).
Al Imam Ibnu Hibban rohimahulloh berkata:
فكم من شدة قد صعبت وتعذر زوالها على العالم بأسره ثم فرج عنها السهل في أقل من لحظة.
“Maka
alangkah banyaknya kesulitan yang berat dan tidak mungkin
dihilangkan oleh alam semesta semuanya, lalu kemudahan justru bisa
menghilangkannya dalam waktu kurang dari sekejap.” (“Roudhotul ‘Uqola”/hal. 192).
Termasuk senjata mukmin yg paling utama adalah taqwa dan tawakkal kepada Alloh.
Alloh ta’ala berfirman ومن يتق الله يجعل له مخرجا ويرزقه من حيث لا يحتسب. ومن يتوكل على الله فهو حسبه. “Dan
barangsiapa bertaqwa pada Alloh, Alloh akan menjadikan untuknya
jalan keluar dan memberinya rizqi dari arah yg tdk diduganya. Dan
barangsiapa bertawakkal pada Alloh maka Allohlah Yang akan
mencukupinya.” (QS. Ath-tholaq 2-3)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh berkata: “Sungguh Alloh telah menjelaskan bahwasanya Dia itulah Yang mencukupi orang bertawakkal kepada-Nya, dan bahwasanya Dia pasti akan memberi rizqi pada orang yg bertaqwa dari arah yg tidak diduganya.” (“Al Istighotsah”/hal. 193).
PERSIAPAN
Fudhoil bin ‘Iyadh suatu hari bertanya kepada seorang laki laki : “Berapa umurmu telah berlalu?”
Dia menjawab : “60 tahun”.
Fudhoil berkata :”Engkau selama 60 tahun berjalan menuju Rabbmu dan engkau hampir mencapainya”
Lelaki itu berkata “Innalillaahi wainnailaihi raji’uun”.
Fudhoil bertanya :”Apakah kau tahu maknanya?
Engkau telah mengatakan: “Sesungguhnya
kita hamba Allah semata, dan kepadaNyalah kita kembali. Barang siapa
telah mengetahui bahwa dirinya hamba Allah dan hanya kepadaNyalah dia
kembali, maka hendaknya dia juga mengetahui bahwa dia akan berdiri
dihadapanNya, barangsiapa mengetahui dirinya akan berdiri dihadapanNya,
ketahuilah bahwa dia akan ditanya, maka persiapkanlah jawaban untuk
pertanyaan pertanyaan tersebut”.
Lelaki itu bertanya,”Lalu bagaimana jalan keluarnya?”
Fudhoil menjawab : “Mudah”
Dia bertanya lagi : “Apa itu?”
Fudhoil menjawab : “Perbaikilah
kehidupanmu yang masih tersisa, semoga Allah mengampuni apa apa yang
telah lewat. Sebab,sesungguhnya apabila engkau berbuat jelek pada
masa-masa yang tersisa ini, engkau akan dibalas dengan perbuatan
perbuatanmu yang kamu lakukan dulu dan pada masa-masa yang tersisa ini.”
Jami’ululmul hikam halaman 519
AKIBAT DURHAKA
Al Hasan Al Basri berkata
“Tidaklah seorang hamba mendurkai Allah melainkan Allah menghinakannya”
Al Hasan juga berkata
“Mereka meremehkan Allah dan mendurhakainya, andaikan mereka memuliakan Allah, niscaya Allah akan menjaga mereka”
Abu Sulaiman Ad-Darniy berkata,
“Barang
siapa mensucikan diri, maka dia aka diberi kesucian itu, dan barang
siapa mengotori diri, maka kotoran itu akan diberikan kepadanya. Barang
siapa melakukan kebaikan pada malam harinya, maka dia diberi
perlindungan pada siang harinya, dan barang siapa melakukan kebaikan
pada siang harinya, maka dia diberi perlindungan pada malam harinya.
Barang siapa mengabaikan Alah karena syahwat didalam hatinya, maka Allah
berhak untuk menyiksa hatinya.
Aisyah Ummul Mukminah RadhiaAllaahu’anha menulis surat kepada Muawiyyah Radhiallaahu’anhu, yang diantara isinya
“Barang siapa yang durhaka kepada Allah, maka orang yang tadinya memuji akan berubah mencelanya.”
Muharib bin Ditsar berkata,
“Sesungguhnya jika seseorang melakukan dosa, maka dia akan mendapatkan kehinaan didalam hatinya.
“Al Husain bin Muthair berkata :
“Bersihkan dirimu dari segala urusan,
agar setelah itu tiada nafsu yang tersimpan,
jangan dekati segala urusan yang haram,
sirna kenikmatannya dan kepahitannya terpendam.”
Sufyan Atsauri berpantun lewat dua bait syair,
“Kenikmatan yang diharamkan begitu cepat sirna
Dosa dan cela tetap melekat selama lamanya
Akibat keburukan tetap terlihat nyata
Tiada artinya kenikmatan yang disusul neraka”
Dari Kitab Raudhah Al-Muhibbin wannuzzah Al Mustaqin Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah
SABAR UNTUK BERSUA ALLAH DALAM KETAATAN
Seseorang berdiri dihadapan Asy-Syibliy, seraya berkata, “Apakah kesabaran yang paling berat dimata orang-orang yang sabar”,
Dia menjawab, “Kesabaran karena Allah”
Orang itu berkata, “Bukan”
Asy-Syibliy menjawab, “Kesabaran untuk Allah”
“Bukan” kata orang itu
“Kesabaran beserta Allah” Jawab Asy-Syibliy
“Bukan”
“Kalau begitu apa?” Tanya Asy-Syibliy
Orang itu menjawab, “Kesabaran menunggu bersua Allah”
Seketika itu pula Asy-Syibliy menjerit karena kaget
Dari Kitab Raudhah Al-Muhibbin wannuzzah Al Mustaqin Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah
JATUH CINTA
Abu Bakar Al-Kattany berrkata,
‘Suatu kali takkala musim haji pernah diselenggarakan dialog yang
mengupas masalah CINTA di Makkah. Maka banyak orang-orang tua yang
angkat bicara dalam forum itu. Sementara AL-Junaid adalah orang yang
paling muda diantara mereka, Mereka berkata kepadanya, ‘’ Sampaikan
pendapatmu wahai penduduk Iroq ‘’
Maka dia menundukkan mukanya dan airmata menetes dari kedua matanya, kemudian dia berkata,
‘’Orang
yang jatuh cinta adalah hamba yang mengabaikan dirinya, selalu menyebut
Rabbnya, melaksanakan hak-hak-Nya, memandang-Nya dengan hati, membakar
hati dengan cahaya kehendak-Nya, minumannya berasal dari bejana
cinta-Nya, jika bicara dengan menyertakan Allah, jika berucap dari
Allah, jika bergerak menurut perintah Allah, jika diam bersama Allah,
dia dengan Allah, milik Allah, dan bersama Allah.’’
Setelah
mendengar, orang-orang tua pun menangis. Mereka berkata, ‘’Ini
penjelasan yang tidak membutuhkan tambahan lagi, semoga Allah memberikan
keperkasaan kepadamu wahai pemimpin orang-orang yang berilmu.”
(Dari Raudhoh Al Muhibbiin wa Nuzhah Al Musytaqin-Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah)
SIAP MENANGGUNG RESIKO
“Dan tidaklah aku peduli manakala aku terbunuh sebagai seorang muslim,
di tempat manakah terkaparnya aku untuk Alloh.
Dan yang demikian itu adalah demi Dzat sesembahanku,
dan jika Dia menghendaki Dia akan memberkahi jasad yang terpotong-potong.”
(HSR Al Bukhory (7402), dari ucapan Khubaib bin ‘Adi radhiyallohu ‘anhu)
BAHAYA DOSA
Syaikhul Islam رحمه الله berkata
”Maka sesungguhnya dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan itu
membahayakan manusia lebih besar daripada
apa yang dibahayakan oleh racun.“
(“Majmu’ul Fatawa”/8/hal. 348).
JAUH DARI ALLAH
‘Siapa yang dunianya lebih dicintai dan disenangi
Lenyaplah ketakutan akan akhirat dari dirinya
Siapa yang menginginkan ‘ilmu, namun semakin bertambah rakusnya kepada dunia
Maka tidak akan bertambah melainkan kemurkaan dan semakin jauh dari Allah
(Al-Hasan Al-Bashri rohimahullah/ Raudhotul ‘ uqala 35)
PENYAKIT AGAMA (DIIN)
‘’ Orang ‘aalim adalah dokternya diin
Sedangkan duit adalah penyakitnya diin
Andai sidokter lebih memilih penyakit untuk dirinya
Kapan dia akan mengobati orang lain ?
[Sufyaan Ats-Tsauri rohimahullah/ Raudhotul ‘Uqala,35]
Wasiat Isa bin Maryam
Imam
Ahmad berkata, “ Kami diberitahu Sayyar, kami diberitahu Ja’far, kami
diberitahu Abu Alib, dia berkata, “ Kami mendengar bahwa perkataan
berikut ini ada dalam wasiat Isa bin Maryam ‘alaihi salam
“ Wahai
para Hawariyyin, cintailah Allah sekalipun mendapat kebencian pelaku
kedurhakaan dan mendekatlah kepada Allah sekalipun dengan kemarahan
mereka, serta carilah keridhoan Allah walaupun dengan mendapat kemurkaan
mereka “.
Para Hawariyyun berkata, “ Wahai Nabi Allah, lalu dengan siapa kami bergaul ?
Nabi
Isa menjawab, “ Bergaullah dengan orang yang perkataannya bisa menambah
‘amal kalian, yang pandangannya bisa mengingatkan kalian kepada Allah
dan yang ‘imunya bisa membuat kalian zuhud di dunia. “
Raudhoh Al- Muhibbin wa Nauzhah Al-musytaqin, Ibnu Qayyim Al- Jauziyyah
Al’ilmu adalah kebaikan di Dunia
العلم :الحسنة فى الدنيا
قال الحسن في قوله تعالى { ربنا اتنا في الدنيا حسنة } [ البقرة 201 ] هي العلم و العبادة .
“ و في الأخرة حسنة } [ البقرة 201 ] هي الجنة ”1 }
قال ابن القيم الجوزوية رحمه الله : و هذا من احسن التفسير
فإن أجل حسنات الدنيا العلم النافع و العمل الصالح
( أخرجه ابن أبي شيبة و عبد ابن حميد, وابن جرير,والمرهبي في ( فضل العلم
“1″ (و البيهقي في ( شعب الإيمان
قال الحسن في قوله تعالى { ربنا اتنا في الدنيا حسنة } [ البقرة 201 ] هي العلم و العبادة .
“ و في الأخرة حسنة } [ البقرة 201 ] هي الجنة ”1 }
قال ابن القيم الجوزوية رحمه الله : و هذا من احسن التفسير
فإن أجل حسنات الدنيا العلم النافع و العمل الصالح
( أخرجه ابن أبي شيبة و عبد ابن حميد, وابن جرير,والمرهبي في ( فضل العلم
“1″ (و البيهقي في ( شعب الإيمان
Al-Hasan
berkata tentang perkataan Allah “ yaa RobbKami, datangkanlah kepada
Kami kebaikan di Dunia” (AL-Baqoroh 201) adalah “ Al-‘Ilmu dan
‘ibadah.”dan kebaikan di Akhirat” (Al-baqoroh 201) adalah “ Surga”.
Berkata Ibnul qoyyim Al-jauziyyah “dan ini adalah dari sebaik-baik
tafsir” , karena ‘’ sesungguhnya seutama kebaikan-kebaikan dunia
adalah ‘ilmu yang bermanfaat dan amal sholih”
(dari kitab Al Ilmu wafadhluhu Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah)
KARENA ALLAH
Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika
memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia
dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh
itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta
orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan
kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam
penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa
mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang
bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh
bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak
bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia
percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya?
Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan
terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah
dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka
tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi
serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh
akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari
masalahnya.”
memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia
dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh
itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta
orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan
kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam
penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa
mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang
bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh
bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak
bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia
percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya?
Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan
terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah
dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka
tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi
serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh
akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari
masalahnya.”
(“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil
‘Arobiy).
‘Arobiy).
ASHHABUL HADITS
Abu Muhammad Ibnu Qutaibah رحمه الله berkata:
“Adapun
ashabul hadits maka sesungguhnya mereka itu mencari kebenaran dari sisi
hadits, dan menelusurinya dari tempat yang di situ ada dugaan besar ada
kebenaran di situ, dan mereka mendekatkan diri pada Alloh ta’ala dengan
mengikuti sunnah-sunnah Rosululloh صلى الله عليه وسلم dan mencari jejak-jejak beliau dan kabar-kabar beliau di daratan dan lautan, di timur dan barat, …”
(“Ta’wil Mukhtalafil Hadits”/hal. 73).
DOSA KECIL ?
Dari Anas رضي الله عنه yang berkata:
إِنَّكُمْ لَتَعْمَلُونَ أَعْمَالاً هِي أَدَقُّ في أَعْيُنِكُمْ مِنَ الشَّعَرِ ، إِنْ كُنَّا نَعُدُّهَا عَلَى عَهْدِ النَّبِي – صلى الله عليه وسلم – الْمُوبِقَاتِ.
“Sesungguhnya
kalian benar-benar melakukan amalan-amalan yang dia itu lebih kecil
dalam pandangan mata kalian daripada rambut, padahal sungguh kami pada
zaman Rosululloh صلى الله عليه وسلم menilainya termasuk dari penghancur.”
(HR. Al Bukhoriy (6492)/Darul Kutubil ‘Ilmiyyah).
Ibnu Hajar رحمه الله berkata
:
“Yaitu: kalian melakukan amalan-amalan yang kalian kira dia itu remeh,
padahal dia itu besar atau berakhir pada perkara yang besar.”
(“Fathul Bari”/11/hal. 371/Maktabatush Shofa).
Ibnu Baththol رحمه الله berkata:
“Dosa-dosa yang diremehkan jika banyak akan menjadi besar jika terus-menerus dilakukan.”
(“Fathul Bari”/11/hal. 371/Maktabatush Shofa).
Al Imam Al Barbahariy رحمه الله berkata:
“Dan
hindarilah perkara baru yang kecil-kecil karena sesungguhnya bid’ah
yang kecil-kecil itu akan menjadi besar. Dan seperti itulah setiap
bid’ah yang dibikin di umat ini, dulu awalnya adalah kecil menyerupai
kebenaran, sehingga tertipulah dengan itu orang yang masuk ke dalamnya,
lalu dia tak sanggup keluar darinya, lalu menjadi besar dan menjadi
agama yang dipeluk, lalu menyelisihi shirothol mustaqim, lalu dia keluar
dari Islam.”
(“Syarhus Sunnah”/Al Barbahariy/hal. 18/Darul Atsar).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله berkata:
“Dan
jika orang itu bersikeras untuk meninggalkan sunnah yang diperintahkan
dan mengerjakan apa yang dilarang, maka terkadang dia akan dihukum
dengan dicabutnya darinya ibadah wajib, sampai dia menjadi orang fasiq
atau penyeru kepada bid’ah. Dan jika dia bersikeras di atas dosa-dosa
besar, dikhawatirkan akan dicabutnya keimanan dari dirinya, karena
sesungguhnya bid’ah it uterus-menerus mengeluarkan manusia dari yang
kecil kepada yang besar sampai-sampai mengeluarkannya kepada ilhad
(penyelwengan dari Islam) dan zandaqoh (nifaq aqidah)…”
(“Majmu’ul Fatawa”/22/hal. 305-306/ihalah/Darul Wafa).
ADAB-ADAB AHLUL SUNNAH
Al Imam Abu Utsman Ash Shobuni رحمه الله berkata:
“Kumpulan
adab-adab ahlul hadits adalah: … dan mereka saling cinta karena agama
ini, saling benci juga karena agama ini, menghindari perdebatan dan
pertengkaran tentang Alloh, saling menjauh dengan ahli bid’ah dan pelaku
kesesatan, memusuhi pengekor hawa nafsu dan kebodohan, …-sampai pada
ucapan beliau- dan membenci ahlul bid’ah yang membikin dalam agama
perkara yang tidak masuk di dalamnya, tidak mencintai mereka, tidak
bersahabat dengan mereka, tidak mendengarkan ucapan mereka, tidak
duduk-duduk dengan mereka, tidak mau berdebat mereka tentang agama,
tidak berdiskusi dengan mereka. dan berpandangan untuk menjaga
telinga-telinga mereka dari mendengarkan kebatilan ahli bid’ah tadi,…
dst.”
(“Aqidatis Salaf Ashabil Hadits”/ hal. 107-108/cet. Darul Minhaj).
Al Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisiy رحمه الله berkata:
“Termasuk
dari sunnah adalah meninggalkan ahli bid’ah, memisahkan diri dari
mereka, tidak mau berdebat dan bertengkar dengan mereka tentang agama,
tidak membaca-baca kitab-kitab mubtadi’ah, tidak mau mencurahkan
pendengaran pada ucapan mereka. dan setiap perkara baru dalam agama
adalah bid’ah.”
(“Lum’atul I’tiqod”/karya Ibnu Qudamah/syarh Ibnu Utsaimin/hal. 97/cet. Darul Atsar).
Abul Hasan Al Asy’ariy رحمه الله berkata:
“Dan kami berpendapat untuk memisahkan diri dari setiap penyeru kepada kebid’ahan, dan menjauhi pengekor hawa nafsu.”
(“Al Ibanah”/hal. 53/cet. Maktabah Shon’a).
Al ‘Allamah Abuth Thoyyib Shiddiq bin Hasan Khon At Tanukhiy رحمه الله berkata:
“Termasuk
dari sunnah adalah meninggalkan ahli bid’ah, menjauhkan diri dari
mereka, tidak mau berdebat dan bertengkar dengan mereka tentang agama
dan sunnah. Dan setiap perkara baru dalam agama adalah bid’ah. Tidak
membaca-baca kitab-kitab mubtadi’ah, tidak mau mencurahkan pendengaran
pada ucapan mereka dalam masalah inti agama ataupun cabangnya, …dst.”
(“Qothfuts Tsimar”/karya Shiddiq Hasan Khon/hal. 178/dengan tahqiq Syaikhuna Abu Amr Al Hajuriy حفظه الله /cet. Maktabah Shon’a Al Atsariyyah).
BENCI KARENA ALLAH
Al Imam Sufyan Ats Tsauriy رحمه الله berkata:
“Jika seseorang cinta pada saudaranya kerena Alloh عز وجل kemudian
orang yang dicintainya itu membuat perkara baru dalam Islam lalu dia
tidak membencinya Karena perbuatan tadi maka berarti dia tidak
mencintainya Karena Alloh عز وجل.
” (Riwayat Ibnu Abi Hatim dalam “Al Jarh Wat Ta’dil”/1/hal. 52/sanadnya shohih).
MENAMBAH ‘ILMU
Berkata seorang penyair:
إذا لم يذاكر ذو العلوم بعلمه ولم يستزد علما نسي ما تعلما
“Apabila
seorang yang berilmu tidak memuroja’ahi ilmunya dan tidak pula menambah
ilmu dia akan lupa apa yang telah dia pelajari.”
[Jami' Bayan Al-'ilm wa Fadhlih 1/206]
CUKUP !!! DENGAN SUNNAH
Syaikhul Islam رحمه الله berkata: “Barangsiapa
tidak merasa cukup bagi dirinya dengan sunnah sehingga melampaui sampai
kepada bid’ah, dia akan keluar dari agama ini. Dan barangsiapa melontarkan kepada manusia sesuatu yang tidak dilontarkan oleh Rosululloh صلى الله عليه وسلم
bersamaan dengan adanya perkara-perkara yang dituntut untuk
dilontarkannya sesuatu tadi (pada zaman itu), maka sungguh orang tadi
telah mendatangkan syariat kedua dan dia itu bukan pengikut Rosul. Maka
hendaknya dia memperhatikan urusannya, ke manakah dia meletakkan
kakinya.”
(“Al Fatawal Kubro”/3/hal. 167).
AKHIR HIDUP YANG JELEK
Al Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisiy رحمه الله berkata: “Dan
penghabisan yang buruk itu punya sebab-sebab sebelum datangnya
kematian, seperti bid’ah, kemunafiqan, kesombongan dan sifat-sifat
tercela yang lain. Oleh karena itulah ketakutan Salaf terhadap
kemunafiqan itu sangat keras.
(“Mukhtashor Minhajil Qoshidin”/karya Al Maqdasiy/4/hal. 69).
MENJAGA AGAMA
Al Hasan Al Bashri -rahimahulloh- berkata: ”Wahai
anak Adam, jaga agamamu, jaga agamamu, karena hanya agama itulah daging
dan darahmu. Kalau engkau selamat, maka alangkah tentramnya dan
alangkah nikmatnya. Tapi jika yang terjadi adalah selain itu, maka -kita
berlindung kepada Alloh- dia itu hanyalah api yang tidak padam, batu
yang tidak dingin dan jiwa yang tidak mati”
(Riwayat Al Firyabi -rahimahulloh- di “Shifatun Nifaq”/no. 49/dishahihkan Syaikh Abdurraqib Al Ibbi -hafidhahulloh-)
MANUSIA YANG PALING BERBAHAGIA
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rohimahullohu- berkata:
فأسعد الخلق وأعظمهم نعيما وأعلاهم درجة أعظمهم اتباعا وموافقة له علما وعملا اهـ.
“Maka
makhluq yang paling beruntung, paling agung kenikmatannya dan paling
tinggi derajatnya adalah makhluq yang paling besar mutaba’ahnya (sikap
ikutnya) dan kesesuaiannya dengan beliau (Rosululloh -shollallohu
‘alaihi wasallam-) baik secara ilmu maupun amalan.”
(“Majmu’ul Fatawa”/4/hal. 26).
TIGA PERKARA
Abu
Darda’ Rodhiyallohu ‘Anhu mengatakan: “Tiga perkara yang aku cintai
sementara manusia membencinya; KEMISKINAN, SAKIT dan KEMATIAN. Aku
mencintai kemiskinan karena (menimbulkan) rasatawadhu’ kepada Robb-ku,
aku mencintai kematian karenan kerinduan kepada Robb-ku, aku mencintai
sakit karena (merupakan) penghapus kesalahan-kesalahanku”.
[Siyar A’lamin Nubala’ biographi Abu Darda’]
HATI HATI TERHADAP AHLUL BID’AH
Ucapan Al Imam Ibnu Baththoh -rohimahulloh-
Setelah menyebutkan hadits syubuhat Dajjal, berkatalah Al Imam Ibnu Baththoh -rohimahulloh-:
هذا
قول الرسول صلى الله عليه وسلم، وهو الصادق المصدوق، فالله الله معشر
المسلمين، لا يحملن أحدا منكم حسن ظنه بنفسه، وما عهده من معرفته بصحة
مذهبه على المخاطرة بدينه في مجالسة بعض أهل هذه الأهواء، فيقول: (أداخله
لأناظره، أو لأستخرج منه مذهبه)، فإنهم أشد فتنة من الدجال، وكلامهم ألصق
من الجرب، وأحرق للقلوب من اللهب، ولقد رأيت جماعة من الناس كانوا
يلعنونهم، ويسبونهم، فجالسوهم على سبيل الإنكار، والردّ عليهم ، فما زالت
بهم المباسطة وخفي المكر، ودقيق الكفر حتى صبوا إليهم اهـ.
“Ini
adalah ucapan Rosul -shollallohu ‘alaihi wasallam-, dan beliau itu
orang yang jujur dan dibenarkan. Maka bertaqwalah pada Alloh wahai
Muslimun, jangan sampai rasa baik sangka pada diri sendiri dan juga ilmu
yang dimiliki tentang bagusnya madzhab dirinya membawa salah seorang
dari kalian untuk melangsungkan perdebatan dengan agamanya di dalam
acara duduk-duduk dengan ahlul ahwa,seraya berkata: “Aku akan masuk ke
tempatnya dan kuajak dia berdebat, atau kukeluarkan dirinya dari
madzhabnya.” Mereka itu sungguh lebih dahsyat fitnahnya daripada Dajjal,
ucapan mereka lebih lengket daripada kurap, dan lebih membakar daripada
gejolak api. Sungguh aku telah melihat sekelompok orang yang dulunya
mereka itu melaknati ahlul ahwa dan mencaci mereka. Lalu mereka
duduk-duduk dengan mereka tadi dalam rangka mengingkari dan membantah
mereka. Tapi mereka terus-terusan di dalam obrolan, dan makar musuh
tersamarkan dari mereka, dan kekufuran yang lembut tersembunyi dari
mereka, hingga akhirnya mereka pindah ke madzhab ahlul ahwa tadi.”
(“Al Ibanatul Kubro”/dibawah no. (480)).
BERSEGERA kembali KALAU DIINGATKAN KEPADA AL- HAQ (kebenaran)
Umar bin Khaththab Radhiallaahu’anhu berkata dalam suratnya yang terkenal
ومراجعة الحق خير من التمادى فى الباطل
“Dan rujuk kepada kebenaran itu lebih baik daripada berlama lama di dalam kebathilan.” (HR.Al Baihaqy (20324), Ibnu Asakir 32/hal.70 dan yang lainnya.
Al
Imam Ibnu Qoyyim rohimahullah berkata: “Ini adalah kitab (surat) yang
agung yang telah di terima oleh Ummat.” (“I’lamul Muwaqqi’in” (1/hal.
110)
Syaikhuna Yahya -Hafidhahullah- berkata : “Para ulama bersepakat untuk menerima surat “umar ini”
AKHERAT AKHIRNYA DIJUAL
NASIHAT AL IMAM IBNUL MUBAROK ROHIMAHULLOH KEPADA IBNU ULAYYAH ROHIMAHULLOH:
يا جاعل العلم له بازيا *
يصطاد أموال المساكين احتلت للدنيا ولذاتها *
بحيلة تذهب بالدين فصرت مجنونا بها بعدما *
كنت دواء للمجانين أين رواياتك فيما مضى *
عن ابن عون وابن سيرين ودرسك العلم بآثاره *
في ترك (1) أبواب السلاطين تقول: أكرهت، فماذا كذا *
زل حمار العلم في الطين (2) لا تبع الدين بالدنيا كما *
يفعل ضلال الرهابين
“Wahai orang yang menjadikan ilmu sebagai barang dagangan untuk menjaring harta orang-orang miskin,
diambil demi dunia dan kesenangannya.
Dengan tipu daya engkau menghilangkan agama,
lalu engkau menjadi orang yang gila setelah dulunya engkau adalah obat bagi orang-orang gila.
Di manakah riwayat-riwayatmu yang lampau dari Ibnu ‘Aun dan Ibnu Sirin.
Dan
manakah ilmu yang kamu pelajari dengan atsar-atsarnya yang berisi
anjuran untuk meninggalkan pintu-pintu penguasa? Kamu berkata: “Aku
terpaksa.” Lalu apa?
Demikianlah keledai ilmu tergelincir di tanah liat yang basah.
Janganlah kamu jual agama dengan dunia sebagaimana perbuatan para rahib yang sesat.”
(“Siyar A’lamin Nubala”/9/110).
RIDHO MANUSIA ITU ADALAH PUNCAK YANG TAK BISA DIGAPAI
. AL IMAM ASY SYAFI’IY BERKATA KEPADA YUNUS BIN ABDIL A’LA رحمهما الله :
“Ridho
manusia itu adalah puncak yang tak bisa digapai. Dan tiada jalan untuk
selamat dari mereka. Maka engkau harus memegang apa yang bermanfaat
bagimu, lalu tekunilah dia.” (“Siyaru A’lamin Nubala”/10/hal.
89/Biografi Al Imam Asy Syafi’iy/Ar Risalah).
AHMAD BIN HARB BIN FAIRUZ AN NAISABURIY رحمه الله BERKATA:
“Aku
beribadah kepada Alloh selama limapuluh tahun, maka aku tidak
mendapatkan kemanisan ibadah hingga aku meninggalkan tiga perkara: Aku
meninggalkan keridhoan manusia hingga akupun sanggup untuk berbicara
dengan kebenaran. Dan aku meninggalkan persahabatan dengan orang-orang
fasiq hingga akupun mendapatkan persahabatan dengan orang-orang
sholih. Dan aku tinggalkan manisnya dunia hingga akupun mendapatkan
manisnya akhirat.”
(“Siyaru A’lamin Nubala”/11/hal. 34/Biografi Ahmad bin Harb/Ar Risalah).
SIAP MENJADI GOLONGAN ALLAH DAN RASULNYA
BERKATA IBNUL QOYYIM- RAHIMAHULLAH-
ولا تستصعب مخالفة الناس و التحيز الى الله ورسوله ولو كنت وحدك فان الله معك وانت بعينه و كلاءته و حفظه لك و انما امتحن يغقينك و صبرك واعظم الاعوان لك على هذا بعد عونن الله التجرد من الطمع و الفزع فمتى تجردت منهما هان عليك التحيز الى الله و رسوله و كنت داءما في اللجانب الذى فيه الله ورسوله
“Dan
janganlah engkau merasa berat untuk menyelisihi manusia dan
menggabungkan diri pada golongan Allah dan RasulNya, meskipun engkau
sendirian, karena sesungguhnya Allah bersamamu dengan pengawasan,
pemeliharaan dan penjagaannya untukmu. Dan hanyalah Allah itu menguji
keyakinan dan kesabaranmu. Dan penolong terbesar bagimu untuk itu –
setelah pertolongan Allah- adalah melepaskan diri dari sifat tamak
(rakus dunia) dan ketakutan. Maka kapan saja engkau bisa lepas dari
keduanya, akan ringan bagimu untuk menggabungkan diri kepada golongan
Allah dan Rasul- Nya, dan engkau senantiasa berada pada sisi yang
disitulah Allah dan Rasul-Nya.”
(Al fawa’id ” 1/hal.116)
AKIBAT MENGIKUTI NAFSU
أرأيت من اتخذ إلهه هواه أفأنت تكون عليه وكيلا
أم تحسب أن أكثرهم يسمعون أو يعقلون إن هم إلا كالأنعام بل هم أضل سبيلا الفرقان
”
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai sesembahannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara
atasnya? atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar
atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). ”
Al-Furqan 43-44
“Dasar
permusuhan, kejahatan dan kedengkian yang muncul dikalangan manusia
ialah karena mengikuti nafsu. Siapa yang menentang nafsunya berarti
membuat hati dan badannya menjadi tentram dan sehat. Abu Bakar Al Warraq
berkata : “Jika nafsu yang menang, maka hati menjadi gelap. Jika hati
menjadi gelap, maka dada terasa sesak. Jika dada menjadi sesak, maka
akhlaq menjadi buruk. Jika akhlaq menjadi buruk, maka ia membenci orang
lain, dan orang lainpun membencinya. Maka perhatikanlah apa yang
diakibatkan nafsu, seperti kebencian, kejahaan, permusuhan, mengabaikan
hak orang lain dan sebagainya.”
“Harus
mengetahui bahwa nafsu tidaklah mencampuri sesuatu melainkan ia
merusaknya. Jika nafsu mencampuri ilmu, maka ia mengeluarkannya kebid’ah
dan kesesatan, pelakunya menjadi kelompok orang yang mengikuti nafsu.Jika
nafsu mencampuri zuhud, maka ia mengeluarkan pelakunya kepada riya’ dan
menyalahi sunnah. Jika nafsu mencampuri hukum, maka ia mengeluarkan
pelakunya kepada kedholiman dan menghalangi kebenaran. Jika nafsu
mencampuri pembagian, maka mengeluarkan pembagian itu kepada ketidak
adilan dan kebohongan. Jika nafsu mencampuri ibadah, maka ibadah itu
akan keluar dari ketaatan dan taqarub. Jadi, selagi nafsu mencampuri
sesuatu, maka ia akan merusaknya”.
(Dari kitab Raudhah Al-Muhibbin wa nuzhah Al-Musytaqin, Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah)
MANFAAT AKAL BAGI SEORANG MUKMIN
MUADZ BIN JABAL RADHIALLAAHU’ANHU BERKATA :
“Andaikata
orang yang berakal itu mempunyai dosa pada pagi dan sore hari sebanyak
bilangan pasir, maka akhirnya dia cenderung masih bisa selamat dari dosa
dosa itu. Andaikata orang yang bodoh itu mempunyai kebaikan dan
kebajikan pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya
dia cenderung tidak bisa mempertahankannya sekalipun hanya seberat biji
sawi.Ada yang
bertanya,”Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Muaz bin Jabal
Radhiallaahu’anhu menjawab,“Sesungguhnya jika orang yang berakal itu
tergelincir maka dia segera menyadarinya dengan cara bertaubat dan
menggunakan akal yang dianugerahkan kepadanya. Tetapi orang bodoh itu
ibarat orang yang membangun dan merobohkannya. Karena kebodohan itu
terlalu mudah melakukan apa yang bisa merusak amal sholehnya”.
Dari kitab Raudhoh Al-Muhibbin wa nuzhan Al Musytaqin , karya Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah
TABIAT BABI
Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah Rahimahullah berkata :
ومن
الناس من طبعه طبع خنزير يمر با لطيبات فلا يلوى عليها فاذا قام الانسان
عن رجيعه قمه وهكذا كثير من الناس يسمع منك ويرى من المحاسن اضعااف اضعاف
الساوى ء فلا يحفظها ولا تناسبه فائذا راى سقطه او كلمة عوراء وجد بغيته
وما يناسبها فا كهته ونقله
“Dan diantara manusia ada yang tabiatnya tabiat babi. Dia
melewati rizki yang baik baik tapi tidak mau mendekatinya. Jusrtu jika
ada orang bangkit dari kotorannya (selesai buang hajat), didatanginya
kotoran tadi dan dimakannya hingga habis. Demikianlah kebanyakan orang.
Mereka mendengar dan melihat darimu sebagian dari kebaikanmu yang
berlipa lipat daripada kejelekanmu, tapi dia tidak menghapalnya, tidak
menukilnya dan tidak mencocokinya. Tapi jika melihat ketergelincitan
atau ucapan yang cacat, dapatlah dia apa yang dicarinya dan
mencocokinya, lalu dijadikannya sebagai buah santapan dan penukilan.”
(Madarijus Salikin 1/hal 403)
LAKNAT BAGI PEMBUAT PERKARA BARU
Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu berkata:
“Siapa
saja yang mengatakan sesuatu dengan hawa nafsunya, yang tidak ada
seorang imampun yang mendahuluinya dalam permasalahan tersebut, baik
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ataupun para sahabat beliau,
maka sungguh dia telah mengadakan perkara baru dalam Islam.
Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
bersabda: ‘Barangsiapa yang mengada-ada atau membuat-buat perkara baru
dalam Islam maka baginya laknat Allah Subhanahu wa Ta’ala, para
malaikat, dan manusia seluruhnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak
menerima infaq dan tebusan apapun darinya’.”
HINDARI MAKAN DAN MENGENAKAN KOTORAN MANUSIA
Wahai saudaraku,
Hendaknya
engkau memiliki pekerjaan dan penghasilan yang halal yang kamu peroleh
dengan tanganmu. Hindari memakan atau mengenakan kotoran-kotoran manusia
(maksudnya pemberian manusia -ed). Karena
sesungguhnya orang yang memakan kotoran manusia, permisalannya laksana
orang yang memiliki sebuah kamar di bagian atas, sedangkan yang di
bawahnya bukan miliknya. Ia selalu dalam ketakutan akan terjatuh ke
bawah dan takut kamarnya roboh. Sehingga orang yang memakan
kotoran-kotoran manusia akan berbicara sesuai hawa nafsu. Dan dia
merendahkan dirinya di hadapan manusia karena khawatir mereka akan
menghentikan (bantuan) untuknya.
(kitab Mawa’izh Lil Imam Sufyan Ats-Tsaury, hal. 82-84)
JANGAN MAKAN DARI AGAMA
العلماء هم الناس قول ابن المبارك وقد سئل من الناس ؟ قال العلماء قيل فمن الملوك؟ قال الزهاد قيل فمن السلة ؟قال: الذي يئكل بدينه
“PARA ULAMA ADALAH MANUSIA YANG HAKIKI,
perkataan Ibnu Al Mubarok rahimahullah. Dan sungguh dia telah
ditanya, siapa manusia? dia berkata : PARA ULAMA’ , dikatakan
siapakah para raja?, dia berkata ORANG ORANG YANG ZUHUD, dikatakan
siapa orang orang rendahan ? dia berkata ORANG YANG MAKAN DARI
AGAMANYA.
dari kitab AL ILMU fadhluhu wa syarafuhu
Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar