Penulis: Rizki Maulana
Imam Al-Baihaqi meriwayatkan dengan sanadnya dari Yunus bin Abdil
A’la, dia berkata: Aku mendengar Imam Asy-Syafii berkata: “Kalau seorang
menganut ajaran tasawuf (tashawwuf) pada awal siang hari, tidak datang
waktu zhuhur kepadanya melainkan engkau mendapatkan dia menjadi dungu.”
(Manaqib Imam As-Syafii 2/207, karya Imam Al-Baihaqi)
KAUM SHUFI MENGATAKAN:
IMAM SYAFI’I (Muhammad bin Idris, 150-205 H)
Ulama besar pendiri mazhab Syafi’i berkata, “Saya berkumpul bersama orang-orang sufi dan menerima 3 ilmu:
- Mereka mengajariku bagaimana berbicara
- Mereka mengajariku bagaimana memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan kelembutan hati
- Mereka membimbingku ke dalam jalan tasawuf.”
(Riwayat dari kitab Kasyf al-Khafa dan Muzid al Albas, Imam ‘Ajluni, vol. 1, hal. 341)
TANGGAPAN:
Padahal Imam Syafi’i mencela mereka seperti perkataan beliau Rohimahullah
* Imam Asy-Syafii mengatakan: “Tidaklah aku melihat seorang sufi yang
berakal sama sekali.” (Manaqib Imam As-Syafii 2/207, karya Imam
Al-Baihaqi)
Imam Asy-Syafii rohimahulloh berkata: “Tidaklah ada seorang yang
berteman dengan orang-orang sufi selama 40 (empat puluh) hari, kemudian
akalnya akan kembali selama-lamanya. Dan beliau membacakan syair:
ودع الذين اذا أتوك تنسكوا … واذا خلوا فهم ذئاب خفاف
Tinggalkan orang-orang yang bila datang kepadamu menampakkan ibadah
Namun jika bersendirian, mereka serigala buas (Talbis Iblis hal. 371)
* Imam Asy-Syafii juga berkata: “Dasar landasan tasawwuf adalah kemalasan.” (Al-Hilyah 9/136-137)
Sebagai tambahan. suatu waktu Imam Waki (salah satu guru Imam
Asy-Syafii) berkata kepada Sufyan bin ‘Ashim: “Kenapa engkau
meninggalkan hadits Hisyam?” Sufyan bin Ashim menjawab: “Aku berteman
dengan satu kaum dari sufiyyah, dan aku merasa kagum dengan mereka,
kemudian mereka berkata: ‘Jika kamu tidak menghapus hadits Hisyam, kami
akan berpisah denganmu’.” Maka Imam Waki’ berkata: “Sesungguhnya ada
kedunguan pada mereka.” (Talbis Iblis hal 371-372)
KAUM SHUFI MENGATAKAN:
IBNU TAIMIYYAH
(661-728 H)
Salah seorang ulama yang pada awalnya dikenal sangat sulit menerima
tasawuf (seperti juga aliran baru yg mengaku Salafy dan Wahaby saat ini)
dedengkotnya fatwa bid’ah, yang merupakan penentang tasawuf paling
getol, pada akhirnya sebelum Ibnu Taimiyah menemui ajal, akhirnya
mengakui bahwa tasawuf adalah jalan kebenaran (masa sih??), sehingga beliaupun
mengambil bai’at dan menjadi pengikut Tarekat Qadiriyyah. Berikut ini
perkataan Ibnu Taimiyyah didalam kitab Majmu al Fatawa Ibn Taimiyyah,
terbitan Dar ar Rahmat, Kairo, Vol. 11, hal. 497, dalam bab. Tasawuf :
“Kalian harus mengetahui bahwa para syekh yang terbimbing harus
diambil dan diikuti sebagai petunjuk dan teladan dalam agama, karena
mereka mengikuti jejak Para Nabi dan Rasul. Tarekat para syekh itu
adalah untuk menyeru manusia kepada kehadiran dalam Hadhirat Allah dan
ketaatan kepada Nabi.”
Kemudian dalam kitab yang sama hal. 499, Ibnu Taimiyah berkata, “Para
syekh harus kita ikuti sebagai pembimbing, mereka adalah teladan kita
dan kita harus mengikuti mereka. Karena ketika kita berhaji, kita
memerlukan petunjuk (dalal) untuk mencapai Ka’ bah, para syekh ini
adalah petunjuk kita (dalal) menuju Allah dan Nabi kita.”
Di antara para syekh sufi yang beliau sebutkan didalam kitabnya
adalah, Syaikh Ibrahim ibn Adham ra, Syaikh Ma’ruf al Karkhi ra, Syaikh
Hasan al Basri ra, Sayyidah Rabi’ah al Adawiyyah ra, Syaikh Abul Qasim
Junaid ibn Muhammad al Baghdadi ra, dan juga guru kami Syaikh Abdul
Qadir al Jailani, Syaikh Ahmad ar Rifa’i ra, dll.
Dalam satu kesempatan, Ibnu taymiyah ketika ditanya tentang kasus
yang menimpa Bayazid Bistami dan Al-Hallaj beliau mengatakan bahwa
keduanya tidak sesat hanya saja beliau menyayangkan mengapa
ungkapan-ungkapan mereka saat ekstase (Jadhab) itu terpublikasikan.
Didalam kitab “Syarh al Aqidah al Asfahaniyyah” hal. 128. Ibnu
Taimiyyah berkata, “Kita (saat ini) tidak mempunyai seorang Imam yang
setara dengan Malik, al Auza’i, at Tsauri, Abu Hanifah, as Syafi’i,
Ahmad bin Hanbal, Fudhail bin Iyyadh, Ma’ruf al Karkhi, dan orang-orang
yang sama dengan mereka.” Kemudian sejalan dengan gurunya, Ibnu Qayyim
al Jauziyyah didalam kitab “Ar Ruh” telah mengakui dan mengambil hadits
dan riwayat-riwayat dari para syekh sufi.
TANGGAPAN:
Mereka (kaum shufiyyun) mengira dan mengklaim kalau Ibnu taimiyyah mengatakan bahwa syaikh harus diikuti ya Syaikh ahlussunnah bukan syaikh sufi karena mereka tidak melihat dan belum membaca celaan Ibnu Taimiyyah terhadap perkataan jalaludin rummi :
. Jalaluddin Ar Rumi, seorang tokoh sufi yang kondang berkata : “Aku
seorang muslim, tapi aku juga seorang Nashrani, Brahmawi, dan
Zaradasyti, bagiku tempat ibadah sama … masjid, gereja, atau tempat
berhala-berhala.” (Dinukil dari kitab Ash Shufiyyah Fii Mizanil Kitabi
Was Sunnah karya Asy Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, hal. 24-25.)
dan pendapat yg mengenai: Pembagian ilmu menjadi Syari’at dan Hakikat, yang mana bila seseorang
telah sampai pada tingkatan hakikat berarti ia telah mencapai martabat
keyakinan yang tinggi kepada Allah Ta’ala, oleh karena itu gugurlah
baginya segala kewajiban dan larangan dalam agama ini.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : “Tidak diragukan
lagi oleh ahlul ilmi dan iman bahwasanya perkataan tersebut termasuk
sebesar-besar kekafiran dan yang paling berat. Ia lebih jahat dari
perkataan Yahudi dan Nashrani, karena Yahudi dan Nashrani beriman dengan
sebagian dari isi Al Kitab dan kafir dengan sebagiannya, sedangkan
mereka adalah orang-orang kafir yang sesungguhnya (karena mereka
berkeyakinan dengan sampainya kepada martabat hakikat, tidak lagi
terkait dengan kewajiban dan larangan dalam agama ini, pen).” (Majmu’
Fatawa, juz 11 hal. 401)
MAU MENIPU TAPI TERTIPU ,diakhir hayat Ibnu Taimiyah tapi gk cntumin thunnya..
ini namanya mau menipu ahlussunnah..
KAUM SHUFI MENGATAKAN:
IMAM AHMAD BIN HANBAL
(164-241 H)
Ulama besar pendiri mazhab Hanbali berkata, “Anakku, kamu harus duduk
bersama orang-orang sufi, karena mereka adalah mata air ilmu dan mereka
selalu mengingat Allah dalam hati mereka. Mereka adalah orang-orang
zuhud yang memiliki kekuatan spiritual yang tertinggi. Aku tidak melihat
orang yang lebih baik dari mereka” (Ghiza al Albab, vol. 1, hal. 120 ;
Tanwir al Qulub, hal. 405, Syaikh Amin al Kurdi).
TANGGAPAN:
Kitab Ahmad yang mana yang berkata dan mendukung dan membuat statement seperti itu? Lihatlah klaim-kalaim mereka yang sengaja tokoh mereka tulis dikitab
mereka untuk pengakuan padahal tidak ada satupun ‘ulama salaf yang
mereka sebut itu menulis satupun pujian kepada tasawuf yang ada
sebaliknya hanya mencela mereka.
Sebenarnya masih banyak lagi pendapat para ulama salaf tentang pujian mereka tasawuf, tetapi karena periwayatannya perkataan mereka (ulama salaf) yang memuji tasawuf ternyata palsu dan basi, maka tulisan saya diatas sudah cukup mewakili itu semua tentang pendapat ulama salaf yang memuji tasawuf yang semua itu adalah rekaan shufi asy'ariyyun.
Allahulmusta’an
Allhamdulillah...
BalasHapusterimakasih penjelasan antum sangat bermanfaat..
ana perlu nih min.... ada ga artikel lengkapnya tentang klaim mereka ke imam 4 madhzab? Yg lainnya
BalasHapus